Prolog

9 1 0
                                    

Terlihat sekumpulan remaja di suatu sudut kantin, berjumlah sekitar 5 orang. Seragam sekolahnya kusut, acak-acakan, sepatunya pun tidak berwarna hitam sesuai ketentuan. Bisa dipastikan bahwa mereka adalah pelanggan ruang BK.

Mereka duduk mengitari meja berbentuk persegi panjang, terlihat banyak bungkusan jajan yang telah ditepikan. Tersisa satu botol ditengah-tengah sedang berputar, kamudian berhenti menunjuk ke salah satu anak.

"Wohoooo.... di elu Ven! Cepet pilih, Truth or Dare!" Teriak lelaki dengan gelang hitam di tangannya, jangan tanya nama karena badge name pada seragamnya kosong.

"Jangan cupu! Dare lah bangsat! Cowok bukan lu!" Sahut lelaki dengan ciri khas rambut coklat madunya, fyi di name tag pemuda itu tertulis jahitan nama yang rapi sebagaimana mestinya. Nathaniel Verandro.

Meja itu mendadak ricuh karena ucapan Nathan, mereka asyik tertawa sampai menjadi pusat perhatian. Ya, saat ini jam istirahat. Dan biar kuberi tahu bahwa mereka sedang menghabiskan waktu dengan bermain bersama. Sekelompok berandal sekolah yang bermain ToD.

Oknum yang bersangkutan sedari tadi hanya mengulas senyum malas, menekuk sebelah kaki keatas paha dan menyenderkan bahu ke kursi. Menatap malas pada teman-temannya yang antusias menatapnya.

"Truth!" Ucapnya santai, membuat yang lain kecewa.

"Ah cemen! Laki bukan lu!" Sarkas lelaki bergelang hitam tadi.

"Ailah!!! Payah banget lu anjing!" Sahut teman se-frekuensinya, Nathan.

Lelaki dengan softlens abu-abu ikut berbicara, "Dia yang milih kenapa lo pada yang riweh, ewh!"

"Bodo! Pokoknya lo harus milih Dare cuk!" Sewot lelaki bergelang hitam.

Orang yang sedari tadi diam duduk disamping oknum yang dimaksud hanya mengendikkan bahu acuh, malas ikut perdebatan tidak menguntungkan ini.

Marvel, si sorotan utama dalam adu perbacotan ini lantas menegakkan badannya. Menatap tajam temannya satu persatu, kemudian berucap dengan tajam "Oke! Gue pilih dare! Awas aja tantangan kalian gak seru, apalagi aneh-aneh! Gue patahin tulang kalian satu-satu!"

Nathan bergidik ngeri, menyikut pelan lengan temannya yang sedari tadi ngeyel menyuruh Marvel memilih tantangan.

Lelaki ber-softlens tadi pun hanya berdehem, kemudian berpura-pura melihat sekeliling kantin.

Beda halnya dengan teman bastard yang satu ini, lelaki dengan ciri khas gelang hitam ditangannya ini malah cengar-cengir bak orang menang lotre.

"Lo tau, ada anak cakep di kelas dua belas-satu, jarang ke ekspos sih anaknya! Tapi, gue perhatiin dia oke juga. Tantangannya, lo pacarin dia seminggu terus putusin. Gaboleh kurang gaboleh lebih!"

"Lo gila?!" Si pendiam yang sedari tadi tak ingin ikut campur tiba-tiba menyerukan suara dingin.

"Wah, konslet nih anak!" Sahut pemuda ber-softlens.

"Lo demam ya cuk?" Srebet Nathan.

Marvel terlihat menimbang sesaat, sedikit senyum miring tercipta. Mencondongkan tubuh kedepan sedikit, ia berkata pelan "Kasih gue infonya, kalo oke gue lakuin. Kalo berhasil beri gue gift. Paham?"

Ketiga teman lainnya menghela napas gusar, tidak percaya dengan kesepakatan konyol yang baru saja terucap.

Lelaki bergelang hitam itu tersenyum jumawa, "Deal, namanya Aqilla. Gue tunjukin nanti orangnya! Kalo berhasil, lo dapet mobil terbaru gue! Bmw keluaran terbaru!"

"Deal."

******

Maaf teh, punten. Tiba-tiba bawa work baru. Abisnya, terngiang-ngiang mulu ini idenya. Sayang kalo gak direalisasikan.

InattenduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang