Part 7 : Makhluk Manis?

22 4 0
                                    

"Loe gak bodoh Ra, gua pastikan loe bakal kembali sama gua, gua janji bakal terus sayang sama loe!!" Teriak Aryana yang sudah tidak peduli lagi akan orang-orang yang melihatnya pun.

Tak lama Aryana pun melenggang pergi menuju gerbang sekolahnya. Apakah ini akhir dari cerita cintanya? Keluhnya seraya menunduk.

Ia menggeleng kuat, membuang semua pikiran buruk di kepalanya karena bagaimana pun ia pasti mendapatkan Zahra kembali, pikirnya.

Ia menyusuri sepanjang koridor kelas dengan pikiran yang kacau.

"Akhhh.. kenapa gua jadi seperti ini sih!" Aryana frustasi dengan apa yang telah terjadi. Ia merasa bahwa dirinya sudah benar-benar menaruh hati pada Zahra, meski awalnya hanya untuk sekedar pelampiasan, tetapi entahlah namanya juga hati selalu berubah-ubah, pikirnya.

Brukkk!

"Aduh sorry-sorry!" Tiba-tiba Aryana bertabrakan dengan gadis asing baginya.

Sontak keduanya saling kontak mata satu sama lain, Aryana yang menatapnya pun tak mengedipkan mata sama sekali.

"Manis!" Tuturnya dengan takjub tanpa mengedipkan mata.

Gadis itu melambai-lambaikan tangan di depan wajah Aryana, berharap Aryana tersadar dari lamunannya. Aryana pun mengerjapkan lamunannya.

"Aduh maaf ya kak aku gak sengaja nabrak kakak." Ujar lembut gadis itu dengan rasa bersalahnya. Memang gadis itu tengah terburu-buru sehingga tidak sengaja menabrak Aryana begitu saja.

"Ah iya gapapa kok." Balas Aryana dengan tatapan penuh arti.

"Oke baiklah, aku duluan ya kak, maaf sekali lagi." Gadis itu melenggang pergi begitu saja dengan terburu-buru.

Dalam benak Aryana terus bertanya-tanya, siapa gadis itu? Mengapa masuk ruang kepala sekolah? Apa dia murid baru disini?

Aryana menggelengkan kepala kuat, "ah entahlah," ia pun melanjutkan langkah menuju kelasnya.

Sesampainya di kelas, ternyata belum ada guru yang masuk, Aryana pun merasa lega karena ia pikir sudah telat seperti ini mungkin akan kena hukuman jika guru sudah datang. Keberuntungan masih berpihak padanya.

Tak ada perbincangan atau pun sapaan dengan teman-temannya itu. Aryana hanya diam seraya menghampiri meja kursinya untuk ia duduki yang bersampingan dengan Brian.

Riko yang melihatnya pun hanya berisyarat dengan dagunya, sementara Brian dan Fakhri hanya mengendikkan bahu seolah tidak tahu apa yang telah terjadi pada sahabatnya itu.

"Gua tahu loe pasti frustasi gara-gara Zahra kan?" Tanya Brian seraya membisikkan di telinganya.

"Nggak!" Elak Aryana, ia menyadari bahwa teman-temannya itu merasa dirinya aneh sejak masuk kelas tadi.

Brian mengernyitkan dahi, "terus Zahra?"

"Entahlah!" Aryana membuang muka lalu menatap kembali Brian, "tadi gua ketemu cewek cantik, terus manis lagi!"

Brian merasa aneh melihat Aryana yang tiba-tiba girang. "Hah siapa?" Tanya Brian penasaran, apa gara-gara gadis itu Aryana menjadi seperti ini? Bisa-bisa Zahra dilupakan, tapi tidak mungkin, secara Aryana sangat cinta padanya, pikir Brian.

"Si manis!"

"Si manis? Namanya si manis?" Tanya Brian dengan tatapan aneh, seolah tidak percaya.

Aryana menghela nafasnya, "gua gak tahu namanya anjir!"

Brian berdecak, "yaelah, kenapa loe gak kenalan aja tadi!"

Belum sempat Aryana membalas penuturannya karena Pak Jodi guru terkiller sekaligus wali kelas 11 IPA telah masuk.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 24 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PROMISE(On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang