Arshaka menyeret Albara ke ruang BK diikuti banyaknya murid sekolah. Adiba juga mengikuti Arshaka dari belakang.
"Lepasin gue anjing!" Albara menyentak tangan Arshaka.
Arshaka memberhentikan langkahnya. "Lo udah keteraluan kali ini, Bar!" suara Arshaka meninggi.
"Peduli apa lo sama gue?"
"Ikut gue ke-"
BUGH
Belum Arshaka menyelesaikan ucapannya. Albara sudah melayangkan tinjuan tepat dipipi Arshaka.
Adiba terkejut. Ia dengan cepat menerobos kerumunan. "Kamu engga papa, kan?" Adiba membantu Arshaka berdiri.
Albara berdecih melihat perhatian yang Adiba berikan ke Arshaka. Ia sangat tidak menyukai Arshaka. Semua yang ia miliki selalu diambil lelaki itu. Bahkan kasih sayang Papanya.
Adiba menatap nyalang Albara. "Engga usah pakai kekerasan bisa, kan?"
Mendengar itu Albara semakin menajamkan tatapannya, rahangnya mengeras, aura yang dipancarkan Albara mampu membuat keruman murid takut.
"Nyeremin ya, Kak Albara." bisik adik kelas ke temannya. Adiba dapat mendengar bisikan itu.
"Selucu lucunya orang kalau marah bisa serem juga, ya." kali ini Raya yang berbicara. Ingat Raya, kan? Gadis yang menuduhnya memakai dukun.
"Gak usah ikut campur!"
Albara jalan mendahului Arshaka. Ia muak melihat drama yang ditampilkan oleh dua pasangan yang sangat romantis itu. Hatinya memanas, ingin rasanya ia menyeret Adiba, ingin rasanya ia mengungkapkan apa yang ia rasakan. Tapi, itu bukan Albara. Ia akan mendekati Adiba perlahan, merebut perhatian gadis itu.
"Kamu ke kelas dulu, ya, nanti pulangnya sama aku." Arshaka hendak mengejar Albara yang mulai menjauh, tapi tangannya ditahan Adiba.
"Aku ikut, aku gak mau kamu dipukul sama orang brengsek kayak Albara." Arshaka hanya pasrah diikuti Adiba dari belakang. Ia tau gadis itu sangat takut sekarang, bahkan wajahnya mulai memucat. Entah apa yang membuat Adiba bersikeras ingin ikut dengannya.
Sesampainya mereka berdua di ruang BK. Adiba melihat Albara yang duduk sedangakan didepannya ada Pak Iyan, guru BK.
"Sudah kasus keberapa ini, Albara?" Pak Iyan membuka buku yang berisi kasus anak anak nakal.
Albara diam. Ia membuang muka dari Pak Iyan.
"Jawab, Bar!" Arshaka yang duduk disebelah Albara menyenggol lengan lelaki itu.
Albara masih enggan menjawab. Ia memainkan kuku kukunya. Sungguh keadaan seperti itu sangat Albara benci.
"Kamu sudah telpon orang tuanya, Albara?" Kini Pak iyan bertanya ke Arshaka.
"Sudah, Pak. Mere-"
BRAK
"Harus banget panggil orang tua saya?" Albara menggebrak meja.
"Bar! Yang ada dihadapan lo itu guru. Jaga sikap!"
Albara menoleh ke Arshaka. "Gue harus peduli gitu?"
"Lo kok kurang ajar banget, sih!" Adiba menatap Albara kesal.
Albara menatap Adiba remeh. "Lo siapa, hah? Berani ngatur ngatur gue?"
"Lo-" Baru hendak berbicara. Ia sudah dibungkamkan dengan tatapan Arshaka.
BRAK
PLAK
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Tentang Kita
Teen FictionAlbara Melviano. Bad Boy sekolah, suka ikut tawuran, suka ikut balap liar, tampan, sifatnya tengil, selalu mengerjai orang. Albara tidak pandang bulu jika orang itu mengusiknya, mau wanita atau pria Albara akan menghabisinya. Albara yang tidak pern...