Selang 3 bulan kemudian, tepatnya bulan Juli. Aku mendapat panggilan untuk mengikuti pusdiklat Paskibraka nasional di Jakarta. Setelah seluruh persiapan selesai, aku berpamitan dengan ayah, ibu, teman-teman, dan kakak-kakak purna yang sudah mengantarkanku ke bandara. Disitu aku ketemu pasanganku yang juga lolos ke nasional, dia berasal dari Nunukan. Kami berdua pun kemudian naik pesawat untuk ke Jakarta. Aku yang semula diam mulai melakukan pembicaraan, “Eh, namamu itu Laras ya?”
“Emm, iya. Kamu kariel kan?”
“Iya.”
“Aku udah tau kamu dari awal kita ketemu. Kamu memang yang paling menonjol dari semua capas pas seleksi kemarin, kamu tinggi, ganteng, terus baik lagi,” kata Laras.
Loh, kok dia jadi nyanjung aku? Mungkin dia suka aku lagi, hehehee.... canda. Tapi, dia juga lumayan cantik dan posturnya juga bagus, jadi karena itu kurasa dia terpilih, karena wajahnya merupakan yang termanis. Jadi aku cukup tertarik padanya. Aku pun membalas perkataannya, “Ehh.. nggak gitu kok.”
“Oiya, aku juga sangat kaget pas tes kemarin. Kamu jauh melebihi batas wajar dari seharusnya. Terutama pas push up dan sit up, kamu bisa dapat 120 push up dan 132 sit up hanya dalam waktu 1 menit. Aku saja cuma dapat 55, walaupun aku cewe. Kamu latihan seperti apa sampai bisa begitu?”Sudah kuduga dia akan bertanya seperti itu juga, “Cuma berlatih seperti biasa aja sih. Hanya saja kata dokter, aku memang memiliki tubuh yang spesial. Aku dapat meningkatkan kekuatanku dalam waktu singkat, bahkan bisa dibilang sangat singkat. Contohnya, kalo orang-orang bisa meningkatkan tinggi dalam sebulan hanya setengah sampai satu cm, aku bisa meningkat hingga 2-4 cm hanya sebulan. Seperti itu,”
Laras cukup terkejut dengan hal itu,
“Ja..jadi, kamu itu seperti manusia superlah?” tanyanya.
“Yaa... bisa dibilang seperti itu,” jawabku.Semakin lama kami pun semakin dekat satu sama lain, serasa ada seperti perasaan saling suka diantara kami. Dan tak terasa, kami sudah tiba di Jakarta. Setelah itu kami dijemput oleh orang dari Kementerian Pemuda. Kemudian kami langsung di bawa ke karantina untuk memulai upacara penyambutan Paskibraka nasional. Kami pun bertemu perwakilan daerah lain. Dan ketika perwakilan Jawa Barat datang, ada seseorang yang membuatku lebih tertarik dari pada Laras, dan sepertinya aku pernah bertemu dengannya, namun lupa. Itulah yang membuatku penasaran.
Tapi aku harus memfokuskan diri dulu dengan upacara penyambutan dan pusdiklat ini, yaa... mungkin sambil diselingi dengan cari-cari perhatian hehehee. Saat upacara penyambutan, ada pengenalan para pelatih, yaitu pak Tito, pak Gatot, Pak Baim, pak Harto, bunda Maya, dan Kak Angga. Mereka merupakan orang-orang terpilih yang telah dipercaya untuk membina dan mendidik kami para capas nasional yang terdiri dari AD, AU, AL, Polri, PNS, dan perwakilan PPI (Purna Paskibraka Indonesia). Selain itu, juga diperkenalkan tempat karantina kami yang akan kami tinggali selama 4 minggu yaitu Wisma Soegondo.
Setelah upacara selesai, kami pun masuk dan diarahkan ke masing-masing kamar, dan aku dapat satu kamar dengan perwakilan dari Sumatera Barat, namanya Bagas. Dia orang yang baik, dan keperibadiannya cocok denganku. Kemudian, kami dieri waktu 1 jam untuk merapikan barang-barang. Setelah itu, kami dikumpulkan di sebuah ruangan besar, aku tidak tau apa maksud dari dikumpulkan itu. Rupanya kami akan melakukan pemilihan pak Lurah dan bu Lurah (seperti ketua kelas) untuk Desa Bahagia (nama desa dari capas nasional).
Lalu pak Tito bertanya apakah ada yang ingin mencalonkan diri menjadi pak Lurah dan bu Lurah, aku dengan sigap mengangkat tangan dan berteriak, “Siap, saya, pelatih.” Dan ternyata, ada cukup banyak juga yang ingin menjadi pak lurah. Dan yang menjadi bu lurah, Laras tidak mengangkat tangan, dan kuperhatikan perwakilan Jawa Barat, cewe itu mengangkat tangannya. Kemudian kami ditanya satu per satu tentang alasan mengapa mencalonkan diri. Aku cukup banyak mengeluarkan pendapat, yaa.. maklum, karena aku memang dari dulu suka berbicara di depan orang banyak, jadinya seperti biasa saja begitu.
KAMU SEDANG MEMBACA
PASKIBRA MAN
Historical Fiction"Saat sebuah perjuangan menghasilkan suatu komitmen. Disitulah hasil takkan mengkhianati proses"