02. Duren?!

237 33 0
                                    

Beberapa hari kemudian, suasa kelas begitu ricuh karena guru pelajaran hari ini ternyata berhalangan hadir, seisi kelas penuh dengan obrolan dan candaan. Tapi tidak dengan Aya, gadis itu tampak diam di atas mejanya dengan beberapa tumpukan buku.

"Hai Ay!" Sapa Laila, yang seolah lama tidak bertemu Aya, padahal kamar mereka terletak sebelahan di asrama.

"Hai." Jawab Aya dengan pandangan mengarah ke buku tulisnya tanpa melirik Laila. Begitulah Aya mode dingin, mode serius yang pasti tidak bisa diusik.

"Ay, ayolah sekarang kita jam kos, ngobrol yuk! Gue bosen nih, kalian mah belajar terus! Ga asik!" Ajak Laila kepada kedua temannya yang tak bukan Aya dan Ira.

"La, dikit lagi kan mau UTS gue lagi ngerangkum pelajaran nanggung."

"Sama La, ngobrolnya entar lagi ya."sambung Ira yang sama halnya sedang belajar.

"Ay tau gak? gue bawa kabar baik nih.."

"Apa?"

"Liat gue dulu Ay, lu tuh ngomong sama gue bukan sama buku."

"Cepet La apaan?"

"Ternyata Ustaz Akbar itu duren."

"Duren? Maksudnya." Tanya Ira, yang jadi ikut menguping.

"Duda keren!"

Seketika mata Aya seakan berbinar, ah.. berarti ada harapan, pikirnya.
"Serius lu? Ga lagi bercandakan?"

"Serius! Terus kabar baiknya lagi beliau lagi cari istri baru. Sono gih daftar!" Dengan bangganya sambil mengilangkan kedua tangannya bersedekap. Merasa berhasil membuat ke.dua kutu buku itu memerhatikannya

"Jangan Ay! Kamu aja belum lulus nanti sekolahmu gimana?"

Rasanya sangat disayangkan anak polos seperti Ira harus berteman dengan mereka berdua, lihatlah wajah Ira malah berubah menjadi sedih seakan akan benar-benar ditinggal temannya besok untuk menikah.

"Katanya kalau modelan ustaz Akbar bisa di bicarain." Sahut Laila yang menggoda Aya yang tampak berpikir seperti serius. "Pepet dulu ga sih hahaha!" Lanjut Laila sambil tertawa terbahak-bahak.

"Dasar cegil, sinting!" Umpat Aya, yang melihat cerminan dirinya dalam diri Laila.

Tak lama, ada guru piket yang masuk ke dalam kelas seketika suasana kelas menjadi hening, dan guru pengganti itu membagikan tugas yang ditulis di papan tulis setelahnya, guru itu berkata,
"Di sini ada Maryam Ghaissani?"

"Ada Bu, saya."

"Kamu, ditunggu di gerbang sesudah kelas ya."

Membuat dia bingung dan jantungnya berdebar apakah itu ibu tirinya yang sedari kemarin kekeh ingin bertemu dengannya namun selalu dia tolak.

...

Dengan langkah cepat karena diselimuti rasa penasaran Maryam akhirnya sampai di ruang resepsionis diantar oleh Laila, sebenarnya Laila juga penasaran siapa yang sedang menunggu Maryam, orang tuanya kah? apakah mereka orang mampu? atau sebaliknya? siapapun Maryam yang jelas Laila amat menyayanginya.

Bukan Kamu Yang KuinginkanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang