Bab II; Bukan Pembawa Sial.

17.1K 2.8K 1K
                                    


♡

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Abang, kata Ayah waktu itu—Abang pernah nanya ke Ayah, soal perbedaan usia antara biru tua dan biru muda, ya?" Suara sih kecil Jelita terdengar, dengan bola mata bulatnya yang memandangi wajah Jisung kagum.

"Hahahah. Ayah cerita ke kalian, ya?" Jisung tertawa, sembari membawa jemarinya mengusak surai anak kecil itu pelan.

"Heem, Ayah cerita sama kita waktu itu. Nah, Abang udah nemuin jawaban-nya belum?" Sih kecil itu kembali bertanya, kali ini dengan muka yang lebih terlihat penasaran dari pada yang tadi.

"Emang kenapa?"

"Nggak apa-apa, soalnya Jelita juga penasaran. Selain itu, Jelita juga penasaran deh, Bang."

"Penasaran apa, sayang?"

"Kira-kira kalau biru tua dan biru muda itu bersaudara, terus Ayah dan Bunda mereka siapa, ya?"

"HAHAHAHHA." Suara tawa memenuhi seisi ruangan tersebut selepas pertanyaan sih kecil.

"Loh? Kok pada ketawa? Kan Jelita penasaran."

"Kamu abisan nanya nya aneh-aneh aja."

"Kalau Jelita aneh, berarti pertanyaan Abang pas umur 7 tahun juga aneh, Bang." Jasmin tertawa, disusul suara cekikikan dari sih kecil yang merasa dibela oleh Kakak perempuan-nya.

Deru mobil mulai terdengar dikediaman Jisung, membawa mobil hitam yang biasa dibawa oleh Bunda menuju ke garasi rumah itu. Deru mesin yang tadinya terdengar pun terhenti, disusul dengan bunyi tutupan pintu mobil juga irama sepatu tinggi yang membawa langkah empunya menuju pintu utama rumah keluarga tersebut.

Terdengar bukaan paksa pada pintu yang disusul dengan bantingan kasar sebagai penutup. Tiga orang yang sedang bercanda gurau sembari belajar tersebut mengalihkan pandangnya, mendengarkan suara langkah kaki yang disusul dengan wajah lelah Bunda yang memandangi Jisung, Jasmin dan juga Jelita satu-persatu.

Bola mata Jisung dan Bunda bertemu seperkian detik, kemudian Jisung menunduk berusaha memfokuskan pandangan-nya kepada buku pelajaran kelas satu SMA kepunyaan Jasmin, juga buku catatan kelas lima milik Jelita yang ia genggam sedari tadi.

Daksa Bunda menghilang di tikungan mendekati dapur, hingga seperkian menit, langkah kaki wanita itu terdengar mendekati anak-anaknya kembali dengan kedua tangan yang membawa beberapa kotak makanan yang dikirimkan oleh Chenle, atau pria yang bernama lengkap Chandra Leonard tadi.

Bunda, aku gak suka dipukul.Where stories live. Discover now