3 : Rev's POV

12.6K 506 13
                                    

Karena takut kemalaman di jalan, akhirnya Kak Juli memintaku untuk naik taksi ke rumah Jessica. Aku sempat ingin membantah namun mengingat ia jauh lebih tua dariku, aku akhirnya mengalah dan mengikuti saja keputusannya. Untungnya taksi yang kutumpangi tidak dengan sengaja membawaku berkeliling demi meningkatkan argonya. Tidak lucu jika nanti aku turun dari taksi dan meminjam uang pada calon Mama tiriku hanya karena aku tidak membawa uang cash yang cukup untuk membayar ongkos taksi.

Begitu taksi berhenti tepat di depan rumah Mama tiriku, aku bisa melihat dari balik tembok pagar jika Jessica sudah menungguku di teras dengan wajah bosan. Aku jadi tidak enak hati membuatnya menungguku cukup lama. Setelah membayar ongkos taksi, aku turun sambil menjinjing tas berisi pakaianku. Jessica sudah berdiri menyambutku dengan wajah bingung.

"Uhm, Mbak Tantri tadi bilang kalau dia sudah kabarin kamu kalau aku bakal menginap disini." Aku berbicara dengan pelan.

"Revi?" Ia semakin tercekat menatapku. Mungkin kehadiranku dirumahnya bukanlah sesuatu yang diharapkannya. Mungkin dia terpaksa menerima permintaan Mbak Tantri tadi. Memikirkan hal ini saja sudah membuatku semakin tidak nyaman.

"Iya? A.. Ada apa?" Bodoh sekali. Kenapa aku mendadak gugup jika berhadapan dengan gadis ini. Seolah ada sesuatu di dalam dirinya yang mampu membuat pikiran dan logikaku mendadak kacau.

Jessica masih berdiri membeku melihatku, memperhatikanku. Mungkin kehadiranku di depan rumahnya adalah hal buruk baginya. Cukup lama ia terpaku sehingga mau tidak mau aku terpaksa kembali bersuara. "Uhh.. Bo.. Boleh aku masuk?"

Mata Jessica langsung terbelalak lebar. Apa yang sedang dipikirkannya saat ini? Apakah gadis ini ingin mengusirku? Apakah dia memang merasa tidak nyaman atas kehadiranku? Biar bagaimanapun, kami baru bertemu hari ini dan aku dengan tidak sopan ingin menginap dirumahnya. Tentu saja dia akan merasa keberatan. Status kami masih sebagai orang asing yang baru saja bertemu.

"Apakah aku mengganggu? Aku bisa menginap di.."

"Oh enggak.. Enggak!" Jessica dengan cepat membantah ucapanku. "Aku pikir tadi yang mau menginap disini anaknya Mbak Tantri."

Pantas saja tadi dia sempat terkejut melihatku. Rupanya Mbak Tantri tidak menjelaskan dengan detail padanya bahwa akulah yang akan menginap.

"Ayo masuk," ajaknya lalu membuka pintu pagar lebar-lebar untukku.

Dengan langkah ringan, Jessica membawaku masuk kedalam rumahnya. Rumah yang tadi ramai kini terlihat sunyi senyap. Mungkinkah seperti ini keadaan rumah ini sebelum keluargaku datang berkunjung? Aku melirik Jessica sekilas kemudian kembali berjalan sambil menatap lantai. Gadis yang berhasil mencuri perhatianku sejak pandangan pertama itu semakin terlihat manis dengan pakaian santainya. Aku lebih menyukai wajahnya yang tanpa riasan. Terlihat lebih natural, alami. Aku memang kurang suka pada gadis yang memakai riasan wajah terlalu berlebihan. Wajah mereka seakan terlihat semakin tua. Apalagi ketika mereka memamerkan senyum yang terkesan dipaksakan agar terlihat cantik. Menurutku itu sama sekali tidak cantik. Aku lebih suka melihat senyum hangat dan lepas seperti yang sering ditunjukkan Jessica sore tadi.

"Maa.. Mamaaaa.." Jessica berseru memanggil calon Mama tiriku. Kepalanya mendongak menatap lantai atas lewat celah-celah jeruji besi yang memberi sekat pada ruangan disana.

"Tamunya sudah datang Jess?" Mama tiriku itu menjulurkan wajahnya menatap Jessica. Matanya kemudian bertemu dengan mataku. "Lho, Revian? Mama kira tadi anaknya Tantri yang mau menginap." Calon Mamaku itu kini berbicara padaku.

Aku sedikit tidak nyaman saat mendengar dirinya menyebut kata 'Mama' untukku. Itu sama saja ia memintaku untuk memanggilnya dengan sebutan 'Mama' secara tidak langsung. Haruskah aku memanggilnya dengan Mama?

Homophobia in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang