1/6

1.8K 340 29
                                    

Eeww...vote atau komen nya dulu dong, yawlaa aku maksa aowkaowk ( TДT)ง






------

Ketika hyunjin membuka matanya ia melihat plafon putih yang familiar, dengan lampu minimalis yang bertengger di pusat. Akan tetapi aroma yang menyeruak di sekitarnya terasa asing, itu tercium seperti sekumpulan kelopak bunga kecil pada musim semi pertama. Sekilas itu mengingatkan nya pada aroma khas musim semi sewaktu ia masih kecil.

Dirumah masa kecilnya dulu, terdapat hamparan bukit luas sebagai halaman depan rumahnya. Saat musim semi tiba bunga bunga kecil bermekaran dan menutupi bukit tersebut dengan berbagai macam warna dan bentuk. Ketika angin menyapu, kelopak kelopak bunga itu mengeluarkan aroma khas yang menyejukan indera penciuman, dan hyunjin kecil senang menghabiskan waktu disana selepas sekolah, hanya untuk mengajak anjing masa kecilnya bermain dan berlarian di sekitaran bukit, atau menemani ibunya yang memetik buah-buah berry diladang keluarga yang tak jauh dari perbukitan.

Hanya mengingat itu hyunjin merasa sedikit kecewa dan sedih. Dia menutup mata erat-erat dan menghembuskan nafas dengan cepat. Ketika itu pintu berderit terbuka, hyunjin lantas bangun dari posisi nya dan baru menyadari bahwa ia berada di dalam ruangan yang sangat asing.

Tempat tidur, warna cat dinding, dan seluruh interior minimalis di dalamnya benar benar bukan miliknya. Hyunjin memijat dahinya, dan rasa pening menjalar sampai ke ubun kepalanya. Saat melihat hyunjin sudah terbangun dan menunduk dalam dalam di atas tempat tidur, felix segera menghampirinya, dengan nampan berisi bubur hangat, air mineral dan kotak obat di tangan nya ia berlarian kecil.

Meletakan nampan di atas meja kecil, felix segera menghampiri hyunjin dan sedikit berteriak panik. "JANGAN MUNTAH DISINI AKU MOHON"

Mendengar jeritan ini hyunjin mendongak, alisnya berkerut saksama dan menatap felix penuh tanya, "Apa yang kau pikirkan?" tanya hyunjin.

Felix mengerjapkan matanya dan berdiri canggung di samping tempat tidur.

"Aku pikir kau akan—" felix berhenti sebentar.

Ia menatap wajah hyunjin yang pucat pasi, mempertimbangkan untuk memberitahu bahwa semalam ia memuntahkan seisi perutnya di atas jaket nya —atau tidak. Karena pada detik ini felix masih memikirkan, apakah hyunjin akan malu setengah mati ketika felix memberitahukan nya kejadian tadi malam? ya, ia pasti akan merasa malu.

Hyunjin yang melihat felix terdiam mulai bertanya lagi, "Akan apa?"

Felix mendengus pelan, berkata sambil berlalu ke arah meja kecil, "Kau akan muntah lagi di atas tempat tidurku" lalu menyerahkan nampan berisi bubur pada hyunjin.

Menatap bubur hangat itu lekat lekat sebelum mengedarkan tatapan ke setiap sudut ruangan. Harus hyunjin akui, dia bahkan merasa lebih nyaman berada di kamar tetangga asingnya di bandingkan di ruangan sendiri, padahal di lihat dari sudut manapun jenis dan ruangan apartemen mereka sama persis. Jangan salah paham, ini pasti hanya pengaruh pewangi ruangan yang di gunakan oleh felix, aroma nya begitu menyenangkan seakan-akan hyunjin tengah dipeluk erat oleh kenangan masa kecil nya.

"Kenapa aku ada disini?"

"Oh akhirnya kau bertanya" felix duduk di tepian tempat tidur dan dengan hati hati menyimpan nampan itu di pangkuan hyunjin.

"Tapi sebelum aku menjelaskan semuanya, lebih baik kau makan dulu dan minum obatmu"

Tangan felix kemudian terulur perlahan, hyunjin berjengket sedikit saat punggung tangan felix hendak menyentuh dahinya. Ia mengernyit tidak senang dan matanya nyalang waspada, "Apa yang akan kau lakukan?"

"Biarkan aku mencek suhu tubuhmu, kau demam semalaman" menyentuh dahi hyunjin hati hati, dan menggelengkan kepala dua kali.

"Sulit dipercaya, demam mu benar benar keras kepala.."

Hello Stranger; HyunLix ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang