13. Kakak

12.3K 985 209
                                    

Jaehyun berulang kali menatap wajah damai istrinya yang masih lelap dalam tidurnya. Matahari sudah mulai menampakkan dirinya. Anak bungsunya sudah berada satu ruangan dengan ibunya. Tidur dalam box bayi dengan beberapa jam sekali dilakukan pengecekan oleh para perawat.

Satu malam penuh ia tidak tidur. Lebih tepatnya tidak bisa menutup mata karena hatinya tidak tenang sebelum Renjun bangun. Anak kembarnya juga enggan meninggalkan rumah sakit kendati ia memaksa mereka untuk pulang. Jeno dan Jaemin terlelap nyaman disofa. Sebenarnya Jaehyun kasihan dengan anak kembarnya itu, namun keras kepala mereka memaksanya untuk menurut. Bahkan kemarin malam dua anak itu menangis karena tidak mau diajak pulang oleh kakek dan neneknya. 

Bayi mungil yang terlelap damai ditempatnya belum resmi diberi nama. Sebelah tangan yang tidak ikut terlilit kain bergerak kecil. Mulutnya bergerak seakan mencari sesuatu, sedangkan matanya tetap terpejam. Jaehyun terkekeh kecil, lantas berdiri guna menghampiri si kecil. Bayi laki-laki itu menggeliat tak nyaman. Mungkin dalam hitungan waktu tangisnya akan pecah mengingat sejak semalam ibunya belum bangun untuk sekedar memberinya asi.

"Cup... Anak Ayah," monolognya seraya menggendong tubuh kecil nan rapuh itu dengan aman. Hangat tubuh bayinya merambat terasa didadanya. Bagaimana pipi berisi sang anak menempel pada kaus polos yang dikenakannya. "Ibumu belum bangun, kau lapar, ya?" Tanyanya menyentuh pipi kemerahan itu dengan telunjuknya.

Jaehyun menimang putra bungsunya dengan sesekali mengajak bicara, walau sebenarnya sia-sia. Mata sipitnya tetap terpejam, jemari mungil yang semula mengenakan sarung tangan bayi kini menggenggam erat jari kelingking Jaehyun. Membuat ayah tiga anak itu dilanda gemas terus-menerus. Belum lagi bibir serta lidah yang terus bergerak. Astaga, Jaehyun rasanya ingin lagi dan lagi memiliki anak menggemaskan seperti ini. Melupakan fakta bahwa kemarin ia sempat berujar dalam hati untuk tidak lagi membuat Renjun kesakitan.

Matahari naik perlahan-lahan dengan jarum jam yang menunjukkan pukul tujuh tepat. Ia berdiri disisi jendela, masih dengan si kecil dalam gendongannya. Masih terlalu betah untuk sekedar menidurkan kembali bayi itu. Sembari menunggu Renjun dan si kembar bangun dari tidurnya, Jaehyun memikirkan nama yang jauh-jauh hari telah disiapkan olehnya juga Renjun.

"Jae?"

Suara serak yang memanggilnya lemah langsung membuatnya menoleh. Senyumnya mengembang melihat Renjun yang telah membuka mata. Tungkainya berjalan menghampiri. Diusapnya dahi yang dihiasi peluh itu, lalu mengecupnya dalam.

"Sudah lebih baik?" Tanyanya.

"Pusing," balas Renjun lirih. "Ngilu juga." Ia meringis menyadari perutnya benar-benar ngilu. Hingga matanya berkaca-kaca memandang suaminya. Bibir pucatnya meminta sang anak untuk dibaringkan disampingnya.

Jaehyun menurut, ia menidurkan anaknya disamping sang ibu. Membuat lengan Renjun sebagai bantalan nyaman si kecil. Ia duduk dikursi yang sejak semalam ia duduki disamping ranjang. Tangannya membelai pelan perut yang tertutupi selimut. Tidak tahu pasti bagaimana yang dirasakan Renjun, ia berharap istrinya lekas sembuh. Jaehyun membubuhkan satu kecupan diperut istrinya sembari berkata. "Lekas sembuh, Amma."

Hal itu membangkitkan senyum hangat pada bibir pucat Renjun. Jaehyun memanggil dokter untuk memeriksa keadaan istrinya. Tak sampai lima menit, beberapa orang memasuki ruangan itu. Satu dari mereka memeriksa keadaan Renjun dengan intens. Beberapa pertanyaan juga terdengar dalam rungunya. Sementara ia beralih pada ganda putranya yang masih tenang dalam mimpinya.

"Hei, jagoan. Ayo bangun, Amma dan adik bayi menunggu," bisiknya seraya mengganggu tidur dua jagoannya dengan ciuman bertubi-tubi.

"Eung... Ayah," rengek Jaemin malah mengalungkan lengannya dileher kokoh Jaehyun. Kembali menutup rapat matanya.

OUR FAMILY | JaeRen ft Jeno JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang