Albara terus berlari sepanjang koridor kelas 10, membuat perhatian semua kelas tertuju padanya. Albara menoleh ke belakang, melihat Pak Panji yang kelelahan mengerjarnya.
"Udah, Pak. Bapak stop ngejar saya, biarin saya sampai kelas dengan selamat." Albara memelankan larinya.
"Albara berhenti kamu!" Pak Panji tidak menanggapi omongan Albara.
"Engga mau, wlee." Albara menampilkan wajah tengilnya.
"Albara! stop atau saya laporin kamu ke orang tuamu!"
Sontak teriak'kan Pak Panji, membuat lari Albara terhenti. Tatapan mata Albara menajam menatap Pak Panji yang berada tidak jauh darinya.
Dia tersenyum mengejek ke Pak Panji. "Laporin aja saya enggak takut." Dengan dinginnya Albara meninggalkan Pak Panji yang tidak mampu berkata lagi, melihat sifat Albara yang diluar nalar.
Albara berjalan menuju Gudang tidak terpakai di sekolahnya, disana tempatnya biasa membolos. Albara terus berjalan hingga dia sampai di Gudang, Albara membuka Gudang yang sudah tidak pernah terpakai itu.
"Woy!" sapa teman Albara, Randy.
Randy bersalaman dengan Albara ala cowok cowok. Albara mendudukkan dirinya disebelah Adithama yang tengah merokok.
"Bagi, Tam." Albara meminta rokok ke Adithama.
"Hm." Adithama mengeluarkan satu bungkus rokok dari sakunya, memberikan satu batang kepada Albara serta dengan korek apinya.
Albara menyesap dalam rokok itu lalu menghembuskan asapnya.
"Gila! si Adiba masa pulang pulang ke sekolah bawa tiga piala." ucap Randy.
"Iya, njir. Kaga stres ntuh bocah belajar mulu." sambung Haikal.
"Dia pacarnya Arshaka, kan?" tanya Harry.
"Iya, musuhnya si Albara, noh." kekeh Randy.
Albara menyimak obrolan temannya. Adiba? teman temannya sudah sering mengobrolkan gadis itu. Entah seperti apa bentuknya, temannya selalu memuji gadis itu. Albara tidak mengetahui Adiba yang mana, dia tidak tertarik kepada gadis yang dibicarakan temannya itu.
"Adiba mulu dari kemaren!" cibir Albara.
Randy geleng kepala. "Lo gay, ya?" celetuk Randy.
Albara yang mendengar itu melemparkan Randy dengan kotak rokok yang kosong. "Gue normal anjing."
Randy yang tidak terima melemparkan kotak rokok itu lagi. "Lagian lo! masa enggak tertarik dengan cewe secantik, Adiba." kesal Randy.
"Halah paling ntuh cewek gayanya culun. Rambut diikat dua, pake kaca mata terus ntuh mukanya jelek, yakin deh gue." dengan percaya diri Albara berbicara.
Randy melotot, begitu juga dengan Harry dan Haikal.
"Lo belum lihat!" Randy menimpuk Albara dengan sampah kuaci.
"Ti ati kemakan omongan sendiri!" timpal Harry.
"Makanya jan bolos mulu, jadi enggak tau cewek cantik di sekolah kita!" celetuk Haikal.
Albara mendelik tidak peduli, rasa penasarannya tidak pernah muncul kepada gadis gadis di sekolahnya. Albara tidak mau berpacaran. Selama ini sudah banyak gadis yang mendekatinya tapi, selalu Albara tolak.
⚫️⚫️⚫️
"Adiba! Adiba!" Rana berlari menghampiri Adiba yang membaca dikursinya.
Sampainya didepan Adiba, Rana menutup buku novel yang Adiba baca.
"Astaga, Rana! lo apa apaan sih!" kesal Adiba bukunya ditutup begitu saja.
Rana menyengir tidak berdosa. "Tau enggak sih! masa tadi gue ngeliat Haikal kok makin tambah gantenggggg!!!" Rana berbicara dengan mata yang berbinar.
"Haikal mulu lo! gue kira ada hal penting." cibir Adiba.
Rana berpindah duduk, kini dia sudah disamping Adiba.
"Gue pengen banget chat, Haikal. Tapi, takut dia enggak kenal gue." Rana berucap lemah.
Adiba menatap Rana prihatin. "Enggak ada salahnya coba, Ran."
"Haikal tuh cuek banget, Diba. Lo enggak liat, dia kalo natap orang matanya kayak mau keluar." jelas Rana.
Adiba terkekeh, "Tapi, kan. Lo enggak tau Haikal didalemnya kayak gimana."
Rana menggeleng. "Enggak mau!"
Adiba menyeringat, "Lo gimana sih! Katanya suka, tapi takut juga!" Lama lama Adiba bisa bosan mendengar cerita Rana yang begitu gitu saja.
Rana menatap Adiba masam, lalu berapa saat wajahnya berubah menjadi cerah lagi.
"Tau enggak sih!!! tadi gue ngeliat Albara di kejar sama Pak Panji, Yallah ganteng bangettttt. Rambutnya yang ugh, sama mukanya yang ketawa tuh ganteng bangetttt!!!" cerita Rana antusias.
Adiba menyeringat, "Albara, siapa?"
Rana membelalak. "Astaga! masa lo enggak kenal, Albara?" Rana menggeleng geleng kepala.
"Sumpah sih! lo kebanyakan ngabisin waktu di kelas makanya enggak kenal!" sambungnya.
Adiba mengangkat bahunya acuh. "Udah ah gue enggak kenal siapa tuh Albara, jangan diomongin."
"Ihhh, Adiba. Lo enggak tau aja, kalo si Albara tuh Bad Boy ala ala wattpad banget!" Rana masih bercerita antusias.
"Gue enggak suka cowo nakal."
"Cowo nakal tuh, idaman tau!" Rana menekuk bibirnya.
"Menurut lo, tapi menurut gue enggak!" sarkas Adiba.
Rana semakin menekukkan bibirnya. Adiba menatap Rana jengah, dia kembali membaca Novelnya. Mengabaikan Rana yang sudah kembali tersenyum dan bergosip dengan anak kelas lainnya.
Tanpa mereka berdua tahu, semua ini adalah awal dari Cerita Tentang Kita.
⚫️⚫️⚫️
TBC!
jangan lupa tekan bintang di pojok kiri hp kalian😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Tentang Kita
Teen FictionAlbara Melviano. Bad Boy sekolah, suka ikut tawuran, suka ikut balap liar, tampan, sifatnya tengil, selalu mengerjai orang. Albara tidak pandang bulu jika orang itu mengusiknya, mau wanita atau pria Albara akan menghabisinya. Albara yang tidak pern...