4 : Jess's POV

11.7K 466 18
                                    

Aku duduk melamun di teras rumah sambil sesekali memeriksa akun sosial mediaku. Sesekali aku melongok ke balik pagar, jikalau seseorang yang kutunggu sejak tadi akan menampakkan batang hidungnya. Sudah 20 menit aku menunggu di teras ditemani nyamuk-nyamuk malam yang terbang bising disekitarku. Huh, mana anak yang bernama Revi itu? Apakah dia tersesat? Mbak Tantri sudah mengirimiku pesan teks yang mengatakan bahwa Revi akan datang sendiri ke rumahku menggunakan taksi sebab ia dan suaminya harus segera pulang ke Tangerang. Kurasa Mbak Tantri cukup berani membiarkan anaknya naik taksi seorang diri pada malam hari.

Baru saja aku hendak menghubungi Mbak Tantri untuk menanyakan perihal anaknya yang bernama Revi, sebuah taksi berhenti tepat di depan pagar rumahku. Itu pasti Revi! Sontak aku berdiri dari dudukku dan berlari kecil untuk membukakan pagar untuknya. Sebagai tuan rumah, sudah seharusnya aku menyambut tamu dengan baik. Ketika aku menggeser pagar rumahku sedikit, seseorang turun dari taksi lalu tersenyum kikuk menatapku. Rev? Potongan rambutnya yang tadi sempat diikat kebelakang kini dibiarkannya tergerai bebas melewati dahinya.

"Uhm, Mbak Tantri tadi bilang kalau dia sudah kabarin kamu kalau aku bakal menginap disini." Rev berbicara padaku dengan suara samar. Mungkin ia menyadari keterkejutan di wajahku.

"Revi?"

"Iya? A.. Ada apa?" tanyanya terlihat semakin gugup.

Aku dengan cepat menggeleng. Bodohnya aku. Kupikir Revi yang dimaksud Mbak Tantri adalah salah satu dari anaknya. Aku tidak tahu jika Revi adalah Rev dan Rev adalah Revi. Dia memang tidak sempat memberitahukan nama lengkapnya padaku tadi.

"Uhh.. Bo.. Boleh aku masuk?"

Oh astaga! Sepertinya aku sudah bersikap tidak sopan pada tamuku. Aku membiarkannya menunggu cukup lama diluar. Kulirik sebuah tas olahraga yang dijinjingnya. Apakah hanya itu pakaian yang ia bawa? Belum sempat aku melanjutkan berbagai macam pertanyaan yang berkecamuk dipikiranku, Rev sudah menatapku dengan wajah yang semakin bingung dan gugup.

"Apakah aku mengganggu? Aku bisa menginap di.."

"Oh enggak.. Enggak! Aku pikir tadi yang mau menginap disini anaknya Mbak Tantri," jelasku cepat. Aku tidak ingin Rev merasa tersinggung atas sikapku yang terlihat kurang ajar. "Ayo masuk."

Rev menyampirkan tas olahraganya di bahu kemudian berjalan menyusulku. Dia terlihat semakin tidak nyaman begitu aku membawanya masuk ke dalam rumah. Dia sempat mengusap rambutnya sebentar kemudian melirikku sekilas lalu kembali berjalan mengikutiku sambil menunduk memandangi lantai.

"Maaa.. Mamaaa.." Aku berseru memanggil Mama yang berada di kamarnya di lantai atas.

"Tamunya sudah datang Jess?" Mama menatapku dari balik jeruji-jeruji besi yang memisahkan tangga dengan ruangan di lantai atas. "Lho, Revian? Mama kira tadi anaknya Tantri."

"Iya Ma, aku salah info." Aku nyengir lebar pada Mama. Jadi namanya Revian, pikirku dalam hati.

"Kalau begitu jangan bawa ke kamar tamu dong Jess. Kamu tunjukin aja kamar yang bakal kakakmu tempatin nanti."

"Tapi kan kamar itu belum selesai diberesin Ma."

"Gak apa-apa. Kan cuma belum diisi perabotan aja. Masa kamu tega nyuruh kakak kamu tidur di kamar tamu yang gak ada AC nya."

"Oh iya!" Aku hampir saja lupa kalau kamar tamu dirumah kami memang tidak dilengkapi dengan fasilitas mesin pendingin. Aku berbalik menatap Rev yang masih berdiri dibelakangku dengan wajah semakin tidak nyaman. "Yuk, ikut aku Kak. Kamar Kakak di lantai atas." Aku berjalan menaiki tangga dengan hati-hati.

Saat tiba diakhir anak tangga, Mama sudah menghampiri kami. Ia lalu memeluk Rev dan memberinya kecupan di pipi. "Mama senang Revian mau menginap disini. Toh nanti kan kamu akan menempati rumah ini juga. Hitung-hitung gladi bersih."

Homophobia in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang