Day-3

4 1 0
                                    

"Ambil jaket!" Malven menunjuk pintu rumah Aqilla dengan dagu, mengisyaratkannya agar kembali masuk dan menuruti perintahnya.

Aqilla mengernyit, mengulum bibir bawahnya singkat "Ung, enggak usah. Gue oke kok!"

Malven mendengus, mengendikkan bahu cuek "Kalo gamau ambil jaket gue di tas. Rok lo pendek darling! Gue bawa motor, mau paha lo jadi tontonan orang di jalan?"

Aqilla terpekur sejenak, tangannya bergegas membuka tas punggung Malven. Mengeluarkan sebuah jaket berukuran besar. Ia melilitkannya di pinggang.

Malven mengulurkan tangan yang disambut baik oleh Aqilla untuk dijadikan pegangan.

Hup.

Aqilla telah naik keatas motor gede milik Malven. Tangannya berada disisi kanan dan kiri jaket kulit Malven.

Sret.

Tangan Malven bergerak menarik tangan Aqilla bergantian agar melingkar di pinggangnya. Ia menepuk-nepuk kedua tangan Aqilla sejenak, sebelum menurunkan helm fullfacenya dan menjalankan motor.

Aqilla terdiam dibelakang, wajahnya memerah malu.

*****

"Belajar yang rajin, kalo lo pinter gue jadiin pacar!" Malven mengantarkan Aqilla sampai didepan kelas.

Aqilla tersenyum singkat, "gue selalu peringkat dua kelas tuh. Mau jadiin gue pacar sekarang?" Ia terkekeh pelan.

Malvin menyeringai tampan, "seperti yang gue harepin. Lo gak ngebosenin. Tunggu aja, gue belum deal sama lo soalnya." Tangannya bergerak menyisir helaian rambutnya kebelakang.

Aqilla mengerucutkan bibir tanpa sadar, "gue kadang bingung motif lo deketin gue tiba-tiba apa. Tapi denger lo ngomong kaya gini bikin gue tambah bingung." Gerutunya sebal.

Malven terkekeh, menepuk-nepuk kepala Aqilla pelan.

"The biggest thing darl, you know. I'm a bad person. You know it so well. So, don't fall too deep."

"Actually, I don't know you well. But, I feel you a good person for me. Can you prove it?"

"Totality no! Now, go to attend your class darl, I don't have time a lot for you! I'm a busy person!" Malven memutar kedua bola matanya malas.

Ternyata, wanita sama saja. Mereka ribet dan selalu meminta kejelasan. Bukankah mereka bisa saja diam dan menerima?

Aqilla tersenyum miring, "thankyou Malven. Kayaknya gue mulai ngerti gimana cara lo main." Aqilla membasahi bibir bawahnya, memasang senyum yang menawan ia melanjutkan "Kita liat siapa yang bertahan sampai akhir!"

Malven terdiam, sedetik kemudian dia tertawa "Lo bener bener sesuatu ya! Kalo ngerti, lo harusnya ikutin permainan ini dengan baik."

Malven membalikkan badan, meninggalkan Aqilla didepan kelas. Bersiul pelan. Ah, moodnya benar benar baik sekarang. Bagaimana bisa wanita itu cepat sekali mengetahui maksudnya?

Ia hampir terjebak tadi.

*****

"Weeehh, gimana bro? Lancar? Sesuai kesepakatan. Waktu lo cuman 5 hari buat pdkt. Sisanya lo tau lah!" Jovran menyambut Malven yang datang ke kelas.

InattenduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang