Bab III; Kalau Bisa Memilih.

14.3K 2.8K 1.6K
                                    


Aku percaya, kalian semua paham sekali bagaimana cara menghargai sebuah karya.<333

Selamat membaca, semua!♡

***

"Bukan Bunda yang salah, tapi aku. Coba kalo dari awal aku nggak lahir, Bunda nggak akan semenderita ini."

***

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

***

Getaran ponsel yang berada disaku celana pria itu membuat langkahnya terhenti di depan pintu kelas. Tangan pria itu merogoh saku, lalu senyum indah tercetak jelas pada kedua sudut bibir pria bernama Ajisung tersebut setelah mengetahui siapa pengirim pesan singkat tersebut.


Bundanya Jisung💛🐭

| Jisung, pulang jam berapa kamu hari ini?

12:15


Me.

Assalamualaikum, Bunda.|

Jisung pulang jam setengah 3, Bund.|

Ada apa? Bunda mau nitip sesuatu?|

12:16


Bundanya Jisung💛🐭

| Pulang sekolah langsung pulang ke rumah!

| Kamu tuh jadi Abang nggak ada gunanya sama sekali.

| Ngajarin adek kamu aja, kamu gak bisa?

12:18

Sinar yang tadi menghiasi wajah pria tersebut seketika menghilang, lalu digantikan oleh senyuman tipis yang disertai mata indah yang mulai meredup. Pikiran pria itu kacau, dengan jantung yang berdetak cepat ketika memikirkan banyak kemungkinan buruk yang terjadi sekarang


Me.

Bund, ada apa? |

Jasmine sama Jelita, kenapa? |

12:20

Bundanya Jisung💛🐭

| Masalahnya bukan di adek kamu, tapi di kamu. Bodoh.

12:20

Me.

Jisung kenapa, Bund? |

Coba Bunda jelasin dulu, ya? Pelan-pelan.|

12:21

Bundanya Jisung💛🐭

| Kamu kalo mau bodoh, ya bodoh sendiri aja.

| Jangan ngajak adik-adik kamu buat jadi bodoh kayak kamu.

Bunda, aku gak suka dipukul.Where stories live. Discover now