1/2

2.5K 354 4
                                    

Hewooo Hwangfelist~ 💙

.

Chapter 2; Hello Stranger 205
[HyunLix]

.

"Aku sudah menerima kartu akses apartemenku satu hari sebelum aku pergi, bos ku bilang aku hanya perlu menempatinya"

Jisung yang memimpin perjalanan hanya menggangguk dan dengan teliti melihat satu per satu nomor yang tertera pada pintu kamar.

"Hey felix, katakan, berapa nomor apartemenmu?"

Felix melirik kartu plastik putih biru dengan pola kunci dan logo apartemen yang sederhana, tiga angka bertinta emas dengan jelas tercetak di atasnya.

"Itu seharusnya bernomor 205, kan?"

Jisung membalikan tubuhnya, bersandar pada felix untuk melihat dengan jelas nomor apartemen pemuda aussie ini.

"Benar, 205 itu seharusnya berada tiga pintu dari sini, ayo!"

Tepat tiga pintu dari tempat awal mereka felix segera menemukan pintu kamar yang bernomor sesuai dengan kartunya. Setelah menempelkan kartu akses pada sensor magnet, pintu apartemen nya segera terbuka dan menampilkan suasana apartemen yang nyaman dan sunyi.


"Aku akan mengunjungi mu lagi nanti"

Han, pemuda yang seumuran dengan nya itu tersenyum, memasang tali sepatu di kedua kakinya sesekali melirik dentingan jarum arloji di tangan nya, gerakan nya sedikit tergesa gesa dan panik.

"Apa kau sibuk?" tanya felix dan direspon dengan anggukan kepala.

"Aku masih memiliki janji dengan seseorang"

"Jika kau sesibuk itu kau tidak harus memaksakan diri untuk menjemputku" felix merasa bersalah.

"Ya tuhan, aku sudah berjanji padamu lebih dulu, aku mana mungkin membiarkanmu pergi sendirian, lagi pula aku yakin orang suruhan itu juga tidak akan datang tepat waktu jika kau mendadak memintanya untuk menjemputmu"

Felix mengangguk, benar juga sih.

"Oke, felix aku harus pergi sekarang"

"Bisa kau menunggu sebentar saja? Ada sesuatu yang ingin aku berikan padamu"

Han mengangguk dan tanpa keberatan menunggu beberapa detik sebelum felix kembali kehadapan nya dengan paper bag berukuran cukup besar di tangan nya.

"aku tidak tahu apakah ini cukup, ada banyak snack khas australia dan hadiah dariku di dalamnya, aku secara khusus menyiapkan ini untukmu sebagai ucapan terima kasihku"

Lalu tawa jisung yang sedikit kekanakan terdengar mengudara, memantul lembut di lorong sunyi sekitar mereka.

"Apa apaan ini, aku benar benar tidak mengharapkan apapun darimu"

"Apa kau masih memiliki waktu untuk menolaknya? bukankah kau sedang terburu buru, pergilah dan datang lagi nanti, aku akan menunggumu" balasnya.

"Beritahu aku jika kau mendapatkan kesulitan" lalu jisung meninggalkan tempat itu bersama paper bag yang ia peluk erat dalam dekapan nya.

Felix saat ini memiliki beberapa paper bag berukuran kecil, tidak ada yang istimewa di dalamnya. Semuanya hanya berisi camilan ringan, dan sebuah suvenir mungil sebagai pemanisnya. Ibunda felix yang telah menyiapkan semuanya, semua paper bag ini akan felix bagikan kepada tetangga nya— hitung hitung berkenalan dengan tetangga baru tujuan nya.

Kau harus ramah dan berbuat baik dimanapun kau berada, itulah wejangan ibunya sebelum felix pergi. Terlepas apakah orang orang akan membukakan pintu dan menerima hadiah perkenalan nya.

Selayak nya orang yang menempati kamar satu ini.

Letak kamarnya tepat berada di seberang kamar felix. Sudah di bel berkali kali sang penghuni tak jua menampakan diri, entah sibuk atau tidak ada ditempat felix tidak tahu pasti.

Merasa tidak nyaman jika harus menekan bel berkali kali di rumah yang tidak tahu siapa penghuni nya, felix akhirnya memutuskan untuk menggantung paper bag itu di gagang pintu kamarnya dan menuliskan sesuatu di sebuah note tempel berlatar biru.

'Hai aku lee felix, aku penghuni kamar nomor 205. Aku memilik sesuatu untukmu dan meninggalkan nya disini, semoga kau menyukainya dan semoga kita bisa menjadi tetangga yang rukun'

—itulah bunyi pesan tersebut, sangat sederhana dan terlihat ceroboh dengan coretan tak beraturan dimana mana, khas felix sekali.





"Hmm.. Aku harus pergi membeli beberapa hal lain, sepertinya membeli mie untuk beberapa hari sudah cukup........ Oke, aku mengerti, aku tidak akan memakan mie itu lebih dari tiga kali, baiklah aku harus pergi bu, aku akan menutup telpon nya sekarang. Aku akan menelponmu lagi besok, aku mencintaimu"

Sambungan pun dimatikan, obrolan ringan ibu dan anak pun segera terputus. Begitu felix membuka pintu kamarnya seseorang sedang berdiri tegak memunggungi nya dari seberang.
"Halo" akhirnya felix menyapa nya lebih dulu.

Orang itu sepenuhnya menghadapnya. Ia adalah seorang remaja, terlihat seumuran dengan nya, dia lebih tinggi dari felix. Dan felix tidak bisa melihat secara jelas seperti apa wajahnya di karenakan bayangan topi yang ia kenakan menutupi sebagian fitur wajahnya.

Lalu pemuda itu menundukan kepalanya, membaca sekali lagi tulisan abstrak di atas note biru di tangan nya, diam diam mengobservasi coretan ceroboh itu.

"Apa kau orang asing yang tinggal di kamar itu?"

Suara pemuda ini terdengar halus dan suram, tidak terlalu berat seperti dirinya. Namun dalam suasana sunyi semacam ini suaranya yang terdengar seperti melayang diudara membuat bulu kuduknya merinding. Felix kemudian sedikit menganggukan kepalanya sebagai pembenaran.

"Apa kau penghuni kamar itu? Kebetulan sekali, aku yang meninggalkan pesan dan hadiah itu disana, aku baru pindah tadi pagi dan aku berasal dari australia, bahasa korea ku tidak terlalu bagus dan tulisan tanganku juga sangat buruk, aku harap kau memakluminya"

Kepala pemuda itu menunduk lebih dalam, dan karena topi yang ia kenakan felix tidak tahu ekspresi apa yang orang ini tunjukan. Beberapa sekon kemudian orang ini mengangkat kepalanya dan sedikit merunduk.

"Terima kasih untuk hadiahnya"

Lalu tanpa kata kata lain orang ini memutar tubuhnya dan membuka pintu kamarnya.

"Senang bertemu denganmu, aku harap kau menyukai hadiahnya dan kita bisa menjadi—"

Klik!

Dan pintu pun tertutup, benar benar tertutup bahkan sebelum felix menyelesaikan kalimat nya. Menatap pintu tertutup itu selama beberapa sekon dan dia akhirnya tidak bisa menahan dirinya untuk mengutuk dalam hati.

Yah, kesal bukan main, siapa yang sangka bahwa salah satu tetangganya akan bertindak tidak sopan semacam itu, terlebih pada tetangga barunya! Setidaknya bicaralah sepatah atau dua patah kata lagi sebelum menutup pintumu di depan wajah orang lain, apa orangtua mu tidak pernah mengajarimu sopan santun!

Berceloteh tanpa jeda, itu yang felix lakukan sampai pintu lift terbuka dan turun ke luar untuk membeli beberapa barang dan bahan makanan.





Hello Stranger; HyunLix ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang