Chapter 03 of Kim's Ballerina

714 114 11
                                    

Jongin tepat waktu. Hampir tergelincir jika saja semenit dia terlambat, Kyungsoo akan benar-benar jatuh di dasar Seine yang begitu memuakkan.

Entah itu dua atau tiga, tubuhnya ditarik oleh tangan-tangan, berenang ke tepian sambil rakus meraup oksigen yang diberi Tuhan percuma. Kyungsoo terbatuk di sisinya, tersenggal pada napas, dan Jongin yang memeluknya.

"Jongin.."

Kyungsoo menangis dalam pelukan itu, berusaha meyakinkan Jongin sekali lagi dalam keadaan basah, menggigil bukan karena dinginnya Paris, tapi itu perasaannya yang tak kunjung tenang saat Jongin hanya memeluknya tanpa berucap apapun.

Mereka selamat lagi.

Apapun itu, Jongin meyakini jika sekali lagi mereka mencoba bermain terlalu dalam dengan Seine, sungai itu akan benar-benar merebut seluruh napas yang tersisa dalam perjalanan rumit yang mereka hadapi.

Jalanan nampak kosong, hujan tiba-tiba turun seolah memberi isyarat kemarahan Tuhan pada mereka yang senang bermain-main dengan takdir. Menyakiti nurani dan tubuh mereka terus menerus, sampai tak ada lagi jalan keluar kecuali memohon pengampunan.

Jongin membawa Kyungsoo dalam dekapannya, memasuki istana yang membuatnya teringat akan seluruh dirinya yang mencoba menahan apapun itu soal dendamnya. Menaiki tangga dengan tetesan air yang memenuhi lantai, membuat Kyungsoo yakin; dia telah membuat Jongin marah.

Jongin membaringkan tubuh Kyungsoo di ranjang. Masih bertahan diam dan meninggalkan wanita itu dengan dua pelayan yang membantunya mengganti pakaian. Dia menatap kepergian Jongin dari kamar itu, membuatnya berpikir dia telah melakukan kesalahan, namun dirinya lega karena Jongin tak meninggalkannya sendirian.

Dengan langkah lunglai, Jongin menuruni tangga kembali, tanpa membersihkan dirinya. Dia sedang mencoba menata perasaan yang baru saja menghantamnya. Kakinya tetap berjalan, melewati Hans yang juga basah kuyup dan Ravi yang memberi dua anak buahnya handuk.

"Mr. Johnson."

Ravi mencegah Hans menahan Jongin yang melenggang ke arah taman belakang.

Pagi itu berakhir begitu saja, di mana Kyungsoo yang menunggu dalam kegelisahan, dengan selimut yang tak menghangatkannya. Sedangkan Jongin yang menghisap rokoknya di kursi taman, masih bertahan dengan pakaian basahnya sampai pakaian itu hampir mengering sempurna.

Ravi menghampirinya, membawa pakaian, handuk, dan secangkir kopi panas. Berharap Jongin akan berhenti di titik ini, meyakinkan dirinya untuk lebih mendominasi agar dia bisa menahan pria rapuh itu hancur lebih dalam lagi.

"Nona Do menunggumu, Jongin."

Seringai itu nampak tak menyenangkan dalam manik Ravi. Seperti Jongin telah kehilangan minat untuk memahami.

"Dia mengancamku dengan cara ini."

Jawaban itu memengaruhi Ravi, hingga cangkir di tangannya sedikit bergetar, dirinya harus menghentikan pikiran buruk itu dari kepala bosnya.

"Itu bukan ancaman. Jika tak melakukannya, kau akan tetap menyelimuti dirimu dari dendam yang tak menguntungkan itu."

Jongin menghembuskan asap rokok ketiganya, membuat Ravi sedikit kecewa dengan reaksi itu.

"Apa kau tidak mencintainya?"

"Aku mencintainya," sergah Jongin dengan helaan napas di antara asap yang menggelegar di sekitar wajahnya, melanjutkan, "Tapi takdir kami sudah digariskan begitu."

"Mengapa kau tidak melihat semua itu dari sudut yang berbeda?"

Ravi menahan batuknya karena Jongin terus menerus menghembuskan asap itu, seolah bosnya itu ingin mengusirnya.

Kim's BallerinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang