Feather V - Anger

2.3K 310 36
                                    

Suho membuka matanya untuk kesekian kalinya dalam malam itu. Ia mendudukkan dirinya, tangannya mengusap wajahnya dengan kasar. Ada raut letih di sana, mengingat ini sudah pukul tiga pagi namun ia sama sekali tidak bisa terlelap. Semua karena setiap kali ia mencoba tidur, bayangan Seojun tadi kembali muncul di kepalanya.

Seojun menciumnya.

Jemari Suho mengacak rambutnya dengan kesal. Entah kesal kenapa.

Kesal karena Seojun menciumnya begitu saja?

Kesal karena Seojun lalu meninggalkannya seperti tidak terjadi apa-apa?

Atau kesal karena ponsel Seojun dimatikan dan tidak ada satupun dari chat maupun telepon Suho yang bisa masuk?

Suho menghela nafas karena frustasi, sebelum beranjak dari tempat tidurnya dan menuju ke pantry untuk membuat minuman hangat. Tangannya meraih sekotak peppermint tea dengan merk terkenal dan mengambil sebuah cangkir. Ia menyeduhnya, lalu membawanya menuju lantai dua, balkon tempat ia bisa melihat pemandangan kota Seoul di subuh hari.

Semilir angin menyambut Suho begitu ia menyelinap keluar dari balik pintu. Ia berjalan perlahan menuju tepian balkon, lalu menyandarkan tubuhnya ke salah satu penopang yang terbuat dari kayu jati keras berkualitas tinggi. Matanya memandangi hiruk pikuk kota Seoul yang tidak pernah tidur. Beberapa motor dan mobil masih lalu lalang membelah malam, entah apa saja kesibukan yang masih dilakukan masing-masing insan. 

Malam-malam seperti ini mengingatkannya pada malam-malam yang ia lalui bersama Seojun saat ia menginap di rumah Suho. Bermain game hingga malam, lalu duduk di balkon sambil makan tteokbokki pedas dan soju. Bercerita ngalor-ngidul tentang masa depan yang masih penuh pertanyaan, serta cita-cita yang tak pernah terungkap.

Menyenangkan.

Apa yang membuatnya berbeda sekarang?

Mungkin kenyataan bahwa Suho telah meninggalkan Seojun tanpa ia sadari, seperti yang Seojun katakan kemarin malam.

Mungkin itu kebenarannya, dan mungkin memang itu yang sudah terjadi.

Memang Suho yang salah.

Suho memejamkan mata, menghirup oksigen dalam-dalam lagi sebelum menghembuskannya perlahan.

Perasannya tidak enak sedari tadi. Kepalanya terus mengulang kelembutan bibir Seojun saat keduanya menempel. Dia masih bisa menghirup aroma parfum vanilla musk menenangkan yang selalu Seojun kenakan. Suara Seojun yang rendah dan dalam, dan ekspresi putus asanya yang seakan memohon untuk diselamatkan.

Kenapa Seojun bertingkah seperti itu?

Mengendarai motor kebut-kebutan, tidak menceritakan apapun pada Suho, lalu tiba-tiba menciumnya begitu saja sebelum meninggalkannya tanpa kata-kata.

Suho mau tidak mau jadi khawatir setengah mati.

Pria itu memijat kepalanya.

Pintar akademis memang tidak selalu menjamin kepiawaian dalam mengambil keputusan terbaik dalam kehidupan.

Nah sekarang...

Sekarang dia harus bagaimana?


***

"Aku tidak mau ke sekolah."

Kata-kata itu final dan tidak bisa diganggu gugat. Gowoon hanya bisa memandangi kakaknya yang masih membelit tubuh dengan selimut, matanya menyipit gemas.

Heather's Feather ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang