saya dedikasiin buat @dinidaniel719 yang udah dengan penuh kerelaan hati menggambar pohon silsilah dari tokoh-tokoh yang ada dalam cerita-cerita saya yang emang selalu saling berkaitan, dan langsung menemukan si Rama ini siapa, hohoho
buat readers setia yg lainnya, yg juga udah tau Rama ini siapa nya siapa, (aaa bikin saya seneng) makasii banyak yaa selalu ngikutin cerita saya ^-^
btw di mulmed penampakan Renata, cukup cantik lah ya buat bikin Rama klepek2? wkwkwk
happy reading..
_______________________________________________________________________________
"Mikirin apa, buk?" suara Julia terdengar mengganggu lamunanku.
"Eh, nggak ada kok, Jul..." jawabku.
Ketahuan ngelamun lagi deh, aku.
"Bukannya jam ngajar kamu udah mau mulai?" tanya Julia lagi.
Aku segera melirik jam dinding yang terpajang di ruangan, dan sontak berdiri karena ternyata aku sudah hampir terlambat.
"Ya ampun Jul, kenapa nggak bilang dari tadi?" protesku pada Julia.
Tapi dia malah terkekeh sendiri.
"Habis kamu kayaknya serius banget ngelamunnya?" tanyanya.
Aku menggerutu. Orang ngelamun kok dibiarin, sih? Tapi iya juga ya, ngapain sih aku ngelamun? Apalagi ngelamunin si berondong?
Kok aku jadi kepikiran karena beberapa hari ini nggak lihat dia, ya? Aku kepikiran apa bener dia marah sama aku? Tapi aku kan gak bikin kesalahan apapun. Ah, tuh kan ngelamun lagi. Mungkin dia udah bosen gangguin aku dan mau balik ke fans-fans nya kali, ya..
"Ya ampun, Nat! ngelamun lagi!?"
Suara Julia membuatku tersentak dan langsung melangkahkan kakiku keluar, menuju ruang kelas.
Renata, fokus!
"Selamat siang. Tugas kemarin sudah disiapkan?" sapaku pada para mahasiswa-mahasiswiku.
Terdengar suara riuh mereka yang entah menjawab apa, akupun tak bias mendengar dengan jelas.
"Kalau begitu tunggu apa lagi? Kumpulkan!" tegasku. Tak lupa melemparkan senyuman kepada mereka.
"Ibu Renata, saya yang ngumpulin pertama!" suara Refi, salah satu mahasiswaku menyapa.
"Bagus!" sahutku seraya mengambil tugas dari tangannya.
"Kasih nilai plus ya, bu?" pintanya.
"Kamu mau nilai berapa?" tanyaku. Aku memang biasanya menawarkan nilai plus pada pengumpul pertama. Nilai kerajinan lah ceritanya.
Dia tersenyum. Duh, manis juga ternyata. Tapi kalah jauh sama Rama.
Eh? Kok jadi bandingin sama Rama?
"Nilai bagus plus kencan sehari boleh nggak, bu?"
Aku langsung batuk tersedak air liur. Stress! Makin banyak berondong setres di sekitarku!
"Refi, maaf ya. Saya tidak menjalin hubungan dengan mahasiswa saya!" sahutku.
"Yah, kok gitu, bu? Jaman kan udah modern..." protesnya.
"Ya nggak ada, saya nggak suka saja!" sahutku.
Lagian ini di kelas dia malah merayu?
"Mau donk, Bu Renata. Sekali aja. Kalo seru kita lanjut!" ajaknya lagi, dengan cengiran lebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Sugar Boy
Romance[Sebagian besar part dihapus!! Cerita ini sudah pindah ke dreame.. untuk baca silakan klik link di profil aku yaa..] -------------------------------------------------------------- Ramaryan Adhyatma. Sebut namanya dan semua orang akan menahan napas...