Percayalah, Tuhan mengambil yang baik untuk mendatangkan yang lebih baik.
-🍁-
Awan hitam pekat menghiasi langit sore ini. Gadis rapuh yang kini bersimpuh dihadapan makam ibunya pun tidak menghiraukan suasana yang terlihat sedikit menyeramkan itu.
Tempat pemakaman yang terasa begitu sunyi dan mencekat tidak membuat seorang Nara chrisetta takut sedikitpun.
Air mata terus mengalir ketika ia memandang gundukan tanah yang didalamnya ada sosok yang sangat dicintainya. Satu-satunya orang yang ia punya kini sudah meninggalkannya sendiri.
Tiga hari lalu adalah malapetaka baginya, hari yang sangat menyesakkan untuk seorang Nara, gadis SMA yang kini hidup seorang diri. Ibunya menghembuskan napas terakhir didepan matanya sendiri saat itu.
Mengelus tanda salib yang tertancap digundukan tanah itu. 'Sarah chrisetta' nama itu tertera disana. Lagi-lagi dadanya sesak ketika mengingat kenangan yang ia lewati berdua bersama ibunya.
"Ibu, padahal baru tiga hari ibu ninggalin Nara, tapi Nara udah kangen banget sama Ibu.." ucapnya disela tangis yang berusaha ia pendam.
Hujan rintik-rintik mulai turun berjatuhan mengenai tubuh rapuh Nara, "Nara harus apa bu? Nara nggak tau harus ngapain setelah ibu nggak ada. Nara nggak punya siapa-siapa. Nara–" tidak sanggup melanjutkan kata-katanya, Nara semakin mengeluarkan tangisnya yang kini sudah bercampur dengan air hujan.
"Nara pengen ikut ibu.. "
-🍁-
Setelah cukup lama berada ditempat pemakaman, Nara memilih untuk kembali kerumahnya.
Hujan masih turun lumayan deras, dan baju Nara pun sudah sepenuhnya basah kuyup akibat terus terkena guyuran hujan, ia tidak peduli jika demam nantinya.
Langit sudah mulai gelap, jalanan pun sudah sepi. Berjalan pelan menyebrangi jalanan bersamaan air hujan yang menerpa, dan tanpa sadar sebuah motor melaju kencang kearahnya.
Tiinn!
"AAAA"
Brak!
Nara membuka mata, melihat tubuhnya yang ternyata masih utuh tanpa terluka sedikitpun, "puji tuhan, Nara masih selamat"
Lalu pandangannya beralih pada sebuah motor ninja yang tergeletak tak jauh dari tempatnya saat ini.
Seorang pria tersungkur dipinggir jalan sambil menahan rasa sakit pada tubuhnya. Nara langsung menghampiri orang itu.
"Punya mata ga si lo–"
"Kamu gapapa?" ucap Nara khawatir, membuat omongan pria tersebut terpotong.
Tatapan mereka bertemu, "Siku kamu berdarah, pasti sakit kan?" gumam Nara, lalu menyobek sebagian baju bawahnya dan melilitkan kain itu kepada siku pria yang terluka.
"Gue, eh, sa-ya gapapa" jawab pria itu gugup. Didalam hati ia merutuki dirinya sendiri yang entah kenapa merasa gugup setelah bertatapan dengan perempuan asing ini.
Pria itu diam sambil sesekali menyeka air hujan pada wajahnya, matanya tak henti menatap wajah Nara yang serius mengobati lukanya.
"Maaf ya, udah bikin kamu celaka. Tadi Nara ngga liat jalan" ujar Nara menyesal. Memang tadi pikirannya tidak fokus, ditambah hujan lebat yang membuat pandangannya buram sehingga ia tidak mengetahui jika motor menuju ke arahnya. Dan untungnya ia selamat.
Setelah Nara selesai mengobati lukanya, dengan cepat pria berkaus hitam itu bangkit lalu menghampiri motornya yang masih tergeletak. Berniat untuk pulang.
Sebelum tancap gas, ia menoleh pada Nara yang masih diam ditempatnya, "saya gatau masalah kamu apa. Saya cuma mau ngingetin, kalau lagi sedih lebih baik cari tempat aman buat melampiaskan emosi kamu, jangan dijalan raya kaya gini, apalagi pas hujan lebat. Bahaya" setelah mengatakan itu, ia melaju cepat dengan motornya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIFFERENT
Teen FictionDia manusia biasa sama sepertiku, tapi pada kenyataannya kita berbeda. Ada banyak perbedaan yang membentengi kita, sehingga luka dan kecewa selalu hadir disetiap tawa yang hanya sementara. Ini kisahku dengan dia. Orang yang aku cintai dengan perbeda...