1/3

2K 373 16
                                    

Hewwooo hwangfelist~

Note penulis putus asa :
Ini story ada yg baca sukur kagak ada jg gapapa, serah lah mau vote apa enggak :v mau vote ya makasih enggak jg.... yaudahlah mau gimana lg, saye tak bisa memakse, betul tak? :V







Ketika felix kembali dari supermarket itu sudah pukul sepuluh malam, ia membawa dua kantung belanja besar di kedua tangan nya. Terlihat begitu berat tetapi sebenarnya itu jauh lebih ringan dari yang di duga. Ia hanya berbelanja beberapa keperluan makan dan beberapa hal lain, seperti makanan ringan, mie instan dan beberapa peralatan dapur sederhana.

Setelah sampai di depan pintu apartemen nya, ia meletakan dua kantung belanja besar itu dilantai untuk mengambil kartu akses di dalam waistbag nya dan suara klik lain terdengar dari belakang. Felix berbalik untuk melihat dan pemuda yang baru saja bertemu dengannya beberapa jam lalu keluar dari kamarnya, ia memakai jaket hitam yang masih sama dengan tudung jaket yang menutupi kepalanya, ponsel di telinganya terburu buru berjalan menuju lift, tidak repot repot untuk menoleh ke sekitar atau bahkan menyadari ada manusia lain yang menatapnya diam diam.

Felix lagi lagi tidak puas dan gerutuan tidak jelas lolos pula dari mulutnya.

Sejak saat itu felix tidak pernah bertemu dengan orang itu lagi, ia pernah sekali bertemu di minimarket apartemen, sekitar tiga atau empat hari yang lalu. Tetapi itu hanya benar benar berpapasan tanpa saling tegur sapa seperti biasanya. Ia hanya menundukan sedikit kepalanya tak jauh hanya sebagai formalitas rakyat korea ketika berpapasan dengan orang lain dan pergi tanpa mengatakan apa apa. Seperti orang ini sama sekali tidak berniat menjalin hubungan yang baik dengan nya.

Felix bukan nya berharap untuk berbasa basi, hanya saja mereka adalah tetangga, kamar mereka berhadapan satu sama lain. Di masa depan mau atau tidak mau mereka akan lebih sering bertemu.

Felix menekuk wajahnya, sangat jelek sampai sampai bibirnya mengerucut ke depan. Jika tidak berniat untuk menyapa setidaknya tersenyumlah sedikit, ia hanya mencoba untuk menjadi tetangga yang baik dan menjalin hubungan yang harmonis bersama tetangga yang lain, tetapi apa yang dia dapatkan hanyalah kekesalan semacam ini, mungkin itulah pikir felix.

Pintu lift segera tertutup sebelum seseorang menyelipkan tangan diantara pintu yang hampir tertutup kemudian terburu buru memasuki lift, berdiri di samping felix dan meminta maaf sebanyak dua kali.

"Apa kau sedang terburu buru?"

Hyunjin—pemuda itu menoleh ke samping, pertama tatapan nya jatuh pada sosok yang masih tidak dikenal disampingnya.

Felix berhenti sebentar dan menyadari jika kali ini ia tidak memakai topi dan fitur wajahnya terlihat begitu jelas saat ini. Dari mata sampai bibir, dari dahi sampai dagu, semuanya terlihat begitu jelas. Mata sipit berbingkai kacamata itu menatap felix tiga sekon sebelum mengangguk tanpa kata kemudian memalingkan wajahnya ke depan menghadap pintu lift

"Kau pasti telat bangun"

Hyunjin sedikit melirik dan menjawab "ya" tanpa basa basi.

Lalu hening pun tercipta sampai lift berhenti dan seseorang lain menjejalkan diri diantara mereka.

Begitu mereka sampai di lobby apartemen pintu lift terbuka, baik felix ataupun orang itu segera meninggalkan lift. Felix menatap punggung hyunjin dari jauh, ia sedikit mempercepat langkahnya dan atensi sepenuhnya tertuju pada ponsel pintarnya. Lalu begitulah mereka berakhir, tidak ada interaksi khusus, senyum pun bahkan tidak.

Decakan sebal meluncur bebas dari bibirnya, apa ada yang salah dengan dirinya? Atau apa ada yang salah dengan orang itu?





Hello Stranger; HyunLix ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang