2

20 2 0
                                    

"Kembalikan tas gue!" bukannya mengembalikan, gadis itu justru berlari melewati koridor sekolah. Entah apa yang akan dilakukannya, saat aku tengah memarkirkan mobil dia malah sudah lebih dulu pergi meninggalkanku dengan menenteng tas punggung milikku. Sungguh membuat jengkel, pagi-pagi aku harus mengikutinya sampai memasuki sebuah ruangan dengan bau obat-obatan.

"Balikin tas gue!" pintaku

"Duduk!" dengan ucapan songongnya ia memerintahku duduk, dengan terpaksa kuturuti  daripada tasku terus disandera olehnya.

Aku memperhatikan gadis itu mengambil sebuah kotak berwarna putih dari rak, ia berjalan menghampiriku.

"Lo mau nga___"

"Diam!" sentaknya, membuatku berdecak heran dengan yang dilakukannya. Tanpa kuminta ia dengan telaten membersihkan lukaku dengan kain kasa yang telah diberi alkohol. Dioleskannya Betadine pada luka yang telah bersih kemudian membalutnya dengan plester, membuatku melotot tajam kearahnya

"Lo___"

"Nggak usah bawel!" aku menghela napas dalam-dalam, menghentikan mulut yang sebenarnya hendak memprotes gadis itu sebab memasang plaster karakter Hello Kitty. Ck menggelikan, bahkan ia lebih ketus padahal belum selesai mendengar protesanku.

"Udah?" tanyaku, gadis itu mengangguk

"Mana?"

"Apa?"

"Tas gue!" ia tersenyum menampakkan deretan gigi  putihnya, lalu menyerahkan tas yang sempat dicurinya. Tanpa menunggu waktu lebih lama lagi aku memutuskan meninggalkan ruang UKS. Namun, baru saja sampai diambang pintu gadis itu memanggil, membuat kepalaku menengok kearahnya

"Kenalin nama gue Clarissa Arasselyn--- selalu double S, kelas XII IPA 1, gue jomblo, alamat gue___" tak ingin kupedulikan lagi tingkah konyolnya, hendak kembali melangkah namun gadis itu beranjak mendekat, tangannya memegang pergelangan tanganku

"Iya sama-sama, gue ikhlas ngobatin Lo. Tapi, kasih tau nama Lo," pintanya, kulepaskan cekalan tangannya dari tanganku. Kembali aku mengayunkan kaki, gadis itu masih terdengar berteriak beberapa meter dibelakangku. Aku merogoh saku celana mengambil name tag yang memang tak pernah kupasang, lantas melemparkannya kebelakang tanpa sedikitpun berniat menoleh.

"Oke, Topan. Besok atau nanti gue bakal kasih nomor hp gue ke Lo!!" teriaknya masih terdengar sampai telinga.

"Huh ... Gue bahkan nggak berharap untuk bertemu lagi dengan Lo Rissa yang katanya harus double S" gumamku.

🕊️🕊️🕊️🕊️🕊️

"Bro!" kulangkahkan kaki untuk menghampiri dua orang yang tengah duduk di kursi paling belakang

"Cewek tadi siapa?" tanya Zoe

"Cewek?"

"Kagak usah sok gak ngerti gitu woy! gue liat dengan mata kepala gue sendiri kali, di UKS tadi Lo lagi sama cewek, ya kan Al?" oh, rupanya mereka melihatku bersama dengan gadis bernama Clrisaa itu

"Mana gue tau, yang liat kan mata Lo OGEB!" Alfin menonyor dahi Zoe, membuat sang empunya melotot

Aku memilih diam mendengarkan perdebatan mereka, dua orang yang sudah hampir tiga tahun menjadi warna dalam kehidupanku.

Entah dengan cara seperti apa kita menjadi teman. Yang kuingat waktu itu adalah tahun pertama aku masuk SMA, kericuhan yang terjadi dirumah membuatku berangkat lebih pagi, suasana sepi sekolah menjadi penawar untuk menenangkan pikiran serta pelarian untuk sepasang telinga yang terus-menerus disapa teriakan.

"Lo ngalangin jalan" ucap Zoe kala itu menegurku yang tengah duduk di tangga aula, aku diam tak merespon, malas menyahut apalagi berinteraksi. Tapi anehnya ia justru ikut mendudukkan diri, membuatku mengernyitkan dahi.

TOPANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang