'Terkejut' sudah bukan lagi sebuah kata yang tepat untuk melukiskan perasaan Han Seojun malam itu. Pemuda itu benar-benar shock dengan apa yang sudah terjadi tadi siang. Suho menciumnya tepat di bibir.
Di bibir.
Seojun kaget setengah mati, berakhir mematung di tempat selama beberapa saat sementara Suho menggumamkan sesuatu. Kemudian mungkin karena situasi yang tidak kondusif, Seojun tiba-tiba berdiri dan sebelum Suho bisa mengatakan apa-apa dia sudah berlari keluar untuk pulang. Entah apa yang ada di pikiran Seojun, yang jelas ia terlalu kaget dengan apa yang Suho lakukan.
Terlalu tak terprediksi.
Seojun mendesah tidak percaya.
"Apa sih, kak? Kenapa dari tadi seperti habis dikejar setan begitu?" Gowoon memandangi kakak semata wayangnya itu dengan heran. Pasalnya sejak ia pulang dari sekolah tadi, Seojun sama sekali tidak menunjukkan sikap yang wajar. Ia hampir salah masuk ke kamar mandi saat yang ia tuju adalah kamar, sempat tersandung kaki kursi saat dipanggil makan malam...
Dan saat ini...
Dia baru saja menuang saos wijen alih-alih kecap manis ke atas telurnya.
Untung masih bisa dijadikan kombinasi yang enak.
"Ah-..." Seojun tampak salah tingkah sendiri, menoleh pada Gowoon. Ia mengusap tengkuknya, lalu menggeleng. "Tidak, tidak kenapa."
"Lihat-lihat tuh makannya, jangan asal campur semua saja." Tegur Gowoon lagi. "Kakak dari tadi nyawanya seperti tidak ada di rumah, melayang-layang gak tau kemana."
Seojun hanya meringis, lalu kembali melanjutkan makannya.
"Apa sedang ada masalah di sekolah?" Tanya ibu Seojun dengan lembut.
"...tidak, kok." Seojun menggelengkan kepala.
"Jelas-jelas kak Seojun sedang populer-populernya saat ini. Apalagi pemain baseball terkenal itu, Ryu Hyungjin, pindah ke sekolah." Gowoon mengambilkan salah satu daging ayam dan menyajikannya di piring ibunya. "Semua heboh karena oppa dekat sekali dengannya."
Seojun berjengit saat mendengar nama itu. Ia sontak menoleh pada Gowoon, kepalanya memproses janjinya pada Hyungjin tadi sore. Wah, iya. Dia kan berjanji akan menunggu Hyungjin sampai selesai latihan lalu menemaninya pergi?
"Oh?" Ibu Seojun menaikkan alisnya. "Anaknya bagaimana?"
Ditanya begitu, Seojun jadi bingung harus jawab apa. Ia tampak salah tingkah sejenak,. "Eh... ya... begitulah..."
"Aku sih tidak suka." Gowoon menyambung. "Kelihatannya sengak."
Ibu Seojun mengangkat alisnya, dan Seojun semakin tidak tau harus menjawab apa. Sebenarnya ia bisa saja memulai sumpah serapahnya dan mengutuki pemain baseball idola satu sekolah itu, namun tentu saja dia tidak bisa melakukannya dengan sembarangan.
"Yah... sedikit." Seojun meringis.
"Dia juga sering mengajak kakak pergi akhir-akhir ini. Tidak tau kemana. Kakak jadi jarang di rumah." Gowoon melapor lagi, melahap nasinya.
Ah, adik kecilnya yang manis ini memang tidak bisa menjaga rahasia, ya.
Seojun memaksakan diri tersenyum sambil melempar tatapan maut pada Gowoon, namun yang lebih muda sama sekali tidak peduli dan kembali meneruskan makannya.
"Sepertinya kakakmu ada teman baik baru, ya." Ibu Seojun tertawa kecil dengan lembut. "Lalu Suho bagaimana?"
Deg.
Jantung Seojun berhenti sejenak saat nama Suho kembali disebut. Ia mengerjap, merasa dadanya kembali dipompa saat ia mengingat apa yang Suho lakukan tadi siang. Lalu... kata-kata Suho itu... apa artinya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Heather's Feather ✔️
Romance"Dengar, Lee Suho. Hanya karena aku suka padamu, tidak berarti kamu bisa memanfaatkanku dengan seenaknya."