D

80 10 0
                                    

*
*
*
"Semalam aku hanya bodoh dan gila" kataku meyakinkan diri sendiri. (Ung)
*
*
*

Youngjo POV

"Hyung ayolah bantu aku sekali saja, aku takkan bisa berkencan dengan tenang jika Xion terus membuntuti kami" pinta Seoho.

Aku hanya diam saja. Sedari tadi dia mengoceh tentang rencana kencannya malam minggu nanti. Aku sudah bilang padanya aku banyak pekerjaan tapi dia terus merengek.

Xion adalah adik Seoho. Dia anak yang diadopsi oleh ibu Seoho saat umurnya masih 7th. Xion adalah yatim piatu saat itu. Keluarga Seoho selalu memanjakannya, apalagi Seoho. Tapi saat Seoho mulai punya pacar semuanya berubah merepotkan karena xion selalu menempel pada kakaknya meski usianya sekarang sudah tidak dewasa.

Bukan aku tak suka menemani Xion, dia anak yang manis dan ceria. Dia juga cantik dan sexy untuk ukuran laki-laki. Pekerjaanya sebagai desainer membuatnya selalu tampil menawan dan enak dipandang.

Tapi aku akan merasa aneh jika jalan dengannya di depan Keonhe.  Keonhe pacar Seoho adalah mantanku. Kami sudah putus setahun yang lalu. Hubungan kami berakhir karena aku tak cukup memberinya cinta, sibuk bekerja. Itu sepenuhnya salahku, tapi dia terlalu baik selama berpacaran denganku. Dia tahu aku bukan lelaki yang suka berkomitmen, tapi dia bertahan selama 1th sebelumnya. Itu rekor.

Seoho tahu hal itu makanya saat akan berpacaran dengan Keonhe 6 bulan yang lalu dia meminta ijin padaku. Sebenarnya aku tak berhak memberi dia ijin tapi untuk mengurangi keanehan saat kita bersama kami sempat bicara bertiga. Aneh tapi nyata. Aku tidak cemburu. Aku bersyukur karena keduanya lelaki baik-baik, kurasa mereka cocok dan bisa saling membahagiakan.

Masih diam di depan layar laptop di depanku, tepukan di bahu menyadarkanku dari lamunan.

"Hyung please, aku tak bisa melarang Xion. Tapi aku juga tak bisa membuat kekasihku tak nyaman. Xion dan Keonheku kurang akur saat bersama. Aku tak bisa mengatasinya sendirian" pinta Seoho sekali lagi.

Aku menghentikan kegiatanku. Memutar arah dudukku ke hadapan Seoho. Aku tahu dia jujur. Tak mengada-ada. Aku tahu sedikit sifat Xion. Karena kami juga agak dekat. Dia selalu ingin jadi pusat perhatian. Dia takkan membiarkan kakaknya berduaan saja dengan Keonhe jika mereka hanya pergi bertiga.

"Apa Xion tak punya pacar? Dia bisa saja membawa teman kencannya sendiri." Kataku.

"Hyung, pacarnya yang sudah-sudah sampah semua. Mereka hanya ingin mendekatinya karena dia sukses dan terkenal. Apa kau tak merasa Xion selama ini menyukaimu?" Kata Seoho kesal.

"Pesonaku menarik banyak orang" kataku bercanda.

Bukan aku tak mengetahui hal itu tapi aku tak ingin menyakiti anak itu. Dia memang hot dan menarik tapi aku masih belum merasakan hal yang lebih padanya. Bisa saja kupacari dia, tapi aku tak yakin aku tak akan menyakitinya. Dia adik sahabatku, teman bisnisku. Semuanya terlalu beresiko.

" Hyung kalau tidak demi aku, tolong lakukan ini demi Keonhe. Please.." rengek Seoho.

Inilah senjata terakhirnya. Dia tahu aku takkan bisa menolak jika dia sudah  membawa nama Keonhe. Aku berhutang banyak pada Keonhe, aku tak segan melakukan apapun untuk membuatnya tetap bahagia. Meskipun harus mengorbankan apapun.

Keonhe Adalah penyanyi pertama yang membuat aku mulai terkenal di industri ini. Dia selalu mendukung usahaku dan  mencintaiku dengan tulus selama kami masih berkencan. Mengenalkan namaku pada orang-orang  di dunia hiburan sehingga karyaku di perhitungkan. Sampai kami putus pun ia selalu menjaga hubungan baik dalam pekerjaan denganku.

"Baiklah," kataku sambil menghela nafas.

Malam ini akan jadi malam yang panajang gerutuku. Menutup laptop dan meninggalkan pekerjaanku sekali lagi. Aku butuh mengisi energi sebelum malam ini tiba.

****

Kami duduk berempat di  lounge VIP club malam langganan Seoho. Aku tak tahu mengapa anak itu terobsesi sekali dengan club malam. Bahkan dari dulu sebelum dia berpacaran dengan Keonhe. Sampai-sampai dia menjadi member dengan membayar iuran yang tak kecil tiap bulan. Memiliki kamar pribadi VVIP mungkin menyenangkan juga tapi untukku itu sedikit berlebihan.

Berada  di club ini setelah beberapa bulan membuatku mengingat seseorang. Ruangan VVIP Seoho dan kenangan yang memalukan. Aku  tak berani muncul di klub ini selama 2 bulan karena terus dihantui kenangan itu. Lelaki, mungil cantik berambut honey blonde yang membuatku lepas kontrol. Hampir saja aku merusak masa depannya. Untung saja hal itu tak terjadi.

Tapi bagaimanapun aku berusaha meyakinkan diriku bahwa hal itu yang terbaik tapi sebagian hati kecilku menyayangkan aku tak bisa menikmati tubuh indahnya. Arrrggghhh..jiwa devilku selalu muncul saat aku mengingatnya. Yeo Hwanwoong.

"Oppa..ayo kita turun ke lantai dansa." Pinta Xion yang terlihat cantik dan menggoda malam itu. Rambutnya panjang tergerai sampai bahu membuatnya lebih cantik dari biasanya. Aku lebih sering melihatnya menguncir rambut pirangnya.

Meskipun sedikit enggan. Kurasa lebih baik aku menurutinya untuk memberi waktu pada Seoho dan Keonhe untuk menikmati  waktu mereka. Aku berpamitan dengan keduanya lewat anggukan kepala. Xion sudah siap berdiri dan menggandeng tanganku dengan tak sabar berjalan menuju lantai dansa.

Tapi sepertinya semua orang di lantai dansa mulai berkerumun ke arah panggung karena musik berhenti dan DJ mulai mengumumkan peetunjukan akan segera dimulai.

Ah, panggung itu lagi. Pertunjukan dance untuk memanaskan lantai dansa. Sepertinya di klub ini sering mengadakannya. Mungkin ini ciri khas club mereka. Jangan-jangan lelaki cantik itu lagi.

Dadaku mulai berdetak lebih kencang mengantisipasi seseorang yang mungkin akan kulihat di panggung itu. Xion membawaku lebih dekat ke arah panggung. Benar-benar di depan panggung. Dia tak tahu aku mungkin akan pingsan jika lelaki cantik itu benar-benar akan ada di panggung dan melihatku. Apakah mungkin dia mengingatku. Kami sama-sama mabuk saat itu.

Benar saja dua sosok yang kukenal wajahnya muncul di panggung dan bersiap. Bagaimana aku lupa. Seseorang yang cantik seperti malakat malam itu menggeliat di bawah tubuhku. Malam ini dia tampak lebih bercahaya dan membuatku susah bernafas.

Satu orang yang lainnya, mungkin pasanganya adalah lelaki muda yang berteriak padaku dan membawa si cantik itu pergi malam itu. Melihat wajahnya aku seperti mendengar ulang teriakkanya yang seram.

Melihat merka menari dengan musik benar-benar mempesona. Sukses memanaskan suasana di ruangan ini. Setelah musik dengan up beat, sekarang berganti dengan slow beat. Aku tak bisa memalingkan wajahku dari wajah lelaki mungil itu. Dia benar-benar seauatu. Tapi aku tak senang melihatnya mesra dengan pasanganya. Aku berharap mereka hanya pasangan kerja.

Tak sadar Xion dari tadi mulai menari di dekatku semakin mendekat dan meminta perhatianku. Semua orang pun mulai menikmati musik dan menari kembali di lantai dansa. Aku tak tahu apa Yeo Hwanwoong melihatku atau tidak. Tapi saat kulihat kembali ke panggung ia sudah tidak ada.

Xion terus menempel padaku. Alkohol membuatku tak bisa menolaknya. Beberapa jam kemudian kami berciuman di pojok meja bar. Alkohol selalu membuatku tersesat. Bagaimana aku bisa memperbaiki semua ini nanti. Kacau.

Setelah beberapa saat seksi makeout kami aku meminta ijin ke Xion untuk pergi ke kamar mandi setelah aku membalik badan seseorang di tengah lantai dansa menarik perhatianku. Ciuman panas sepasang lelaki yang membuat lututku lemas. Keduanya saling memakan wajah masing-masing dengan laparnya sambil saling meraba mesra. Mendapat sorakan dari banyak orang. Aku tak bisa mengalihkan mataku darinya.

Sepasang mata itu. Mata malaikat yang melelehkan hatiku. Tersenyum sinis melihatku dan mengedipkan matanya. Mengapa hatiku terasa seperti ini?

Apakah ini sakit atau mati rasa?
Lidahku kelu.
Kakiku lemas.

Yeo Hwanwoong berciuman dengan pasangannya. Penari itu.

Sakit.

**************

I.P.U (I PROMISE YOU) ONEUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang