BAB 2

14 5 15
                                    

Latihan serius dimulai, waktu pun berjalan dengan cepat. Tak terasa satu semester, atau enam bulan telah terlewati. “Hahhh???  Kok bisa?? Kau kan termasuk yang pendek kemarin, sekarang termasuk tertinggi?” tanya kak Nada, salah satu purna sekolahku sambil terkaget.

Namun, sebelum kejadian itu, kita kembali dulu.
Memang, di akhir tahun, diadakan pengukuran untuk mengetahui perkembangan para capas selama satu semester ini. Aku percaya diri dengan perkembanganku, karena aku salah satu yang paling cepat dalam peningkatan baik itu fisik, mental, attitude, tinggi, maupun berat badan. Dan ketika giliranku, para purna maupun capas terkejut dengan perkembanganku.

Ketika lari 12 menit, umumnya yang lain dapat 5-7 putaran, namun aku bahkan bisa mendapatkan 12 putaran sekaligus, atau 1 menit 1 putaran. Setelah itu, kami melakukan push up dan sit up sebanyak-banyaknya selama 30 detik. Di sini aku mendapatkan 54 push up dan 51 sit up dari hasil hitungan temanku, Hermon (menurut hitunganku sendiri, aku justru mendapatkan lebih dari itu, sekitar lebih dari 10 dibandingkan hitungan si Hermon, tapi tak apalah, toh itu saja sudah unggul jauh dari teman-teman), sementara temanku yang lainnnya hanya dapat paling banyak 35 kali.

Lalu saat tes tertulis dan wawancara, aku melakukannya dengan PERFECT alias sampoerna hehehee.... Dan yang terakhir, yaitu pengukuran tinggi badan dan berat badan, di sinilah para purnadan capas semakin terkejut, tinggiku mencapai 176 cm!!! Dan berat badanku juga sangat ideal!! Tidak lebih maupun kurang.
“Dek, siapa namamu?” tanya kak Nada.
“Siap.. kariel kak...” jawabku.
“Hahh?? Kau kariel? Kok beda betul dari pengukuran terakhir? Saya lihat waktu itu kamu gak setinggi ini, badanmu juga kurus, terus fisikmu juga gak sekuat ini.”
“Saya tiap hari memang selalu latihan fisik kak, terus makanan juga saya ketatkan. Mungkin karena itu saya bisa jadi begini kak.”
“Saya rasa teman-temanmu juga gitu deh, tapi mereka gaksedrastis kamu perkembangannya. Kok bisa kamu beda?” sahut kak Rifky, purna lainnya.
“Emmm.. kalo itu saya juga kurang tau kak. Mungkin ada hal lain yang membedakan saya dengan teman-teman kak,” jawabku.
“Kamu pakai obat-obatan yaa?” tanya kak Rifky dengan curiga.
“Lohh... nggak kak. Seriuss. Saya berani sumpah,”
“Kalo gitu coba kamu periksa di RSUD dulu, buktikan kalo kamu gak pakai cara licik, berani tidak?” tantang kak Nada.
“Siap, berani kak. Kalau bisa, kakak-kakak juga bisa ikut jadi saksi buat buktikan ini,” tegasku.
“Oke, nanti saya, Nada, Pretty, sama Oliv ikut kamu. Besok kita pergi ya,” jawab kak Rifky.

Kemudian, salah seorang capas yang bernama Arif maju, “Izin kak, bolehkah kami juga ikut sama kariel dan kakak-kakak?” Rupanya dia juga ingin ikut kami.
Kak Rifky menjawab. “Buat apa juga kalian ikut?”
“Siap, buat buktikan kalau si kariel itu curang atau tidak kak, kami mau lihat secara langsung.”
“Hmm ikutlah, siapa aja? Jangan semua juga ikut pergi,” balas kak Rifky.
“Siap, tidak semua juga kak, Cuma 6 orang aja, saya, Hermon, Andi, Tasria, Riski, sama Aurel kak.”
“Oke, jadi besok jam 9 pagi kita ngumpul di Hall ya, surat dispennya biar diurus sama Oliv, kalian kasih tau nama lengkap sama kelas kalian aja.”
“Siap kakk,” jawab para capas yang ikut.

Keesokan harinya, semua orang yang akan pergi sudah berkumpul tepat pada jam 9. Kami pergi menaiki kendaraan masing-masing (motor). Setelah sampai, kami langsung memasuki lobi dan aku mendaftar diri untuk di CT Scan. Dan WOW... biaya untuk X-ray itu lumayan mahal. Karenanya, kakak-kakak purna pun membantuku untuk melunaskannya, hehehee...

Aku menunggu giliran cukup lama, karena di depanku ada sekitar 5 orang dan setiap orang rata-rata memiliki waktu sekitar 20 menit. Karena sesudah X-ray, mereka tidak langsung keluar, tetapi konsultasi dulu dengan dokter yang mengeceknya. Aku menunggu sekitar hampir satu setengah jam lamanya, sangat ngantuk rasanya. Dan ketika ak baru mulai tidur, tiba-tiba nomorku terpanggil. Aku pun terlompat dan langsung masuk ke ruangan CT scan.

Di dalam ruangan, aku langsung disuruh melepas semua pakaian bagian atasku, katanya agar tidak mengganggu saat X-ray, tapi menurutku sih itu gak ada hubungannya sama sekali, karena badan aja bisa ditembus, apalagi pakaian. Tapi ikutin aja deh. Setelah itu, aku diarahkan ke sebuah mesin besar yang ada tempat baringnya ditengah-tengah, di atas bagian kepala tempat itu terlihat seperti sebuah ‘terowongan kecil”. Sepertinya nanti aku akan baring di situ lalu ranjangnya akan berjalan ke dalam “terowongan kecil”(sebenarnya namanya bukanlah itu, karena aku tidak tahu namanya, jadi sebut saja terowongan kecil) itu, dan disitulah X-raynya dimulai. Sinar UV yang dipancarkan dari mesin itu terasa agak aneh bagiku, seperti bagian dalam tubuhku terasa panas, untung saja itu berlalu dengan cukup cepat, dan aku pun di bawa keluar mesin itu.

Saat aku keluar, dokter yang menanganiku terkejut dengan hasil yang keluar. Aku segera mendekatinya dan bertanya, “gimana dok dengan hasil X-ray saya?”
“...”, dokter hanya diam fokus memperhatikan hasil X-rayku.
“Jadi gimana dok?” aku bertanya lagi.
“...” dia masih juga diam.
“Dok??” aku mulai kesal.
“........” dia semakin diam melongo.
“DOK!!!!” akupun teriak di telinganya.
“hahh... ehh.. oiya, maaf saya terdiam tadi. Kamu... emm.. apakah kamu pernah hilang ingatan?” tanya dokter dengan sedikit gemetaran.
Loh, kok dokter tiba-tiba nanya itu, begitu pikiranku, “Nggak pernah kok dok. Kepala saya tidak pernah terbentur keras.”
“Ohh.. Gitu ya. Tapi, kamu pernah di operasi gak sebelumnya?” tanya si dokter lagi.
“Gak pernah juga dok, karena saya jarang kena penyakit, saya juga tidak pernah jadi korban kecelakaan. Paling-paling cuma jatoh dari sepeda aja. Itupun tidak terlalu keras,” jawabku lagi. “Kenapa kok dokter nanya-nanya tentang itu ya?”
Kalau begitu, dia ini termasuk orang terlangka di dunia, dokter berkata dalam batinnya. Dia pun berkata, “Itu karena, dari hasil X-ray kamu, saya melihat organ-organ tubuh kamu agak berbeda dari orang biasa, terbuat dari otot-otot yang sangat kuat dan sangat tahan akan benturan apapun. Bahkan jika kamu jatuh dari ketinggian 20 meter, kamu tidak akan merasa sakit apapun, karena kulitmu sangat elastis dan tulangnya sangat fleksibel. Juga, jika kamu rajin melatih fisik kamu, walaupun dengan latihan biasa, seperti push up, sit up, dan jogging, maka kamu akan mendapatkan sesuatu yang luar biasa. Kekuatan, daya tahan, kecepatan, kelenturan, dan daya otot.”
“Hah?? Benar begitu dok?”
“Yaa, kamu ini termasuk salah satu orang terlangka di dunia. Bahkan hampir semua orang di dunia ini tidak tau dengan keberadaan orang-orang ini. Hanya orang-orang tertentu saja yang tau, seperti dokter-dokter spesialis, para ilmuwan, dan beberapa orang penting di dunia. Karena di dalam tubuhmu terdapat suatu virus, namun bukan virus yang jahat. Virus ini berkembang biak dalam tubuhmu dan masuk di seluruh sel tubuh untukmembuatnya lebih kebal dan memercepat peningkatan adaptasi dan fisik hingga 1000 kali lipat daripada orang biasa,” dokter menjelaskan lagi.
“Wahhh.....” aku cuma bisa diam menganga.
“Ya sudah, pasien lain sudah menunggu giliran. Silahkan, akan saya antar,” ajak dokter.
“Oke dok”

Kami pun keluar, yang lain sudah cukup lama menungguku. Terlihat dari wajah mereka sudah sangat bosan dan mengantuk. Tetapi saat aku datang, mereka seperti terbangun lagi, penasaran dengan hasil dari X-rayku. Kak Nada diikuti yang lainnya langsung menghampiriku dan dokter, “Jadi, hasilnya gimana? Kamu gak curang kan? Atau sebaliknya?” tanya kak Nada.
“Gak dong kak, justru ada hal yang mengejutkan. Bisa dijelaskan lagi dok? Supaya yang lain bisa tahu juga,” jawabku.
Dokter pun mulai menjelaskan hasil X-ray dan mengapa aku bisa mendapatkan tubuh ini. Dan seperti dugaanku sebelumnya, mereka cukup terkejut dengan pernyataan dokter. Rupa mereka sama seperti saat aku mendengarnya pertama kali, yaitu terdiam dengan mulut menganga. Dan saat dokter selesai menjelaskan hal tersebut, dia pun beranjak pergi. Mereka pun langsung mengeliliku sambil memandangi seperti penasaran dengan tubuhku. Lalu Arif bertanya, “ril, jadi kamu gak curang ya, sudah kuduga sih. Tapi waktu kemaren tetap agak mencurigakan.

Sekarang habis dengar dari dokter, aku baru ngerti. Jadi, nasional lah sudah kamu nih yaa...” godanya.
“hahaaa.. Aamiin... mudahan aja, mungkin aku bisa bertambah kuat lagi fisikku, kan masih ada sekitar 3 bulan lagi”
“hmmm.. bagus lah kalo gitu. Berarti kamu harus bisa masuk ke nasional ya. Karena kau yang paling berkembang, dan menurut saya kamu sudah cocok dengan kualifikasi untuk masuk nasional. Sudah tinggi, gagah, pintar, tahan banting lagi,” puji kak Nada.
“Siap kak, bakal saya usahakan kak. Saya akan membanggakan SMA Negeri 1 dan Tarakan di istana nanti,” janjiku kepada mereka.

PASKIBRA MANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang