KULI

3.2 II They're Cute Together

Komunikasi orang yang jatuh cinta tidak lagi hanya lewat sekadar kata. Segala tingkah laku, bisa jadi pesan untuk orang yang sedang dicintai. 

Pagi harinya menjelang siang, --rasa nyaman membuat Azmi tidur sangat lama--, ia sudah mendapati dirinya hanya terbaring sendirian di atas kasurnya itu. 

Kemana Ivan? 

Tentu saja, meski ini weekend dan hari libur untuk Azmi, namun  ... bagi Ivan tidak ada jenis hari seperti itu saat dia harus melakukan suatu proyek. Apalagi di Indonesia, memang sudah sangat terbiasa untuk mempercepat waktu mengerjakan suatu proyekan. Makanya udah ga aneh bagi para kuli, bak tak ada waktu rehat untuk mereka saat harus sudah mulai bekerja. Dari seminggu, paling ada waktu sehari kalau memang proyeknya masih bisa ditolerir dan tak membutuhkan terlalu banyak orang. Jadi ... masing masing orang bisa memilih satu hari libur dari seluruh hari, agar sekadar bisa bersenang senang. 

Dan ... Ivan, sejak pertemuannya dengan Azmi, memang berpikir merencanakan untuk pergi mengajak anak itu jalan jalan di hari esok. Hari libur. Hari Minggu. Hari yang tepat untuk bisa menghabiskan waktu seharian dengan anak itu tanpa perlu terganggu dengan pekerjaannya atau kegiatan bersekolah Azmi sendiri. 

Yang terpenting saat dia terbangun dan memang merencanakan ini dalam hatinya, dia meninggalkan catatan untuk Azmi bahwa dia harus bekerja dan izin pamit dari rumahnya sepagi ini. Di situ juga tertulis ajakan untuk pergi jalan jalan bersama besok. Azmi membaca ini dan dia tersenyum, karena tamunya itu ternyata memiliki tatakrama yang baik di matanya. Tak semua orang bisa memiliki karakter yang baik. Azmi perlahan makin yakin bahwa don't judge a book by the cover. 

Akhirnya ... setelah Azmi membereskan kamarnya, beranjak ke kamar mandi untuk cuci muka, sikat gigi dan seterusnya ... dia saat mandi mulai kepikiran untuk menyiapkan masakan kecil untuk bisa dimakan bersama dengan Ivan siang nanti. Ya, sekalian menghabiskan waktu istirahat bersama saja sih. Mendadak rasa rindu itu tercipta, walau hanya sebuah perpisahan kecil, di pertemuan pertama pula. Azmi mendadak memikirkan bagaimana pertemuan yang menyenangkan bisa terjadi lagi siang ini. 

Tak banyak bahan yang tersedia di kulkas. Hanya ada telur, frozen food semacam sosis, nugget ayam, dan bakso. Azmi akhirnya kepikiran untuk membuat scrumble egg aja, dengan nanti tambahan topping ketiga frozen food itu. Timbul pertanyaan di benaknya apakah Ivan akan menyukai makanan sejenis ini? Semoga saja dia bisa memakannya. 

Masih pukul setengah sebelas. Ada banyak waktu tersedia. Sebelum mengocok telur dan melakukan prosesi lainnya, ia pergi dulu mengambil beras untuk dia tanak dalam mejikom andalannya. Jadi ... dia bisa memperhitungkan masakan akan selesai juga seiring dengan nasi yang sudah sempurna matang. Membayangkan wajah Ivan yang berterima kasih padanya sembari memakan makanan hasil masakannya itu. 

Dapur kecil yang biasanya dulu sibuk dikuasai bibi mantan asisten rumah tangganya, sudah beberapa tahun ke belakang menjadi wilayah kekuasaannya Azmi. Awalnya dia sering pesan makanan, dan belum tahu cara memasak dengan benar. Namun ... benar saja. Hidup sendiri memang mengajarkan banyak sekali hal. Termasuk pada upaya bertahan hidup dengan segala cara yang harus dilakukan. Termasuk Azmi mulai membaca baca buku resep di perpustakaan sekolahnya, meminjamnya dan mempraktikkannya. Hingga perlahan dia mulai merambah dunia video semacam yutup yang bisa dia lihat dengan prosesnya sekaligus secara visual. Memudahkannya untuk mendapatkan pelajaran memasak.

Memasak scrumble egg sudah jadi suatu masakan yang berdasar penilaian Azmi sendiri sih, udah oke banget. Tak ketinggalan, dia juga menyiapkan minuman sirup segar yang dimasukkannya ke dalam botol sebagai minuman buat dahaga Ivan nanti. Botol ukuran satu liter, sengaja dibuat agak banyak mengingat pekerjaannya Ivan juga yang pasti membuatnya dahaga. Sengaja juga diseduh dengan air dingin yang berasal dari kulkas agar makin sempurna.