2. First Message

12 7 5
                                    

Selama diperjalanan tidak ada percakapan apa apa, dan gadis itu hanya berhenti di daerah sekitar gedung apartementnya, namun ia tidak memberitahu dimana dia tinggal. Lalu ia mengucapkan terimakasih pada laki laki itu karena sudah mengantarkannya, dan berlalu.

Namun saat gadis itu sudah dua langkah menjauhi mobilnya, laki laki yang tengah tersenyum miring itu berucap, "Sama sama Arshena."

Seketika membuat gadis itu mematung ditempat mendengarnya, 'dari mana laki laki itu tahu namaku?' Batin gadis itu.

sementara laki laki yang kini merasakan hatinya begitu senang bisa menjebak targetnya itu tak lain adalah Nathan yang sudah siap menerkam incarannya.

"Bagaimana kau tahu namaku?" Tanya gadis yang dipanggil Arshena itu dengan keheranan.

"Apa yang tidak mungkin bagiku.," kata Nathan.

"Haha! Lucu sekali penguntit!" Kata Arshena dengan nada yang semakin naik.

"Santai.. aku hanya sedikit melihat naskah novelmu, jangan takut." Kata Nathan disertai senyumannya, yang jelas itu hanyalah tipuannya. Pada kenyataannya Nathan sudah tau siapa gadis itu sejak tadi siang.

Sejurus Kemudian gadis itu baru ingat bahwa sedari tadi ia menenteng naskah novelnya yang belum selesai itu, jelas siapapun bisa membaca namanya. Meskipun gadis itu menghembuskan nafas lega, pada kenyataannya laki laki didepan memang tidaklah sebaik pikirannya.

"Baiklah.. maaf aku terlalu paranoid." Kata Arshena seraya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Berhati hatilah Arshena. Kota ini, desa, bahkan dunia ini bukanlah tempat yang aman." Ujar Nathan dan Arshena hanya mengangguk dan berlalu. Ia bahkan tidak sadar bahwa sebuah bahaya sudah mengincarnya sejak hari itu.

🥀🥀🥀

Waktu sudah menunjukkan pukul 00.30 dini hari. Sudah lebih dari sekadar tengah malam, dan Nathan masih berkutat dimeja kerja yang berada dikamarnya. Nathan sedang sibuk membaca berkas berisi profil seseorang bertuliskan, Arshena Dell Louis dan seorang lagi bernama Lilly Margareth.

"Jadi kau seorang penulis huh?" Gumam Nathan sambil masih fokus dengan profil tentang gadis itu.

Setelah membaca semuanya. Nathan tahu siapa wanita dirumah sakit yang tengah terbaring koma. Dia adalah ibu dari Arshena yang koma karena sebuah kecelakaan 3 tahun lalu, dan dia adalah Lilly Margareth, istri dari Jordhan Louis. Jordhan adalah salah satu pengusaha sukses yang cukup terkenal. Nathan pernah bertemu dengannya mungkin dua atau tiga kali dalam pertemuan yang entah apa dia pun lupa.

Namun, seingatnya sekitar setahun yang lalu Jordhan datang kesebuah pertemuan tidaklah sendiri melainkan bersama seorang wanita yang sudah pasti bukanlah Lilly istrinya yang sedang koma. Nathan yakin, laki laki seperti Jordhan tidaklah puas dengan satu wanita.

Nathan terus membaca semua hal tentang Arshena dan Lilly dari mulai profil lengkap sampai catatan kesehatan mereka semuanya ia baca. sampai sampai Nathan lupa sekarang waktu sudah menunjukkan pukul 2 pagi.

Nathan tidak biasanya terlalu memperdulikan siapa targetnya, bahkan dalam beberapa kali ia sama sekali tidak tahu siapa orang yang ia bunuh. Tapi Arshena adalah pengecualian untuknya, selain karena sekarang ia tahu bahwa ayahnya adalah orang cukup berpengaruh yang bisa saja merusak reputasinya jika ia ketahuan membunuhnya, sejak awal Arshena sudah mencuri perhatiannya dan seakan ada sesuatu yang berharga didalam dirinya. Maka baginya, sedikit bermain main mungkin bisa membuat tragedi kali ini jauh lebih menarik.

PSYCHOPATH'S QUOTESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang