***
"Yess.." kataku sambil mengangguk. Aku kira aku tidak mabuk tapi aku sudah pasti gila.***
Youngjo pov
Malam ini aku sedang kacau. Pekerjaan sedang memuakkan. Klien yang terlalu banyak menuntut membuatku muak. Untung saja ini proyek mahal, kalau tak aku takkan membiarkan mereka mengoreksi lagu yang sudah kubuat dengan seluruh jiwaku. Semakin tua aku semakin pandai berdamai dengan dunia ini.
Aku seorang produser, pemilik setudio musik, studio rekaman kecil. Aku juga memiliki kelas musik pribadi untuk les privat di studioku. Aku dan rekan kerjaku Seoho aktif menciptakan lagu-lagu untuk artis dari perusahaan-perusahaan besar.
Malam ini aku ingin bersenang-senang sebentar. Tapi Seoho memaksaku untuk ikut dengannya ke gay club. Awalnya aku tak menyangka dia suka nongkrong di klub apalagi dia termasuk pria pemalu. Yang membuatku semakin kaget dia juga punya ruang VVIP khusus atas namanya. Berarti dia pelanggan kelas atas di sana. Sekarang setelah beberapa tahun mengenalnya aku sudah tak heran lagi jika dia memaksaku ikut ke sana.
Aku biasanya hanya duduk, minum dan menikmati lagu. Aku tak suka menari, bukan berarti aku tak bisa. Tapi aku lebih suka menikmati pemandangan di hadapanku ini. Puluhan tubuh saling menghipit, bergoyang dengan alunan music kencang. Melupakan sejenak rasa pening di kepalaku.
Malam ini club lebih ramai tak seperti hari kerja. Malam minggu dan ada dance show yang lumayan memanaskan suasana tadi.
Aku memandang sekeliling mencari kemana perginya si Seoho. Dia bilang ingin memperkenalkan seseorang padaku. Sialan, mentang-mentang aku jomblo dia menggunakan statusku untuk mendekati lelaki-lelaki cantik. Tapi sudah hampir 20 menit ia tak kembali. Aku meninggalkan posisiku menuju meja bar.
Sesosok lelaki pendek dengan kemeja hitam sexy berhenti tepat di hadapanku dan mengumpat. Rambut honey blonde terlihat halus fluffy dan bercahaya cocok dengan wajah imutnya. Wow lelaki mungil ini cantik sekali.
Aku sempat kesal, kukira dia mengumpat padaku karena suaranya lirih tak jelas. Tapi setelah dia menengadahkan wajahnya dan memandangku, aku hanyut di kejernihan matanya. Bibir glossy pink seperti mawar merah muda.
Dia mengajakku turun ke lantai dansa. Tapi aku tak yakin, aku takut mempermalukan diriku sendiri. Lelaki mungil ini menarik. Kulit putih di sela belahan lengan kemejanya terlihat sangat lembut. Collar bone yang sexy menyembul di kerah lebar kemeja hitamnya.
Aku hanya teriam. Dia pergi turun ke lantai dansa. Aku tak bisa menyusulnya, aku sedang kacau. Aku tak ingin membawa kekacauan lain ke kehidupanku. Aku butuh minuman. Hubungan serius terakhir yang kujalani sudah lama berakhir, sekitar satu tahun yang lalu. Sampai saat ini aku belum bisa memulai hubungan serius lain.
Aku harus minum. Aku duduk di depan meja bartender dan memesan vodca dan langsung kutanggak habis isi gelasku. Aku tak mudah mabuk, aku kuat menghabiskan 3 gelas tanpa berjalan sempoyongan. Hanya saja tubuhku mulai terasa panas. Dan aku butuh bergerak. Pengunjung mulai ramai memandang ke satu arah tepat di tengah lantai dansa. Lelaki mungil tadi menari dengan sexynya.
Dia jelas bukan lelaki biasa. Mungkin dancer atau mungkin hanya lelaki kesepian yang suka mencari perhatian. Tapi semakin kuperhatikan dia menari dengan bebasnya hal itu semakin menarik hatiku. Ia terlihat bahagia dan tersenyum puas diantara tariannya.
Aku mungkin sudah agak mabuk, si honey blonde itu tampak indah dan cantik bercahaya. Aku ingin memilikinya di pelukanku malam ini. Aku menelfon seoho untuk meminta akses ke ruangan VVIP miliknya. Ia bilang ia baru akan pergi dari sana dengan kenalannya aku bisa menggunakannya tanpa kunci apapun. Ia meninggalkan ruanganya untukku bersenang-senang malam ini.
Perlahan kudekati si honey blonde yang masih asik di tengah lantai dansa. Kudekap dia dengan kedua tanganku. Aku benar-benar menginginkan lelaki ini malam ini. Tapi aku tak ingin menyakitinya. Karena aku tak bisa terikat dengan siapapun saat ini.
Entah kata-kata manis apa yang kukatakan aku tak terlalu mengingatkan. Tentu saja alkohol di tubuhku. Yang kutahu saat ini kami sedah berpindah ke dalam lift. Kutatap mata beningnya. Aku sangat ingin mencium bibirnya. Ia mengangguk seakan tahu keinginanku.
Tanpa menunggu lama aku langsung mencium bibir lembutnya dengan semangat dan sedikit kasar. Ia membalas ciumanku dengan semangat juga. Tubuhnya yang kecil terhimpit diantara tubuhku dan dinding lift yang dinging. Aku semakin ganas menjelajahi dagu telinga dan lehernya dengan ciumanku. Dia mendesah lembut, sexy.
Hrrr.. lelaki cantik ini membuatku turn on. Nafsu menyelimuti kebersamaan kami. Hangat tubuhnya, lembut kulinya, wangi tubuhnya membuatku gila. Aku tak ingin melukainya tapi aku tak bisa menolak gejolak hormon priaku. Sedah lama aku tak berhubungan sex. Dia lelaki pertama yang kuinginkan setelah sekian lama. Meskipun sebenarnya ada rasa guilty, aku tak ingin melukainya. Ia seperti mawar, mempesona.
Lift terbuka kami langsung berada di ruangan nyaman bersofa merah lebar dan lembut dengan meja kaca. Dinding kedap suara tentu banyak manfaatnya. Aku tak berpikir untuk mengunci pintu aku langsung membaringkannya dan mencumbu bibirnya lembutnya yang addiktif.
Aku tak hiraukan rintihannya saat ku hisap sambil kigigit kecil kulit putih di sekitar collarbone dan lehernya. Lelaki mungil dibawah tubuhku melenguh, mendesah nikmat oleh keahlianku. Suara seperti ini musik terindah ditelingaku selama beberapa tahun terakhir. Aku yakin dia menikmatinya sama sepertiku.
Siapa namanya? Aku lupa menanyakannya..
"Kenapa berhenti?" Katanya membuyarkan lamunanku.
"Maaf, aku belum tau namamu angel?" Tanyaku sambil mengecup singkat keningnya.
"Hwanwoong, panggil aku 'Ung'.." katanya tersenyum tapi kulihat matanya masih gelisah.
"Aku Ravn..teriakkan namaku saat kau mendesah sayang" kataku sambil menciumi seluruh wajahnya dan kembali ke bibirnya.
Kugigit sedikit bibir bawahnya agar kubisa menjelajahi mulutnya dengan lidah hangatku. Kami saling memagut dan tanganku tak bisa berhenti menjelajahi seluruh tubuhnya terutama pantat kenyalnya yang sexy. Lelaki cantik ini benar-benar berbahaya untukku. Ia membuatku hatiku lemah tanpa melakukan apapun. Tangan mungilnya hanya memelukku dengan erat.
Kebanggaanku sudah mengeras dari tadi kini mulai kugesek-gesekkan ke tubuh bagian bawahnya yang sudah mengeras juga. Rasa nikmat menguasai kami.
"Ahhh.. Ravn..ahhh" dian terus mendesah memanggil namaku membuatku semakin bernafsu.
Aku mulai mencium lehernya lagi dan terus ke bawah. Beberapa kancing kemejanya lepas. Tiba-tiba dia menghentikanku.
"Stop..tunggu.mmm apa kita bisa lebih pelan. Aku virgin" ungkapnya.
Damn. Lelaki semenarik dia virgin. Hal ini tak bisa kuterima. Aku akan merasa berdosa jika nekat menerima keperawananya denga hanya hubungan satu malam. Dia berhak mendapatkan yang lebih baik.
"Sial, sial, sial. Bodoh!" Umpatku sabil duduk. Otot leherku menegan stress.
"Kau mengumpatku?!" Tanya Ung marah. Dia bangkit duduk menghadapku.
"No..tentu tidak cantik. Aku yang bodoh karena tak menanyakan dari awal. Aku orang brengsek. Kamu tak berhak melepas keperawananmu di ruangan club untuk cinta satu malam. Kau berhak mendapatkan lebih dari ini" ucapku menjelaskan. Ekspresinya sedih.
Lalu ia bangkit dan duduk dipangkuanku menghadapku.
"Aku tak keberatan.. Aku menginginkanya" katanya sambil menciumi bibir, dagu, telinga dan leherku. Tanganya berpegan di pundakku. Aku memeluk pinggangnya. Dia mulai menggerakkan pantatnya di pangkuanku..arrghhh siksaan yang benar-benar nikmat. Dia melemahkanku. Membuatku gila.
Aku menggeram nikmat oleh siksaanya. Bibirnya lembut sekali.
Tiba-tiba pintu didobrak keras. Sesosok lelaki bertubuh kekar berdiri disana dengan amarah.
"Yeo Hwanwooong!!! Teriakanya menggema di seluruh ruangan membuat wajah Ung pucat, jantungku hampir copot.
****************bersambung
Kebye luv-luv..jaga kesehatan!!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
I.P.U (I PROMISE YOU) ONEUS
Ficción GeneralWarning: BxB, fiction! Cerita ini hanya akan meminjam visual mereka sebagai cast tapi kepribadianya aku buat berbeda jadi jangan sakit hati ya kalau bias kalian jahat di book ini. ************************ "Jangan menguji kesabaranku Ung!" Bisik lela...