03.

126 39 28
                                    

Jadwal terakhir Taeyong waktu ngedate bareng Lia adalah makan. Sudah hampir tiga jam lamanya mereka mengelilingi indahnya kota Surabaya di malam hari.

Kini, mereka sudah berada di salah satu restoran yang tak jauh dari lokasi sebelumnya. Taeyong mendudukkan bokongnya di kursi restoran tersebut, begitu juga dengan Lia.

Keduanya duduk saling berhadapan, menambah kesan romantis untuk semua orang yang melihatnya. Tapi tidak dengan mereka.

Jika di dalam cerita romansa, hal yang biasa dilakukan orang-orang adalah berpegangan tangan dengan mesra sambil menikmati setiap lantunan musik harmoni yang disuguhkan. Lain halnya dengan Taeyong dan Lia yang saling lempar pandang dengan tatapan maut satu sama lain, sambil menunggu pesanannya datang.

"Dasar jamet," ledek Taeyong memulai sindiran itu.

"Dasar muka barbie,"

"Tepos,"

"Tower,"

"Kurcaci,"

"Tiang bendera,"

"Monyet,"

"Lonte,"

"Kudanil,"

"Jerafah,"

"Gelo,"

"Ogeb,"

"Permisi, ini pesanannya." Ucap salah satu pelayan restoran tersebut sambil menyajikan beberapa hidangan yang telah dipesan. Mengetahui hal itu, Taeyong dan Lia langsung memberhentikan cek-cok diantara mereka.

"Terimakasih, kau boleh pergi." Usir Taeyong pada pelayan tersebut. "Dasar gobl*k, gak sopan banget lu." Sahut Lia sambil memukul pelan tangan Taeyong yang ada di atas meja.

"Serah gua lah, orang ganteng mah bebas." Cibir Taeyong menaik-turunkan sebelah alisnya untuk menggoda orang yang ada di depannya.









─━━━━━━⊱✿⊰━━━━━━─








"Masih ingat rumah?" Tanya pria paruh baya yang duduk si sofa sambil menaikkan satu kakinya.

Tidak ada respon dari lawan bicaranya, orang yang dimaksud hanya meliriknya sebentar lalu kembali ke kegiatannya. "Aku bertanya kepadamu, Lee Taeyong!!"

"Ckk, apa kau tidak punya mata?? Apa kau buta?? Tidak kan??" Decak Taeyong yang tak mau kalah dengan pria paruh baya itu. "Atau, penglihatanmu sudah tidak berfungsi dengan normal karena termakan umur? Bagus lah, itu artinya umur-mu sudah tidak lama lagi. Cepatlah mati, Tuan!" Timpal Taeyong dengan menekankan kata terakhirnya.

Sudah menjadi sebuah kebiasaan setiap harinya, dimana Taeyong selalu beradu mulut dengan pria yang notebate-nya sebagai ayah kandungnya sendiri, Choi Siwon.

"JAGA UCAPANMU TAEYONG!!!"

Bugh....

Bugh....

Bugh....

Beberapa pukulan mendarat di pipi kiri-kanan Taeyong. Bukan tanpa alasan, jika keduanya sedang cek-cok maka akan berakhir dengan tamparan maupun tinjuan.

"Kau puas?" Taeyong tersenyum kecut sambil membersihkan bercak darah yang keluar dari sudut bibir menggunakan ibu jarinya.

Siwon menarik kedua kerah baju Taeyong, nafasnya memburu termakan amarah yang membabi buta. Emosinya sudah tidak terkendalikan karena anak bungsunya.

"Apa kau tidak punya sopan santun pada orangtua-mu?"

Taeyong mengepalkan kedua telapak tangannya. Ia dibuat emosi dengan perlakuan ayahnya.

THE BERANDAL [VAKUM]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang