Bab | 01

20 6 0
                                    

HAPPY READING

*

*

*

Semua yang terjadi di hari lampau, rasanya begitu cepat berlalu namun seperti itulah realita yang ku alami kini. Semua hanya tinggal kenangan dan harapku tak lupa akan waktu itu. Tepat di beberapa tahun yang lalu kisah ini bermula.

                                  

Di hari itu, di beberapa tahun yang lalu, tepatnya di pagi hari, embun menyertai kepergian ku, dengan tubuh gagah, membusungkan dada, kepercayaan yang membara, mengenakan seragam lengkap yang tak pernah ku pakai sebelumnya, walau kadang hati membisik akankah harapan menjadi kenyataan atau justru kesialan yang akan datang,,,?? Yah seperti itulah adanya yang kurasa di kala hati menyapa..!!

Dan ternyata benar adanya tak kulebihkan cerita namun itu yang ku rasa, semua di luar ekspektasi ku, setibanya di sekolah, aku di tempatkan di kursi depan yang bakalnya berhadapan dengan wajah guruku,, bagaimana tidak, mengetahui itu, nyaliku seketika menciut, kecemasan dan kegaduhan hatiku pun terealisasi dengan jari jemariku yang terus ku mainkan guna menyembunyikan rasa Maluku, jantung tak bisa ku pungkiri, detaknya pun tak terkira, seakan rasaku mengira semua orang di sekitarku kan mendengar detup jantungku.. oh tuhan apakah ini cobaan di awal pembelajaran..entahlah.

Dan percayakah kalian..?? Hal itu mampu  membuatku terbungkam dengan seribu kata, alhasil seseorang yang duduk bersebelahan denganku tak ku lontarkan satu katapun untuk membahas sebuah hubungan pertemanan, yah itulah buah hasil dari ke khawatiran ku, memang sih terkesan lebai perasaanku ini tapi yah begitulah adanya diri ini.

",, Apa yang harus kau lakukan?", hanya kutipan kata-kata itu yang terus ada dipikiran ku, serasa diriku telah membatu, yang tak dapat berbuat apapun itu, sembari berharap lepas dari rasa gelisah dan kegugupan itu ...

Disaat diriku sibuk dengan diri ini yang tak kunjung usai dalam kegelisahan dan teman teman yang tak henti hentinya dalam antusiasme memperkenalkan diri.. akhirnya seketika kebisingan itu terhenti dalam sekejap, suasana senyap sunyi, ketika terdengar suara yang keluar dari balik pintu kelas kami, "tok tok tok " semua terhening  dalam kecemasan. Yah kaya horor banget ya hehe, tapi itu bukan kehororan melainkan kecemasan di kelas kami. Dan ternyata seseorang datang dari arah pintu tersebut, dengan mengenakan pakaian coklat terlihat sangat rapih sambil membawa selembaran kertas di genggaman tangan kanannya menuju meja yang tepat di hadapan meja ku bertempat.

Gak kebayang dong gimana gugupnya tuh aku di waktu itu hihi...

Dan ceritapun berlanjut. Aku mulai teringat dengan pesan ibuku, dia selalu berpesan kepadaku bahwa ketika kita mengalami gugup maka tariklah nafas dalam dalam dan jangan lupa untuk di keluarin dari mulut ya bukan dari belakang hehe.. gitu sih pesan orang tua ku, memang sih terdengar agak kocak tapi aku percaya kok dan tuturnya berteriak lah di awal untuk menghilangkan kecemasan. Tapi ini kan tempatnya di kelas, hummm...mana mungkin aku berteriak seperti pesan orang tuaku, alhasil ya aku tetap gugup..

Dan giliran ku pun tiba, seperti halnya teman temanku yang maju satu persatu memperkenalkan diri di depan, namun kegelisahan dan pikiran tetap melalang buana, mikir jauh entah kemana. Aku mulai melontarkan suaraku kata demi perkata dan mulai memperkenalkan diri, dan ternyata semua kecemasanku lama lama bisa ku atasi. Aku saat itu mulai tau bagaimana menepis kecemasan di saat melanda. Yaitu yang ku butuhkan hanyalah jam terbang...., semakin lama dan sering aku tampil di hadapan umum aku semakin bisa menguasai suasana..., hehe kaya Avatar aja ya... menguasai air, api dan udara.

Selesainya aku tampil, aku mulai berani mengajak mengobrol teman sebangku ku di saat itu mulai menanyakan nama dan hal lain sebagainya. Termasuk yang aku tanyakan tentang kenapa dia memilih untuk bersekolah di sini ( SMA 1)  
Ternyata dari sekian temanku yang ku lontarkan pertanyaan itu.

Ternyata banyak pendapat dan alasan mereka masuk di sekolah SMA 1 ini, bahkan salah satunya ada yang karena keterpaksaan loh. Yah tapi Alhamdulillahnya di sampai saat ini kami menulis cerita ini. Dia tetap masih bersekolah di sekolah ini dan semakin mengetahui betapa berharganya ia sekolah dan bersyukur karena mungkin dengan tidak sekolah di sini dia tidak akan mendapatkan teman seperti kami kami ini. Ujarnya..

                                     ***

Dan hari pertama pun ku lalui dengan penuh kesan selanjutnya Tugasku sekarang belajar dengan tekun. Urusan dandan atau apalah itu tidak penting, karena bagiku prestasi paling penting. Meskipun tidak sampai juara umum setidaknya dikelas aku selalu menjawab pertanyaan guru & bisa dapat ranking 5 atau 10 besar. Angan angan dalam benakku.

Tiba sudah diakhir semester, aku masih di kelas sepuluh. Ulfa selalu menuntunku untuk tidak jatuh pada masalah. Beruntungnya aku memiliki teman-teman yang selalu menghibur dan saling mengingatkan pada kebaikan, aku kembali dengan kebiasaan ku yang heboh sana sini, dan mengikuti pelajaran seperti di hari-hari biasanya dengan yang lain..

Biasanya kami suka kumpul bersama sambil membahas hal-hal yang tak masuk di akal. Itu memang sesuatu hal yang aneh, tapi sangat seru dan lucu jika diikuti. Setiap hari Jumat, sekolah kami kadang tidak mengadakan proses KBM. Jadi, kami disuruh untuk membersihkan lingkungan sekolah. Sekolah kami itu penuh sekali dengan debu, jadi kalau tak dibersihkan, debunya bisa setinggi alas sepatu dan juga kami bisa menghirup udara yang tak segar karena sudah tercemari oleh debu.

Setelah selasai bekerja, aku dan teman temanku yang lain langsung menyerbu suatu ruangan yang belum terpakai. Coba tebak apa yang kami lakukan di sana? Kami jadikan ruangan itu sebagai tempat bermain lompat tali dari karet, soalnya waktu itu kami belum punya permainan yang modern seperti saat sekarang ini,  Sayang sekali, banyak temanku memilih untuk pindah sekolah dengan alasan bahwa sekolah kami sunyi. Tak ada yang menarik. Aku hanya bisa berkata dalam hati “semoga pilihanmu tepat, tapi jangan sampai kamu menyesal jika sekolah ini sudah berkembang”.  Kami sempat mengadakan PORSENI diwaktu itu meskipun belum punya lapangan. Cuma berbekal tanah yang penuh bebatuan, kami berinisiatif untuk menghamburkan pasir di atasnya sehingga menjadi rata tanah tersebut.

                          

       

                             Bersambung....

Kisahnya Singkat Namun MelekatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang