4 II He Gets What He Doesn't Want To

6.6K 159 29
                                    

Kenapa kemalangan selalu datang beriringan dengan kebahagiaan yang tercipta? Karena keduanya memang saling terikat; saling menjerat.

Karena Azmi merasa sangat bersemangat hari ini, dia bisa juga bangun pagi sekali. Kalau Ivan sendiri sih memang sudah terbiasa bangun pagi. Pekerjaannya memang menuntunnya untuk bangun pagi pagi. Kalaupun tidurnya bablas, kawan kuli lainnya biasanya bakal langsung buru buru membangunkan mendekati jam kerja. Kalau sudah begitu, yang bisa dilakukan paling cuma cuci muka dan langsung buru buru ikut bergabung dalam pekerjaan. Tak ada waktu lagi untuk sekadar sarapan, ngopi dan ngerokok. Karena Ivan gak mau mengalami hal seperti itu, biasanya tubuhnya sudah bisa menyadari kalau dunia sudah subuh. Bahwa matahari sebentar lagi akan segera terbit. Tubuhnya sudah memiliki alarm sendiri --dan untuk jaga jaga kalau dia merasa kecapaian, dia juga memasang alarm di handphone-nya.

Pokoknya dia berprinsip untuk tidak bangun terlambat, karena jika awal harinya kacau, biasanya ... ke depannya juga akan merasa kacau. Dan karena pekerjaannya berat, dan tidak hanya butuh sekadar tenaga melainkan juga fokus, maka akan fatal baginya jika dia melakukan kesalahan. Antara dia bisa mencelakai dirinya sendiri, atau kawannya sesama kuli. Dia tidak mau hidup seperti itu. Dia belajar selama ini bahwa yang bisa dia kontrol penuh adalah dirinya sendiri. Selama dia sudah melakukan hal yang menurutnya benar, maka hal hal yang berada di luar dirinya --kalaupun harus terjadi, memang itu adalah di luar kontrol dirinya. Itulah yang dia yakini, dan bagaimana cara dia memandang takdir kehidupan yang menimpa kepadanya.

"Mau mandi dulu atau makan dulu, Bang?" tanya Azmi saat dia selesai merapikan tempat tidurnya.

"Cuci muka dulu aja, nanti langsung sarapan. Abis itu baru mandi."

"Oh ... oke kalau gitu. Ya udah, aku liat liat dulu bahan masakan yang ada di kulkas. Biar nanti aku masakkin sesuatu buat kita."

"Boleh Abang bantu?"

"Bentar ... Abang kebiasa masak gak? Kalau kebiasa mah, hayu! Tapi kalau gak kebiasa, mending mundur deh. Hehehe. Nanti malah terjadi huru hara di dapur."

"Hahaha. Iya sih. Abang gak pernah masak, soalnya emang ga pernah punya waktu buat belajar masak. Keburu capek."

"Hahaha. Ya udah. Abang mau kopi atau teh?"

"Kopi aja."

"Oke, aku buatin ya ... Abang nikmati aja dengan santai sambil nonton TV atau nonton film juga gapapa. Ada banyak pilihan. Abang pilih pilih aja."

"Oke ..."

Azmi baru keinget bahwa dia semalam gak makan. Padahal dia sudah menanak nasi semalam. Keburu keasyikan ngabisin waktu sama Ivan sih. Dia langsung ngecek mejikom. Untung saja, dia sudah mencabutnya. Bahkan dia sempat mendinginkan nasinya. Namun ... saat dia sedang melakukan itu, Ivan dateng. Jadinya ya begitu, deh. Ga keburu makan. Dan sekarang ada karena ada nasi yang sudah matang, sayang juga kalau ga dimanfaatin. Dia mau bikin nasi goreng aja.

Azmi mulai berfokus dengan nasi goreng yang dia masak dan merasa bahagia saat melakukannya. Lagi lagi karena perasaan senang memasakkan sesuatu untuk orang yang disukainya, jadi semangat tersendiri dan menciptakan kebahagiaan yang tak terelakkan dalam dirinya. Tidak aneh bagi orang orang yang sedang merasa menjatuhkan perasaannya pada seseorang, dan kini dia berada di sekitaran orang itu bahkan melakukan sesuatu untuknya ... maka perasaan bahagia itu muncul begitu saja. Tanpa pretensi, pun tanpa kendali.

Sedang Ivan sedang asyik menonton salah satu film komedi Indonesia yang dipilihnya. Rasa menyenangkan bisa menggunakan waktu paginya dengan hiburan. Sudah lama sekali rasanya sejak ia terakhir kali menggunakan waktunya dengan leluasa. Biasanya pun kalau ada waktu libur, Ivan menghabiskan waktunya dengan belajar atau hanya sekadar tiduran saja di bedeng. Kembali memulihkan tubuhnya setelah seminggu bekerja keras. Hanya saja ... saat dia sampai di hari ini, saat dia bisa bangun dengan tubuh yang segar bugar seolah tidak hanya karena tertidur lelap saja --tapi ada yang menyuntikkan energi kebahagiaan juga ke dalamnya. Dan ia seperti sudah sangat lama sekali, tak merasakan kebahagiaan dan keleluasaan di pagi hari seperti hari ini.

KULITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang