6. Flashback

10.7K 1.1K 43
                                    

Masa Remaja

***

Tahun pertama pernikahan masih terasa hangat untuk keduanya. Bumbu romansa tidak pernah absen walau sekali dalam sehari. Menikmati masa-masa yang dirasa lebih menyenangkan dibanding masa pacaran. Berbagi kisah, berbagi kasih bahkan berbagi kehangatan.

Meskipun begitu, perdebatan kecil pernah sesekali terjadi. Entah itu beda pendapat, atau karena hal sepele lainnya. Mereka tidak pernah berlebihan menanggapinya. Hanya argumen rendah sebagai bentuk pembangun rumah tangga mereka.

Saat hampir memasuki tahun kedua, mereka mulai dilanda gelisah. Persoalan anak yang tak jarang menjadi momok paling mengerikan untuk dibahas. Dalam pertemuan keluarga besar, entah apa yang harus mereka berikan atas pertanyaan itu. Siapa yang tidak ingin mempunyai buah hati?

Dalam kasus itu, Renjun selalu menjadi pihak yang paling lemah. Mentalnya tidak sekuat itu untuk menampung pertanyaan bahkan cibiran orang-orang. Tidak ada yang salah dengan pernikahan, tapi apa salah ketika Jaehyun memilihnya sebagai pendamping? Hidup berdua hingga tua adalah cita-cita keduanya. Namun pada dasarnya, orang-orang terlalu tua untuk menganggap hal itu tidak cukup. Tanpa suara tangis atau tawa anak didalam rumah, rumah belum bisa disebut rumah.

Jaehyun maupun Renjun ingin sekali diberikan satu atau dua malaikat sebagai pelengkap rumah tangga mereka. Tapi yang mengatur kehidupan bukan mereka, bukan orang tua mereka, bukan kerabat atau teman.

Ketika itu, dipenghujung musim panas, sebuah telepon membuatnya panik bukan main. Jaehyun ketar-ketir mengurus urusan kantor yang sebenarnya masih sangat menumpuk. Suara lirih Renjun disertai nada kesakitan membuatnya hampir gila.

"Kenapa?" Tanyanya saat mendapati istrinya tengah duduk ditepian ranjang. Tidak ada jawaban sedikitpun dari Renjun. Sosoknya menunduk dengan tangan sibuk menekan perutnya. "Hei, kau sakit? Perlu ke rumah sakit?"

"Sakit... Perut, sakit..."

"Kita ke rumah sakit." Finalnya kemudian mengangkat tubuh kecil itu. Keringat yang menetes dari pelipisnya bisa menggambarkan bagaimana tergesanya ia.

"Jae, sakit."

"Iya, tahan ya. Dimana yang sakit?"

Tangan gemetar Renjun menuntun tangan besar Jaehyun untuk menyentuh perutnya. Ia menyandarkan punggung dan kepalanya pada kursi mobil. Membiarkan Jaehyun merunduk disisinya sebab pria itu masih belum memasuki mobilnya.

"Keras sekali. Kemarin juga begini, sejak kapan sakitnya? Aku pikir kau sembelit," ujar Jaehyun menekan pelan area yang ditunjuk Renjun. Segera ia menutup pintu dan memutar tubuhnya ke sisi lain mobilnya. Meninggalkan pekarangan rumah asri itu dengan perlahan.

Dalam perjalan, Renjun sesekali merengek. Katanya sedikit mulas ditambah dadanya yang sensitif saat mendapat tekanan.

Hal yang sebelumnya mereka anggap tidak mungkin bahkan mustahil, sekarang terjadi begitu saja. Tangis haru dan bahagia terjadi sesaat setelah seorang dokter mengumumkan kehadiran dua gumpalan daging dalam perut sang submisif. Monitor yang terpasang didinding menunjukkan dua lingkaran kecil yang berdekatan.

Setelah melewati beberapa jam dan beberapa pemeriksaan. Mereka atau lebih tepatnya dokter menyarankan untuk USG. Tidak sia-sia karena setelahnya mereka mendapat kabar yang menggembirakan.

"Kembar, Jae." Ucap Renjun masih tidak menyangka. Tubuhnya dipeluk sayang oleh Jaehyun. Mereka berbagi ranjang disalah satu ruangan VIP. "Hampir dua tahun aku menunggu momen ini."

Jaehyun sedikit mengurai pelukannya. Menatap lekat wajah berseri Renjun. "Aku juga. Kau harus selalu sehat, ya. Kita jaga mereka bersama." Diusapnya surai kecokelatan istrinya dengan lembut. Lalu beralih mengusap pinggang ramping yang mungkin beberapa bulan ke depan tidak akan seramping itu.

OUR FAMILY | JaeRen ft Jeno JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang