01 | Sungguh sangat sempurna

2K 153 18
                                    

♦ Jika Sempurna.
Manusia naif yang membuat cerita indah







Bagian 1
[ Sungguh sangat sempurna ]

Aku memasukkan buku-buku secepat mungkin ke dalam tas. Aku tidak terlambat sebenarnya. Malah ini bisa dibilang terlalu pagi jika ke sekolah.

Hei, tapi aku ini anak rajin.

"Jennie! Ayo turun" Ah ibu sudah memanggilku dari dapur.

"Iya bu!" Balasku. Ya ampun aku semakin cepat lagi memasukkan perlengkapan sekolahku. Aku tidak sabar untuk keluar kamar. Menyapa ayah dan ibu lalu memakan sarapan enak buatan ibu.

Ibu sebisa mungkin selalu membuat variasi menu untuk dimasak, sehingga membuat orang rumah tidak bosan. Apa ibu tidak kelelahan? Jawabannya tidak. Selain karena hobi, ada bi Jum --Asisten rumah tangga kami, ayah dan aku yang siap membantu ibu memasak.

Terakhir aku pakai sepatuku dan membuka pintu kamar.

Ayah berdiri membenarkan jamnya sambil fokus menonton TV tentang berita.

"Pagi ayah" Sapaku.

"Eh Jennie, pagi. Kau sudah siap toh. Sini-sini ayah cek lagi" Balasnya melambaikan tangan agar aku mendekat.

Ayah memutar balikan tubuhku. Memastikan kalau seragamku rapi. Sesudah itu dia menepuk-nepuk bahu ku. Tangannya naik mengelus kepala lalu merangkul leherku untuk di ajak ke dapur.

Dari baunya bisa kutebak. Ibu membuat sosis dan pancake untuk sarapan kali ini. Huhu itu termasuk favoritku. 

"Pagi ibu, pagi bi Jum" Aku menghampiri Ibu yang membalik pancake bersama bibi Jum.

"Pagi anak ibu. Kau duduk saja sama ayah"






[] Back to reality







"Jennie! Sedang apa kau? Kau tidak memperhatikan ibu?"

Jennie tersentak kaget. Suara melengking bu Susi —guru kimia— berhasil menusuk telinganya. 

Sial, padahal dia baru saja memulai cerita indahnya. Entah kenapa saat pelajaran kelas dimulai, justru otak Jennie akan sangat kreatif untuk membuat alur cerita.

"Sana keluar!"

Jennie menahan emosinya. Beberapa murid di kelas berbisik-bisik meliriknya. Tentu saja, dia kan termasuk siswa aneh di sekolah. 

Pengecut, penyendiri, sensitif, bodoh dan lemah, juga...

Pembuat cerita naif.

Jennie melangkah keluar memilih duduk di dekat lapangan.

Buku ceritanya masih setia Jennie pegang. Cerita yang ditulisnya tadi bisa dibilang sudah ceritanya yang ke dua puluh. Sisa ceritanya yang lain dia diamkan di meja belajarnya. Sesekali dia baca untuk penghiburan.

Sembilan belas ceritanya dulu adalah cerita yang indah semua. Cerita dimana Jennie menempatkan dirinya sebagai peran utama. Di cerita ini dia yang menjadi Tuhan. Dia yang mengatur bagaimana alur hidupnya.

Dan itulah titik spesialnya bagi Jennie.

Dia membuat semua alur hidup bahagia.
Ya selayaknya apa yang rata-rata orang inginkan.


Pukkk

Sebuah bola basket mengenai kaki Jennie. Dia mengedarkan pandangan ke lapangan.

Eh kenapa Jisoo berlari ke arahnya. Mendadak Jennie panik. Mulutnya berkomat-kamit, berharap dia tidak di hajar oleh Jisoo si pembuat onar.

jika sempurna • jensooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang