19

7.7K 857 73
                                    

Suara rengekan akan sesekali terdengar dari bayi satu tahun yang kini membenamkan wajahnya di dada sang ibu. Sepasang mata sipitnya tak pernah beralih memandang paras cantik ibunya sejak beberapa menit lalu. Dengan tangan gemuk miliknya menggenggam kemeja tipis Renjun. Seolah memberi tanda bahwa kini ialah penguasa sosok yang telah melahirkannya. Jika sudah pandai berbicara mungkin si kecil Jisung akan berkata, "Amma tidak boleh pergi lagi, ya!"

Renjun pandangi putra bungsunya. Ada perasaan getir dan bersalah melihat wajah anaknya yang masih tampak sembab itu. Bahkan bayinya seperti enggan mengalihkan pandangan darinya. Bayi itu mengerti tentang ketakutannya jauh dari ibunya lagi. Maka dengan erat jemarinya menggenggam kemeja Renjun.

Sebenarnya bohong saat dirinya mengatakan bahwa ASInya tidak lancar keluar. Nyatanya Renjun menahan sakit dan ngilu pada dadanya sebab dibiarkan membengkak, walau tak seberapa besar, namun tetap pada porsi cukup untuk anaknya. Maka saat mulut mungil itu bersemangat menyesap nutrisinya, Renjun merasa lega. Tatapan polos yang seakan tak terjadi apapun sebelumnya membuat Renjun kembali dihantam rasa bersalah.

Memang benar yang dikatakan suaminya, tidak seharusnya anak-anak terseret dalam permasalahan orang tuanya. Renjun akui dirinya salah, masih saja memikirkan diri sendiri disaat ia bahkan telah memiliki tiga anak yang bergantung juga padanya.

"Maaf, Jie," katanya lirih. Dibalas senyum tipis sang bayi. "Minum yang banyak, ya. Jie lapar, hm?"

"Nen?"

"Iya, nen yang banyak. Dada Amma sakit," balas Renjun menjawab pertanyaan polos itu. Diusapnya kepala si bungsu yang sedikit berkeringat. Betapa tidak hatinya merasa tercubit saat menyadari suhu tubuh anak itu lebih tinggi dari yang terakhir ia ketahui. Maka Renjun langsung berdiri seraya membawa Jisung dalam gendongannya. Mencari plester penurun demam yang biasa ia sediakan untuk jaga-jaga disaat genting begini.

"Jangan sakit, nak. Maaf ya, Jie begini pasti gara-gara menangis terus."

"Nis? Mamaa... nenn!"

Senyum lembut terukir dibibir ibu muda itu. Tungkainya melangkah menghampiri si kembar yang masih terlelap dalam tidurnya. Mengucap syukur untuk itu, karena anak-anaknya tidak ada yang mendengar saat dirinya dan Jaehyun bertengkar tadi.

Mengingat Jaehyun, rasa khawatirnya kembali mencuat. Pria itu pergi setelah pertengkaran mereka. Renjun ingat jelas emosi yang berkumpul dimatanya, ucapan yang juga cukup menyadarkannya. Dimana Jaehyun? Mendadak tubuhnya lemas mengingat ucapan terkahir suaminya.

Selama hampir tujuh tahun membina hubungan dengan Jaehyun, ini adalah pertengkaran mereka yang paling parah. Biasanya, mereka hanya akan terlibat cekcok kecil, itu pun akan terhenti saat salah satu dari mereka memilih mengalah dan tak terlalu ambil pusing.

Memang pada dasarnya, hubungan semacam ini menggabungkan dua karakter. Tidak akan selamanya baik-baik saja, tidak akan juga selalu terlibat dalam pertengkaran. Sifat Jaehyun yang terbilang tenang dan tidak mudah terkecoh oleh hal-hal diluar konteks mereka. Pria itu cenderung abai pada sesuatu yang menurutnya tidak penting. Berbeda dengan Renjun yang lebih dominan dengan sifat cerewet yang kadang sedikit galak. Namun tentu hal itu terjadi disaat-saat tertentu.

Beberapa hari lalu Renjun mendapat beberapa pesan dari nomor yang sebelumnya tidak terdaftar dalam ponsel miliknya. Hingga beberapa pesan lain menyusul dan memberitahu dirinya tentang siapa dia. Awalnya Renjun tidak ingin melayani, sebab menurutnya pesan yang diterimanya merupakan pesan yang dapat mempropokasi keadaan. Namun entah bagaimana mulanya Renjun mulai percaya dan berasumsi sendiri.

Sisi sensitif dirinya menjadi salah satu penunjang pertengkaran mereka terjadi.

Dengan kesadaran penuh, kini dirinya mulai merasa gelisah. Terus berpikir tentang bagaimana keadaan Jaehyun sekarang, juga dimana pria itu berada. Karena sungguh, Jaehyun tidak pernah main-main dengan ucapannya. Dan yang menjadi ketakutannya kini adalah pernyataan terakhir suaminya.

OUR FAMILY | JaeRen ft Jeno JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang