Sunoo terbangun dari tidurnya dengan napas tersenggal. Mengedarkan pandangan ke penjuru ruangan, ia tidak menemukan Jungwon dimana pun. Terpaksa, dengan susah payah, dirinya menggapai segelas air di atas nakas. Setelah napasnya mulai teratur, ia mengerjapkan matanya berulang kali sambil mengelap air matanya yang tak disadari sudah mulai mengering.
Membuang napas dengan kasar, ia menggapai ponselnya dan menemukan beberapa pesan dari Jungwon yang berisi bahwa teman sekamarnya itu harus pulang ke rumah orang tuanya hari ini. Setelah membalas pesan dan membuka grup chat kelas, Sunoo bangkit dari tempat tidur dan menemukan sarapan yang sudah siap di meja makan. Ah, Jungwon dan segala perhatiannya. Air putih tadi pun sudah disiapkan sebelum dia pergi. Jungwon ini memang definisi another half-nya Sunoo kalau kata orang.
Bicara soal Jungwon, sebenarnya Sunoo sedikit heran dengan teman dari kecilnya itu. Orang tuanya lengkap dan hidupnya juga sejahtera, apapun yang Jungwon minta pasti disanggupi. Begitu pula dengan pilihan hidupnya untuk tinggal bersama Sunoo. Kedua orang tuanya bahkan tidak hanya memfasilitasi anak mereka, tetapi Sunoo juga ikut terciprat fasilitas. Jungwon dan Sunoo tinggal di sebuah rumah sederhana di tengah kota yang dekat dengan sekolah mereka. Selain mereka berdua, ada si mbak yang bolak-balik ke rumah untuk membantu keduanya mencuci baju dan memasak. Uang bulanan pun lancar di rekening Sunoo.
Semua ini membuatnya merasa tidak pantas. Dirinya bahkan pernah berpikiran bahwa orang tua Jungwon hanya mengasihani hidupnya. Di usianya waktu masih bayi, kedua orang tuanya meninggal. Ia tak pernah tahu seperti apa wujud kedua orang tuanya. Begitu pun om-nya yang meninggal saat ia masih berusia 5 tahun. Sunoo merasa hidupnya hanya membawa kesialan untuk orang-orang disekitarnya bahkan sejak dirinya hanya bisa menangis karena lapar. Akan tetapi, semenjak Jungwon dan keluarganya datang, Sunoo merasa seperti mempunyai rumah. Pelukan Mama Hana terasa hangat di tubuhnya, begitu pun kebaikan Ayah Yejun yang menghangatkan hatinya.
Ini hari Sabtu, sekolahnya libur dan Sunoo tidak tahu harus berbuat apa di rumah sendirian. Tugas-tugas yang diberikan gurunya sudah dia kerjakan, merapikan tempat tidur dan mencuci piring juga sudah selesai. Rasanya Sunoo ingin menyusul Jungwon, meminta Mama Hana untuk membuatkannya tteokbokki. Namun, saat ingin melangkah ke kamar mandi, notifikasi ponselnya berbunyi menampilkan nama Jungwon.
Sunoo menahan napasnya saat mengetahui bahwa Jungwon akan menginap di rumah orang tuanya karena neneknya datang. Ah, Sunoo ini lumayan takut sama nenek Jungwon. Dari kecil, nenek selalu menatap Sunoo dengan lekat. Anak kecil mana yang tidak takut jika seorang nenek berusia sekitar 78 tahun tidak pernah berbicara dan hanya memperhatikan gerak-gerik kita. Terkadang, nenek menatapnya sambil mencengkram lengan Sunoo dan berkata, "Mata yang cantik."
Mengingatnya saja membuat bulu kuduk Sunoo merinding. Setelah membalas pesan Jungwon, Sunoo memutuskan untuk berganti baju dan berolahraga di sekitar komplek rumahnya. Dilihatnya jam dinding yang menunjukkan pukul 08.00. Memang sudah kesiangan untuk sekadar jogging, tetapi matahari belum menebarkan sinarnya. Awan masih mendominasi langit dengan warna sedikit gelap, menandakan hujan akan segera turun. Sebenarnya, di suasana seperti ini Sunoo lebih suka bersantai di tempat tidur bersama ocehan Jungwon, tetapi sekarang dia sedang sendirian. Kasur hanya mengingatkannya kepada mimpi-mimpi buruk.
*****
Sunoo sedang mengikat tali sepatunya saat seekor anak kucing menatapnya dengan kedua mata berbinar.
"Aw, are you lost, kitty?" Anak kucing itu mengeong.
Dari kecil, Sunoo sangat ingin punya hewan peliharaan. Ia selalu punya soft spot untuk hewan. Akan tetapi, di hidupnya yang sulit ini, tidak mungkin baginya untuk mengadopsi hewan peliharaan. Uang bulanan dari orang tua Jungwon harus dia manfaatkan sebaik mungkin untuk memenuhi kebutuhannya. Rasanya sangat tidak tahu diri jika meminta adopsi seekor kucing.
Tangan yang sedang mengelus kepala anak kucing itu tiba-tiba berhenti. Perutnya terasa sangat sakit seperti terlilit oleh tali. Rasanya mual, Sunoo ingin segera berbaring di kasur. Ia menatap sekelilingnya dan baru menyadari bahwa dia ada di gang tempat pembuangan sampah komplek, tidak ada satu orang pun yang lewat. Dengan perlahan, ia bangkit dari posisi jongkoknya, berjalan dengan tangan kiri merayap di dinding dan tangan kanan memegang perutnya.
Sunoo mengutuk dirinya karena tidak membawa ponsel. Pasrah dengan keadaan, ia merasakan tetesan air hujan mulai berjatuhan di rambutnya. Bagus, pikir Sunoo, dia akan mati karena sakit perut sialan ini dan mayatnya tergeletak di dekat pembuangan sampah saat hujan deras. Pandangannya menjadi buram, kakinya tidak kuat lagi untuk berdiri. Tepat sebelum ia menjatuhkan diri ke tanah, sebuah tangan menahan bobot tubuhnya. Sunoo hanya melihat sepasang mata hitam dengan tahi lalat di pangkal hidung sebelum semuanya menjadi gelap.
*****
Character introduction
1. Yang Jungwon
Umur : 17 tahun
Status : manusia2. Kim Sunoo
Umur : 17 tahun
Status : manusia
KAMU SEDANG MEMBACA
World Wide Werewolves | ENHYPEN FF
FanfictionSunoo pikir dia sendirian. Semua keluarganya sudah meninggal sejak ia masih bayi. Ia hanya punya Jungwon, satu-satunya orang yang selalu ada di sampingnya, termasuk saat pagi hari setelah ia mimpi buruk. Mimpi yang selalu menghantuinya selama 17 tah...