1/4

1.8K 366 18
                                    

Eewww...vote dulu bisa kali :> 💙




Itu sudah terhitung dua minggu sejak felix pindah ke korea selatan, tidak buruk juga tinggal disini. Sehabis bekerja felix yang tidak kenal lelah terkadang pergi untuk jalan jalan di sekitaran kota.

Untuk sekedar mencari hiburan atau mencari street food yang katanya di kenal enak. Atau misalnya pergi ke tempat tempat tertentu setelah mendapat rekomendasi dari teman kerjanya, pun tidak buruk soal tempat tinggalnya.

Beberapa tetangga nya juga ramah, salah satunya tetangga yang menempati kamar di sebelahnya. Pasangan suami istri yang memiliki gadis cantik berumur empat tahun, beberapa kali felix bertemu dengan nya. Gadis kecil itu memiliki mata yang lebih besar dari orang korea kebanyakan, rambutnya sedikit ikal di ujung dan jepitan mungil berbentuk unicorn selalu menjadi ciri khas nya. Sang ibu adalah seorang mantan pramugari, kecakapan nya dalam bahasa asing bisa dibilang sangat baik. Jadi felix tidak menemukan banyak kendala soal bahasa ketika bercengkerama bersama wanita tiga puluh tahun ini. Tak heran jika diantara tetangganya yang lain keluarga dengan satu anak inilah yang lebih dekat dengan nya.

Benar adanya kalau felix cukup akrab dengan tetangganya yang lain, hampir, tidak semua, camkan ini.

Salah satunya tetangga yang tinggal diseberang kamarnya.





Klik

Pintu terbuka, sosok tak asing lagi muncul di baliknya. Penampilan nya sedikit berantakan dan mata sipit itu memicing sinis pada sosok felix yang berdiri di hadapan nya, masih terlihat lugas dan kekanakan sepeti yang diingatnya.

"Ada apa?" suaranya sedikit parau dan matanya terlihat begitu mengantuk.

Netra gelapnya spontan menatap angka arloji, memastikan dengan benar bahwa jarum jam nya terpatok pada pukul sepuluh pagi lewat lima belas menit, sepuluh detik

"Ini sudah pukul sepuluh"

Pintu terbuka lebih lebar, hyunjin menjejak satu langkah ke depan. "Aku tahu" lalu menguap kecil.

"Ini hari minggu, apa kau tidak memiliki rencana untuk bepergian?" mata felix memutar ke arah plafon lorong, lalu melanjutkan "hari ini tidak hujan loh"

Hyunjin menggosok keningnya tidak sabar dan rambut hitam nya yang agak panjang dan berantakan menutupi wajahnya yang terlihat lelah.

"Ada apa?" —lagi

Felix mendelik, kesan pertamanya pada pemuda ini tidak salah rupanya; tidak suka basa basi, tidak suka banyak bicara dan introvert akut.

Hyunjin lantas menunggu sebentar, setelah melihat bahwa felix belum berniat menjelaskan alasan nya mengganggu istirahatnya, pemuda itu menggosok kembali keningnya, menyibak sediki surai nakal yang menjuntai lepas di dahinya, dan menatap felix sekali lagi mengajukan pertanyaan yang sama; "ada apa?"

"Aku terlalu banyak membuat adonan, aku tidak bisa memakan semua kue ini sendirian jadi aku pikir ada bagusnya kalau aku memberikan nya padamu" —bagus sekali, siapa yang akan menolak kue buatan nya ini. Sangat percaya diri.

Manik hyunjin bergulir menatap bingkisan kotak sedang di tangan felix, sejenak berhenti lalu menatap bingkisan itu dan felix secara bergiliran sebanyak beberapa kali.

"Kenapa kau tidak memberikan nya pada yang lain?" —kemudian telunjuknya menunjuk ke arah pintu lain. "Seperti tetangga di sampingmu"

Felix sedikit memutar kepalanya, menatap pintu itu selama beberapa saat, "Aku sudah menekan bel nya beberapa kali, tidak ada orang. Mungkin mereka...uuh...tidak ada dirumah?"

Matanya memicing skeptis diikuti gerakan menyilangkan tangan di dada, "benarkah?"

"Kamu bisa mencoba nya sendiri"

Hyunjin, pemuda itu menatapnya panjang sebelum akhirnya ia menyerah dan menarik nafas dalam. Tatapan nya jatuh lagi pada bingkisan ditangan felix.

"Aku tidak mau membebani diriku dengan membalas kemurahan hati orang lain"

Felix mengernyitkan dahinya, jujur saja, dia ini bicara apa? Sel otaknya butuh beberapa saat sebelum bisa mencerna kata kata hyunjin, itu hampir menghabiskan waktu selama satu menit sampai felix benar benar bisa menerjemahkan semua katanya dengan sempurna, dan pemuda jangkung itu segera menginterupsinya

"Aku tidak suka makanan manis" tandasnya, singkat, padat jelas, lalu tangan nya bergerak hendak menutup pintu sebelum ia sadar bahwa ada sesuatu yang menahan pintunya untuk tertutup.

"Singkirkan kakimu"

"—aku secara khusus membuat kue ini untukmu" diucapkan dalam satu tarikan nafas.

Lalu felix panik bukan main sewaktu netra gelap bak ngarai tanpa dasar itu menatapnya cukup lama. Hyunjin bahkan tak bergerak barang sedikitpun.Terlalu tenang untuk diartikan sebagai ekspresi terkejut.

Astaga... Mati sudah, felix malu bukan kepalang.



Hello Stranger; HyunLix ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang