Part 4 : Pasar Malam

36 10 1
                                    

"Lidah ini terasa kalut hanya untuk sekedar mengucapkan kata."
____

Sore hari Jakarta terasa panas, padahal matahari mulai redup, namun entah mengapa hal itu bisa terjadi, mungkin dikarenakan terlalu padat, lahan penghijauan pun banyak dibangun gedung-gedung sehingga kadar oksigen semakin menipis.

Sejenak Zahra berdiam diri di depan ruko seraya menatap langit yang mulai redup. Ia takut jika hujan turun, sementara dirinya belum sampai dirumah.

Ia menoleh kesana kemari mencari angkutan lewat, namun lagi-lagi angkutan itu tak kunjung tiba.

Bagaimana ini?

Pandangannya kini tertuju pada satu titik pokus pria bermotor sport hitam lengkap dengan penutup kepalanya.

Pria itu menghampirinya. Sementara Zahra mematung dengan hati yang tidak karuan.

"Loh Rara?" Tanya pria itu setelah membuka penutup kepalanya.

"Arya?"

Keduanya tersontak, tidak menyangka akan dipertemukan kembali pada titik ini. Apa ini yang dinamakan jodoh?

"Mau pulang ya? Ayo gua antar!" Tanya Aryana sekaligus mengajak.

Zahra berhasil membuyarkan lamunannya setelah Aryana melambaikan tangan dihadapannya berharap tersadar dari lamunannya itu.

"Ah iya ada apa?"

"Mau pulang kan? Ayo gua antar!" Ucap Aryana dengan mengulangi perkataannya.

Sejujurnya Zahra tidak tega jika menolaknya, lagipula ada untungnya juga, setidaknya tidak perlu cape menunggu angkutan, pikir Zahra.

Tanpa pikir panjang Zahra mengangguk dan menaiki kemudi belakang.

Sepanjang perjalanan keduanya membungkam seraya menikmati jalanan yang cukup ramai itu.
Entah mengapa tak ada yang berani memulai pembicaraannya.

Diam-diam Aryana melirik kaca spion, garis senyum pun terlukis melihat Zahra tengah bersenandung kecil menikmati perjalanannya.

"Ra?" Aryana pun memecahkan keheningannya.

"Iya?"

"Lo habis ngapain tadi disana?" Tanya Aryana penasaran akan gadis ini, secara hari sudah gelap begini masih berkeluyuran diluar.

"Itu tadi niatnya sih mau beli buku, tapi buku yang dicari gak ada." Balas Zahra seadanya.

Aryana hanya membulatkan bibirnya tanpa mengeluarkan kata.

"Kenapa memangnya?" Tanya Zahra penasaran. Namun Aryana hanya membalasnya dengan menggeleng.

"Eh Ra, katanya nanti ada pasar malam di komplek B." Ujar Aryana dengan sedikit menoleh kebelakang.

"Oh ya?"

"Iya katanya sih."

"Terus?" Zahra mengerutkan dahinya. Sejujurnya ia tidak suka acara-acara seperti itu, apalagi malam hari.

Aryana berdecak, "Kuy lah kita kesana, seru-seruan bareng dong."

Mendengar penuturannya, kini Zahra berpikir sejenak. Ia bukan gadis penikmat angin malam, lagipula sudah pasti akan kena marah jikalau kedua orang tuanya tahu.

"Ra?" Tanyanya memastikan membuat Zahra membuyarkan lamunannya.

"Gimana? Lo pasti mau kan?" Sambungnya kembali.

"Ta-tapi aku.." Zahra bimbang, ia tidak mungkin menolak ajakannya, secara Aryana selalu baik padanya. Namun disisi lain ia tidak mungkin bisa keluar malam hari, ia takut orang tuanya marah besar.

PROMISE(On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang