4. Sedikit Masa Lalu

386 53 14
                                    

Sunoo ditinggal sendirian. Jungwon itu anaknya kepo, pagi tadi ia minta ditemani berkeliling pack untuk melihat-lihat dan Sunoo being himself, ia menolak dengan alasan sakit perut. Si mata rubah sebenarnya hanya ingin beristirahat sambil berpikir di rumah ketua pack. Alhasil, Heeseung memanggil Jay dan Riki untuk menemani Jungwon berkeliling. Ketua pack yang baik, pikir Sunoo.

"Mau ke sungai?" 

Suara itu membuyarkan lamunan Sunoo. Ia mendapati sang ketua yang berdiri di ambang pintu sambil tersenyum. Sejauh ini, Sunoo pikir Heeseung mempunyai senyum yang paling manis. Entah mengapa hatinya terasa aman saat sang ketua berada disekitarnya. 


*****

Sunoo duduk di batu besar pinggir sungai. Ia sempat tidak menyangka ternyata masih ada sungai sejernih ini. Alirannya tidak terlalu deras dan Sunoo bisa melihat ikan-ikan kecil berenang di dalamnya. Ia juga bisa mendengar suara gemuruh air berjatuhan yang agak samar, mungkin itu air terjun. 

"Ceritain tentang Ibu saya?" pintanya.

Heeseung tersenyum sambil menyodorkan buah berwarna merah, seperti tomat tapi lebih kecil. Sunoo terkejut karena rasanya yang manis dan sedikit asam seperti stroberi.

"Ratu Jihan orang yang hebat."

"Dia memberantas banyak rogue yang berani nerobos batas wilayah. Penjual-belian omega juga dihapus. Beliau lembut, adil sama rakyat. Bener-bener seorang pemimpin ideal."

Sunoo bisa melihat senyum kecil saat Heeseung mengatakannya.

"Maaf ngerepotin kalian selama ini, harus jagain saya."

Sang ketua pack tertawa kecil, "Perasaan sebelumnya pakai aku? Kenapa jadi formal?"

"Berasa nggak sopan aja sama ketua pack." jawab Sunoo menampilkan gigi rapinya.

Heeseung mnegusap rambutnya, "Panggil senyamannya aja, ya." Sunoo mengangguk.

"Kak."

"Hm?"

"Aku udah sering baca dunia werewolf di novel, gak tau sih sama atau beda kayak di sini. Kata Kak Sunghoon kemungkinan aku omega? Apa bener? Di novel omega laki-laki itu udah punah."

"Hm, nggak 100% seindah yang di novel sih. Terus kalau yang masalah punah.. hm, bukan punah kayaknya, tapi emang udah jarang aja." jawabnya.

Sunoo hanya mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Kamu bisa nerima takdir kalau kenyataannya bener-bener omega?"

Pertanyaan ketua pack membuat Sunoo terdiam.

Sejujurnya, pikiran Sunoo masih abu-abu. Jangankan menerima takdir, jiwa badutnya saja masih percaya kalau semua ini mimpi. Ia masih mau jadi manusia seutuhnya. Masih ingin sekolah, bermain, bersantai-santai, bekerja untuk membalas jasa keluarga Jungwon, serta hal lain yang belum ia capai. Dunia ini terlalu asing baginya, ia tak tahu apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan di sini. Akan tetapi, kedua orang tuanya berasal dari sini. Dia harus bertahan demi orang tuanya.

Fakta bahwa ibunya seorang ratu membuatnya takut. Di film-film dan novel yang ia baca, keluarga kerajaan selalu menjadi musuh. Selalu ada penjahat yang mencoba menyingkirkan pemimpin demi kekuasaan. Sunoo sedikit mengingat perjalanan hidup 17 tahunnya. Ia tidak pernah diculik, diancam, ditodong pisau, atau apapun itu yang bersangkutan dengan kriminal. Seorang putra dari ratu seharusnya diincar orang jahat kan? Iya, kan? Yah, setidaknya begitu yang Sunoo baca. 

Tiba-tiba ia teringat kejadian dua hari lalu di kompleksnya. Sunghoon datang tepat saat ia hampir terjatuh. Lalu ia mengingat Jake, Jay, Riki, dan langsung menatap Heeseung yang sedang memandanginya heran. Benar, orang-orang ini sudah menjaganya dari penjahat. Ia harus menghargai mereka semua. Bagaimana pun juga, kata Jake mereka ini prajurit ratu. Orang-orang ini pasti lah sangat dipercaya oleh ibunya. Sunoo harus menerima takdir ini demi menghargai mereka. Setidaknya hanya itu yang bisa ia lakukan untuk ibunya.


*****

Jungwon sudah pulang dari petualangannya mengelilingi pack. Ia sedang tiduran di sofa sambil membalas chat teman-teman sekelas yang menanyakan alasannya tidak muncul di sekolah hari ini. Suara pintu terbuka mengalihkan pandangannya, ia menemui Jake yang membawa paper bag di kedua tangannya.

"Kok belum pulang? Lo bukannya sekolah?" katanya sambil meletakan barang bawaan.

"Sunoo ga pulang berarti gue ga pulang."

"Hm," Jake melempar tubuhnya di sandaran sofa, menutupi wajahnya dengan topi yang sebelumnya ia pakai. Jungwon meletakkan ponselnya lalu menghadap Jake.

"Kak, gue penasaran, kalian sekolah gak?"

"Gak usah sekolah gue udah pinter." jawabnya tak bergerak sedikit pun.

Jungwon mendorong bahunya agak keras. Ah, sama-sama social butterfly. Baru sekali ngobrol sepertinya mereka sudah nyambung satu sama lain. Walaupun Jake introvert, dia ini tipe orang yang mudah berinteraksi sama orang lain. 

"Dulu kita sekolah, sama kayak kalian." 

Perkataan Jake membuat Jungwon menaikkan alisnya.

"Terus? Kok udah engga?"

"Kita sekolahnya di sekolah umum, bareng sama manusia. Belum ada yang bisa membangun sekolah khusus werewolf karena sumber dayanya terbatas."

Jake bangun dari posisinya, duduk tegak di sofa dan memandang lurus ke depan.

"Tapi emang dasarnya dunia kita berbeda, mau gimana pun gak bakal bisa disatuin. Manusia itu serakah. Harusnya identitas kita ini rahasia, tapi mereka entah kenapa jadi tau. Lalu seiring berjalannya waktu, kayak udah jadi rahasia umum kalo ada werewolf di sekolah mereka. Kaum kita sering dibully, dijauhin, dihina, diinjak-injak lah pokoknya. Kita gak bisa bales karna kita tau kekuatan kita. Dosa besar bagi werewolf yang ngebunuh manusia tanpa alasan yang kuat."

"Akhirnya kaum kita yang jadi imbasnya. Manusia pikir kita ini berbahaya. Mereka mulai berburu. Werewolf yang gak salah apa-apa dibunuh, tersiksa deh. Banyak korban waktu itu, salah satunya temen gue, prajurit ratu juga."

Jungwon terdiam. Jake menoleh dan mendorong bahunya.

"Apa sih, serius banget. Itu udah lama. Lagian gak semua manusia kayak gitu kok, seenggaknya lo sama Sunoo nggak gitu kan?" katanya dengan mata selidik di akhir kalimat.

"Nggak lah! Gue aja liat kecoak lari, gimana mau bunuh serigala?" 

Jake tertawa lalu menghembuskan napasnya kasar.

"Makanya, lo yang bener sekolahnya. Udah enak kan, tinggal ngerjain PR, ulangan, dapet nilai, lulus. Kita mah mana bisa, hidup aja udah syukur."

Jungwon tahu ada rasa sedih di kalimat itu. Ia sangat menyesali usia mereka semua yang seharusnya masih sekolah dan hanya memikirkan hal-hal bahagia. Heeseung terlintas dipikirannya. Mereka hanya beda beberapa tahun tapi sang ketua pack harus memimpin anggotanya yang kebanyakan lebih tua darinya. Lalu ia teringat Riki. Werewolf menggemaskan itu masih 15 tahun. Jungwon rasa ia punya soft spot untuk sang maknae, rasanya ia ingin memeluk Riki sekarang juga. Oke, ia rasa dirinya memang harus mendukung Sunoo sebagai bagian dari dunia ini. Ah iya, ia lupa sesuatu.

"Kak, kalau nenek gue? Dia posisinya apa di sini?"

"Oh, Mary, dia itu—"

"Ketua pack mana?"

Perkataan Jake di potong oleh Jay yang mendorong pintu dengan keras sambil mengatur napasnya, menandakan ia habis berlari.

"Di sungai. Kenapa sih—"

"Ada rogue masuk ke perbatasan dan udah deket ke perkampungan." potong Jay.

"Shit."











*****

haloo maaf lama updatenya :D lagi banyak tugas kuliah mwhehe. btw di part sebelum-sebelumnya aku salah nulis, harusnya riki itu 15 tahun, bukan 17. tapi udah di update lagi kok hehe. makasih yang udah baca dan vote! ♡


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 07, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

World Wide Werewolves | ENHYPEN FFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang