Albara sudah menyelesaikan hukumannya, kini Ia berada di kantin bersama ke empat temannya. Kepala Albara terus bergerak mencari keberadaan seseorang.
"Nyariin apa, Bar?" Tanya Harry yang melihat Albara terus bergerak.
Albara tersentak. "Lo kenal Adiba, kan?" tanya nya.
"Iya, kenapa? udah mulai jatuh sama pesona Adiba?" Harry berbicara nyolot.
Albara melemparkan Harry dengan sampah Kuaci di depannya. "Gue cuman nanya." Elak Albara.
"Yakin?" Harry bertanya dengan wajah mengejek.
"Y-yakinlah, gue anti banget sama yang namanya cewe." Albara berkata dengan gelagapan. Membuat sahabatnya menatap Ia dengan tatapan tidak yakin.
"Masaaaaa?" ucap Harry, Haikal, Randy kompak, terkecuali Adithama yang diam.
"Denger ya, Bar. Thama yang dingin begitu aja mengakui pesona Adiba, masa lo yang kayak gini engga." Jelas Haikal.
"Gue semakin yakin kalau Albara sukanya sama cowok." Timpal Randy.
"Sialan lo semua! Gue tuh bukannya engga suka cewek, cuman gue belum menemukan cewek yang tepat!" jelas Albara.
"Gaya banget!" cibir Adithama.
"Tam, lo dukung mereka bertiga?" Albara menunjuk ketiga temannya.
"Iya." jawab Adithama singkat, padat dan jelas.
"Tega lo, Tam, terus selama ini yang kita lalui itu apa?" Albara berucap dengan mimik sedih.
Adithama menatap Albara jengah. "Gue bukan itam!"
"Nama lo, kan. Adithama." bela Albara.
"Terserah!" kesal Adithama mengakhiri perdebatannya dengan Albara.
"tu cewek mandangin gue terus anjir!" Haikal menunjuk seorang gadis yang duduk tidak jauh dari tempatnya.
"Siapa?" Randy ikut menoleh.
"Itu." Tunjuk Haikal.
Randy menyipitkan matanya. "Kenal gue, namanya Rana sekelas sama Adiba." ucap Randy.
"Kok lo kenal?" tanya Haikal.
"Satu tempat les sama gue." jelas Randy.
Albara mengabaikan obrolan temannya. Ia mengeluarkan Handphone yang berada disaku sekolah. Saat tengah sibuk bermain Handphone, Albara menatap tangan kirinya yang tidak ada gelang yang biasa Ia pakai.
Albara mengedarkan pandangannya ke meja kantin, mencari cari gelangnya, siapa tahu jatuh disitu. Tapi, Albara tidak menemukannya.
"Nyari apa lagi, Bar?" tegur Harry.
"Lo liat gelang gue yang biasa gue pakai?" tanya nya. Albara sudah mulai kalut. Gelang itu pemberian dari Ibunya sewaktu SMP, satu satunya yang tersisa bagi Albara.
"Engga, lo dateng engga pake gelang itu." Randy menggeleng.
"Sialan! pasti jatuh di perpus." Albara langsung bangkit, Ia berlari mengabaikan teriakkan teman temannya.
⚫️⚫️⚫️
Adiba berjalan beriringan dengan Rana menuju Perpustakaan. Ia menemani Rana untuk mengembalikan Buku yang di pinjam gadis itu dari Perpustakaan.
"Adiba, masa tadi di kantin gue ditatap balik sama Haikal." Rana menampilkan wajah berseri.
"Mau gue mintain nomornya?" Adiba menaik turunkan alisnya.
"Engga mau!" Rana berteriak.
Adiba memandang sekelilingnya. "Suara lo kecilin dikit!" Adiba menyenggol Rana.
Rana hanya terkekeh. Ia dan Adiba memasuki Perpustakaan yang sedang ramai, karena saat ini jam istirahat jadi sebagian murid menghabiskan waktu mereka di Perpustakaan.
Rana berjalan duluan ke Meja tempat pengembalian buku. Meninggalkan Adiba yang sudah berjalan mencari buku untuk di pinjam.
Adiba sampai di Rak khusus Buku Novel. Ia melihat laki laki yang Ia temui tadi pagi. Adiba lupa namanya, yang Ia ingat nama lelaki itu ada Al nya.
Lelaki itu seperti sibuk mencari sesuatu. Tiba tiba Adiba teringat dengan gelang Hitam yang Ia temukan. Adiba berjalan mendekat ke arah lelaki itu.
"Lo nyari ini?" Adiba menunjukkan gelang hitam itu.
Lelaki itu atau Albara membalikkan badan. "Lo temuin dimana?" Albara sedikit merampas paksa gelang itu.
Adiba tersentak, kuku panjang Albara mengenai jari tangannya. "Tadi jatuh di sini."
"Oh makasih, Asterina." Albara mengucapan terima kasih begitu selesai memakai gelangnya kembali.
"Nama gue Adiba, bukan Asterina!"
"Kalau gue manggilnya Asterina engga papa, kan?" Albara tersenyum ke Adiba.
"Gue engga suka panggilan Asterina." Wajah Adiba berubah masam.
Albara mengacak rambut Adiba. Adiba kaget, Ia menatap Albara yang seperti biasa saja. Yang biasa melakukan itu hanya Arshaka, pacarnya.
"Lancang juga tangan lo." Adiba berbicara blak blakan.
Albara langsung memperhatikan tangan yang Ia gunakan untuk mengacak rambut Adiba. "Sorry refleks, lo gemesin gue engga tahan mau nikung Arshaka." Albara berucap dengan intonasi santai.
Sedangkan Adiba Ia sudah melotot ke Albara. "Lo ngomong apaan, sih, dasar cowok aneh!" Adiba memutarkan badannya, meninggal Albara.
"Adiba Asterina Kaltain. Gue pasti bisa dapetin lo." Teriak Albara keras keras.
Adiba menutup telinganya, Ia tidak mau membuat keributan di Perpustakaan. Meladeni lelaki tadi pasti tidak ada habisnya. Lebih baik Ia menghampiri Arshaka yang sedang berada di kelasnya.
Begitu Adiba hilang dipandangannya, wajah Albara berubah datar.
"Arshaka, kali ini lo engga akan bisa merebut kebahagian gue."
⚫️⚫️⚫️
TBC!
jangan lupa buat vote dan comment yya❗️💗
sampai jumpa minggu depannya lagi😄💗
Salam cantik, Istri Chanyeol.
💗
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Tentang Kita
Teen FictionAlbara Melviano. Bad Boy sekolah, suka ikut tawuran, suka ikut balap liar, tampan, sifatnya tengil, selalu mengerjai orang. Albara tidak pandang bulu jika orang itu mengusiknya, mau wanita atau pria Albara akan menghabisinya. Albara yang tidak pern...