#12

675 41 25
                                    

Yesung meninggalkan dua bocah yang sedang bernostalgia di rumah Choi itu. Iya benar, tidak peduli berapapun usianya, mereka tetaplah bocah di matanya. Moodnya mendadak jadi buruk. Tapi alih-alih pergi ke club menemui jalang untuk melampiaskan kekesalannya seperti biasa, entah kenapa dia malah menepikan mobilnya di parking area sebuah taman kecil di tepian sungai Han. Lagi pula ini masih sore, mana ada club yang buka sore-sore begini.

Kadang-kadang lelaki yang terkenal dingin dan cuek itu juga bisa melankolis. Seperti saat ini, dia lebih memilih duduk menikmati sejuknya semilir angin dan indahnya pemandangan langit senja yang didominasi warna oranye keemasan ditemani kopi hangat. Well, meskipun kopi instant kalengan seharga 300 won yang dibelinya dari vending machine bukanlah gayanya. Tapi tak apalah, toh ia juga sedang malas ke cafe.

Yesung menghela napas.

Selama lima belas tahun ini dia diam-diam selalu membuntuti Park Jungsoo, bersembunyi di balik punggungnya, mengintai segala apapun yang dilakukannya. Menemukan Leeteuk bukanlah hal yang sulit baginya, dia akan tahu kemana pun kakak sepupunya itu pergi. Hanya satu, dia tidak bisa mendekatinya, atau menampakkan diri di hadapannya.

Dia tidak pernah membenci Leeteuk seperti Siwon, pun juga dengan Siwon. Kadang hubungan mereka terlihat seperti bodyguard dengan bossnya, namun dia tetap menyayangi Siwon layaknya adik sendiri. Dia tidak bisa memilih antara Siwon ataupun Leeteuk. Keduanya sama berarti, sama berharga untuknya. Tetapi sekali lagi, pekerjaannyalah yang memaksanya berdiri pada salah satu pihak. Dia terikat pada Siwon. Maka di sanalah dia berada. Di sisinya.

Bukan berarti dia tidak punya hak untuk memilih, dia toh masih memegang kendali penuh atas hati, pikiran, dan tubuhnya sendiri. Hanya saja mendampingi pemimpin klan-lah yang menjadi prioritasnya.

Bertahun-tahun bersembunyi, hanya bisa mengamati dari jauh, kini justru Leeteuk sendiri yang hadir di hadapannya. Tetapi sayangnya kedatangan hyung tertuanya itu bukanlah demi klan, demi keluarga, melainkan demi pelacur sialan yang sangat dibencinya itu!

Entah harus senang atau sebaliknya, yang jelas dia kesal.

Karena itu dia lebih memilih pergi.

Tengah asyik menikmati fenomena dramatis tenggelamnya matahari di ufuk barat yang meninggalkan kemerahan di langit malam, Yesung dikejutkan oleh suara nyaring memekakkan telinga.

"Huuuwwwaaaaaaa!!!!!!" jeritan itu benar-benar mengganggu sampai membuatnya berpaling dari pemandangan indah yang tengah dinikmatinya, "aaaahhhh, tunggu tunggu tunggu tunggu tungguuuu!" seorang pemuda dengan tubuh mungil nampak berlarian mengejar buah-buah jeruk yang berjatuhan dari kantong belanjanya, berteriak-teriak heboh dengan suaranya yang cempreng.

Yesung mendengus geli, menggeleng-geleng melihat tingkahnya.

Tuk! Tuk! Tuk!

Beberapa buah jeruk yang menggelinding tadi berakhir membentur sepatu oxford hitamnya yang mengilap.

"Hey, hey, kakak yang di sana! Bisa tolong bantu aku?" pemuda dengan hoodie ungu muda bergambar kartun beruang lucu itu berseru ke arah Yesung, membuatnya menoleh ke kanan dan ke kiri mencari siapa yang dia tuju.

Tapi tak ada orang lain di sekitarnya, taman memang sudah sepi sejak dia datang, "kau bicara padaku?" tanya Yesung menunjuk hidungnya sendiri.

Pemuda tadi mengangguk, "iya, kau. Bisa tolong ambilkan jeruk-jerukku? Itu mereka di kakimu." serunya lagi kali ini menunjuk ke bawah.

"Kenapa aku harus mengambilkanmu jeruk itu? Bukankan kau punya kaki dan tangan? Kau bisa berjalan ke mari dan mengambilnya sendiri." balas Yesung dingin, kembali menikmati semilir angin sore yang meriakkan rambut abu-abunya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 28, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LIES AND TRUTH [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang