PROLOG

1.1K 196 25
                                    

Kalau emak bisa mencak-mencak minta menantu ke anaknya,
Lalu aku sebagai anak harus mencak-mencak minta jodoh ke siapa?
Ke Semesta gitu?

Nayana Arunika

Adakah disini yang bernasib sama denganku? Wanita yang baru sehari yang lalu resmi menginjak usia 26 tahun namun sudah didesak dengan pernikahan seolah beberapa bulan lagi umurku sudah 30 tahun?! Seluruh sepupuku yang perempuan menikah dibawah 25 tahun jadi sekarang mama ku tercinta semakin anarkis meminta jatah menantu dariku.

"Kalau bukan kamu mama minta menantu sama siapa lagi Naya?" geram mamaku terdengar kesal.

Aku menghembuskan napas lelah. 'Memangnya aku apa yang minta dilahirkan sebagai anak tunggal' omelku dalam hati.

"Saudara-saudara mama yang lain tuh udah nimang cucu semua. Kamu nggak merasa apa rumah kita sepi? Kalau ada anak kecil kan rumah jadi lebih hidup Nay"

Aku memutar bola mataku malas. "Kalau mama memang mau anak kecil bilang dong sama papa" jawabku santai.

"Kenapa jadi bilang sama papa kamu?" tanya mama bingung.

"Ya iya, mama tinggal bercocok tanam aja sama papa. Naya-"

"AWW!" aku memekik sambil menatap kesal pada mama yang memukul lenganku dengan segenap tenaga sementara papa sudah tertawa melihat interaksiku dengan mama.

"Papa bukan petani kalau kamu nggak amnesia"

Aku mengelus-elus lenganku yang dipukul mama. "Papa nggak usah sok polos deh. Nggak cocok" ucapku sambil menatap papa kesal.

"Pa, mama minta anak tuh, buatin gih Pa. Kalau Naya yang buat kan bahaya, bisa gempar tetangga dan keluarga kita. Apa kata dunia Naya tiba-tiba bunting tanpa laki" cerocosku yang mendapatkan pelototan dari mama.

"Yang nyuruh kamu bunting tanpa laki siapa? Mama nyuruh kamu nyari laki. Nikah dulu baru kawin. Mama coret kamu dari KK kalau berani hamil diluar nikah"

Aku menatap malas pada mama. "Dih mama ancamannya nggak berinovasi sama sekali. Udah tahun 2021 juga"

"Hamil diluar nikah mama kutuk kamu jadi penghuni neraka hawiyah"

Aku melotot kesal mendengar ucapan mama , "Dih mama, mulutnya sepanas siksa api neraka"

"Soalnya kelakuan kamu memang minta diazab" jawab mama yang tidak akan pernah kehabisan kata untuk membalas ucapanku.

Aku merengut mendengar ucapan mama. Aku berdiri hendak menuju kamar daripada dosaku kian bertambah disini gara-gara berdebat dengan mama yang memiliki surga dibawah telapak kakinya, jadi lebih baik aku kembali menyepi didalam kamarku tercinta.

"Kamu mau kemana?"

"Ke kamar" jawabku seadanya atas pertanyaan mama.

"Jangan lupa cariin menantu mama yang hilang"

Aku mendengus kesal. "Ia ini juga baru mau Naya tanyain ke mbah gugel" jawabku asal dan mempercepat langkahku kekamar.

Aku merebahkan tubuhku ke atas kasur sambil membuka sosial mediaku. Aku teringat seorang pria yang tak pernah kutemui secara nyata dan tak pernah bertukar pesan apalagi berbicara padaku. Aku tau ia satu kota denganku dan aku tau ia sudah kelewat matang untuk menjadi seorang jomblo. Bagaimana aku bisa tau ia jomblo? Karena aku menstalkingnya dan aku akan tertawa ketika teman-temannya membullynya yang masih menjomblo diusianya yang sudah kelewat matang. Jadi kan lebih baik ku petik sebelum dia busuk.

Dan sebuah ide gila itu pun muncul.

'Pak, nikah yuk'

Ajakan yang sangat singkat, padat dan jelas. Bodo amatlah dikira sinting, gila, pening dan sebangsanya. Toh aku memang sefrustrasi itu dengan pernikahan gara-gara tuntutan mama. Aku Nayana Arunika wanita yang tidak bisa dibilang jelek meskipun tidak bisa juga dibilang cantik, setidaknya aku lebih manis dari madu. Jangan muntah ya, percaya diri itu penting wahai kaum hawa hahaha. Aku yang manis, pintar dan mandiri ini bisa-bisanya menjomblo selama 26 tahun! Wahhh semesta pasti senang sekali bercanda denganku!

Aku melemparkan hp ku dengan kesal disampingku. Dia, Narendra Adrian Prihatin seorang Jaksa berparas dingin itu tidak akan menuntutku karena ini kan?

Aku meringis membayangkannya. Tapi memangnya atas pasal apa dia mau menuntutku. Paling-paling ia mengataiku sinting lalu mengabaikan pesanku atau menolakku sambil mengatakan aku gila.

Aku melirik hp ku yang bergetar, tanpa perasaan takut untuk ditolak bukan berarti karena aku kepedean bahwa ia akan menerimaku. Tentu saja tidak, aku sudah yakin ia akan menolakku sambil mengata-ngataiku. Jadi ku ambil hp ku dengan malas-malasan sambil membaca pesannya yang membuatku membelalakan mata dengan maksimal.

'Ayo.'

Balasan yang singkat, padat dan jelas. Kok dia sama gilanya denganku?!


KEBELET KAWINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang