Kamu pernah dipukul?

9.2K 1.1K 136
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

***

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

***

S

etelah ditemani menangis oleh gadisnya lewat telfon, disinilah Jisung dan Haidar berada. Di rumah seorang gadis cantik milik Jisung.

"Assalamualaikum." Suara Haidar dan Jisung bersamaan, mereka berdua memasuki rumah gadis kesukaan Jisung itu. Haidar menghantarkan Jisung untuk duduk, lalu berpamitan pulang untuk menyelesaikan urusan-nya yang memang belum tersudahi.

"Waalaikumsalam, Jisung mau minum apa? Ibu buatkan teh, ya?" Ibu Aleyya tersenyum, ditatapnya sendu wajah pria yang selalu anak semata wayangnya itu ceritakan. Tentang sebaik dan selembut apa Jisung memperlakukan anaknya, tentang seberapa banyak cinta yang anak gadisnya dapatkan dari pria sehebat Jisung.

Jemari Ibu Aleyya terangkat untuk mengelus pelan surai milik Jisung, kemudian berjalan menuju dapur ketika mendapatkan anggukan kecil dari pria yang ia tanyai.

"Cung...." Aleyya menduduki dirinya pada kursi yang berada di samping Jisung. Pandangan pria itu lebih sendu dari pada biasanya. Perban tersebar dimana-mana, juga mata sembab yang terlihat memilukan.

"Aku nggak apa-apa, Lay. Jangan natap aku kayak gitu, aku nggak suka dikasihani atas apa yang Bunda lakuin ke aku." Jisung mengangkat wajahnya, memandangi wajah gadis yang teramat dia kasihi itu. Tangan-nya terangkat untuk menghapus jejak air mata yang sudah mengalir di wajah cantik gadisnya, tak lupa demgan sudut bibirnya yang terangkat membentuk senyum cantik.

"Lay, aku boleh nanya sesuatu sama kamu?" netra anak itu memandangi wajah cantik gadisnya lamat-lamat.


"Boleh, kamu mau nanya apa?" diambil jemari pria itu yang masih menempel di wajahnya, kemudian ia genggam dengan perlahan. Ia takut. Takut melukai pria itu lebih jauh.

"Lay, kamu pernah dipukul oleh Ibumu?" Netra sendu pria itu semakin melunak, helaan nafasnya makin terdengar menyingkat. Sebentar lagi, air mata itu akan mengalir sederas deru sedan. Lagi.

Bunda, aku gak suka dipukul.Where stories live. Discover now