Intro

29.9K 2.1K 286
                                    

"Jeno, makan dulu, nak!"

"Jaemin tutup bajunya, Sayang. Jangan diangkat-angkat!"

"JAEHYUN LIHAT ANAKMU!"

"Astaga Jung Jeno, duduk!"

Jaehyun terpekur ditempatnya. Berdiri mengamati hal yang tengah terjadi. Satu orang dewasa yang tengah frustasi ditengah dua anak yang sengaja menulikan telinga.

Ingin rasanya ia tertawa, namun tak sampai hati untuk itu. Jaehyun yang baru saja selesai membersihkan diri tidak mengerti dengan keributan yang sedang berlangsung. Dahinya sesekali mengernyit, pandangannya kosong. Menyaksikan bagaimana si kembar dengan sifat kelewat aktif. Raganya masih harus mengumpulkan sisa kebingungan yang melanda.

Lantas kakinya melangkah perlahan. Menghampiri pendamping hidupnya yang sedang dikerubungi rasa jengkel akibat ulah ganda putranya.

"Jaemin!"

"Amma pergi saja, ya, kalau begini," tutur sang ibu lesu. Ia meletakkan dua mangkuk nasi dengan sayur  itu diatas meja ruang keluarga.

Dua bocah yang masih berlarian ke sana kemari itu seketika berhenti. Jemari mungil yang sedang memegang mainan robot itu jatuh terkulai mendengar penuturan ibunya. Sedang yang satu tangannya tertahan didadanya bersamaan dengan kegiatan menyingkap bajunya yang tertahan.

"Siapa yang nakal?" Tanya Jaehyun berdiri disamping istrinya yang duduk bersandar disofa.

Kadang, pria berusia 29 tahun itu tidak mengerti dengan jalan pikir ganda putranya. Seperti sekarang, saat ia telah selesai bertanya, kedua bocah itu mengacungkan tangan masing masing dengan semangat.

"Aku! Aku yang nakal, Ayah!"

"Tidak. Nana yang nakal, Ayah! Nana!"

Jaehyun mengelus dadanya. Sabar, tengil begitu juga bibit miliknya yang berhasil bertahan sejauh ini. Pikirnya.

Berkacak pinggang dengan lagak marah, ia memandangi anak kembarnya satu persatu. Mereka melupakan hal yang sedang dilakukannya, berganti memilin ujung baju dengan mata membulat gemas. Saat seperti ini, Jaehyun selalu lupa bahwa dua anak itu memiliki sifat yang mampu membuat orang lain naik darah. Tatapan mata yang masih sama bulatnya, bibir yang melengkung tipis serta jemari yang tidak berhenti memainkan bajunya. Pipi berisi anaknya selalu menjadi kelemahan tersendiri untuknya.

Apa benar ini anaknya?

"Lihat Amma kalian," tunjuknya pada sosok yang kini menyembunyikan diri dengan memeluk pahanya. "Hayoo dia menangis gara-gara kalian. Sekarang bagaimana?" Oloknya pada dua balita kurang dari 4 tahun itu.

"Sekarang makan!" Titahnya tegas. Dituruti dengan cepat oleh Jeno dan Jaemin. Sesekali pandangan dua bocah itu melirik ibunya yang masih tak ingin melihat keduanya.

Ditengah sore yang hangat. Matahari yang menyongsong peraduannya, mereka menyaksikan bagaimana dua bocah tengik itu menurut seperti anak anjing yang patuh pada induknya.

Hingga tiba suara nyaring serupa tangisan menggema memenuhi ruangan luas rumah itu. Ralat, memang suara tangis yang berasal dari si kecil.

"Nana... Twidak mawuu makhan lagwih." Tangis si kecil Jaemin disertai rengekan ditengah tangis dengan bibir yang sibuk mengunyah, menguar membuat orang tuanya kebingungan.

Jaehyun berjongkok dihadapan putranya. Mengusap pipi serupa roti isi itu dengan lembut. "Husst... telan dulu makanannya," ucapnya.

"Nana tidak mau makan!" Ucap si kecil setelah menelan sisa makanan dimulutnya. Memandang sang ibu yang masih duduk disofa dengan tatapan terluka.

OUR FAMILY | JaeRen ft Jeno JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang