SATU

795 184 49
                                    

Jadi jomblo itu serba salah
Napas aja salah!

Narendra Adrian Prihatin

Aku tidak habis pikir dengan jalan pikiran manusia-manusia akhir zaman ini. Bayangin aja, aku yang jomblo kenapa mereka yang pada ribet? Aku nikah juga bukan mereka yang bayarin resepsinya. Kalau dibayarin pasti akan ku seret salah satu fans ku ke pelaminan. Tapi maaf maaf aja ya, aku Narendra adalah pria dengan harga diri setinggi langit.

Aku Narendra, pria tampan, mapan dan beriman yang digilai kaum hawa. Jadi jika aku masih menjomblo sampai saat ini sampai detik ini itu namanya takdir bukan prinsip. Catat itu! Namun teman-temanku selalu memperlakukanku seolah aku tak laku, padahal bukan aku yang tak laku hanya saja aku yang belum takluk dengan wanita manapun. 

"Sebagaimana rezeki, begitulah jodoh. Rezeki memang di tangan Allah, tapi kalau nggak dijemput ya bakal ditangan Allah terus. Makanya, jemput dong Naren jodoh lo!"

Aku menatap malas pada salah satu temanku.

"Lo mau konsultasi terkait perusahaan lo atau mau jadi ustadz dadakan sih? Kalau mau ceramah sana di masjid" jawabku kesal sambil mendelik sekilas padanya.

Dia memperhatikanku yang kembali asik memotret coffee art yang tadi ku pesan.

"Ck! Kelakuan lo jangan sampai sesuai dengan nama lo lah Naren. Prihatin gue ngeliat lo malah foto-foto kopi bukan perempuan. Percayalah lekuk tubuh wanita lebih indah daripada pekatnya kopimu. Kebanyakan kopi sih lo jadi hidupnya sepahit kopi" ujarnya santai membuatku kembali melayangkan tatapan kesal.

"Kalau udah selesai, mendingan lo pulang deh sekarang" usirku yang merasa terusik dengan kehadirannya.

Rana menatapku curiga. "Gue curiga, lo tiap malam ke sini di jam yang sama. Nungguin seseorang ya?" tuduhnya.

"Nggak" kilahku sebiasa mungkin.

"Hati-hati lo ditaksir kuntilanak penunggu pohon ini. Jangan-jangan lo udah kena taksir kuntilanak lagi makanya susah dapat jodoh"

Aku menatapnya malas. "Mulut lo minta di jahit banget ya, setiap buka mulut yang lahir selalu aja kata-kata unfaedah

Rana tertawa mendengar ucapanku. "Gue pulang ya. Mau kelonan sama bini. Malas gue sama lo disini cuma bisa dikelon angin malam"

Rana kembali tertawa lepas ketika aku mendelik dengan tajam dan melayangkan tatapan kesal.

Aku terdiam sebentar setelah kepergian Rana lalu melirik arlojiku yang sudah menunjukan pukul 21.00. Jika sudah jam segini tidak akan ada kemungkinan ia akan datang kesini. 

Aku menghela napas pasrah dan berdiri, entah sejak kapan senyumnya, tawanya bahkan suaranya menjadi candu bagiku.

Aku menghempaskan tubuhku diatas kasur setelah selesai membersihkan diri dan bersiap untuk mandi. Rasanya kepalaku berdenyut nyeri setelah mempelajari sebuah kasus untuk persidangan besok dan parahnya vitaminku tak terlihat malam ini.

Tapi sebelum tidur ku putuskan untuk menstalking seseorang, siapa tau dengan melihat wajahnya meskipun hanya melalui foto bisa sedikit meredakan nyeri kepalaku.

Apakah aku terlihat alay? Namun logika akan mati saat menghadapi cinta bukan. Jatuh cinta membuat manusia tidak bisa menggunakan nalarnya secara benar.

Aku tersenyum tipis melihat senyumnya yang cerah. Alisku terangkat melihat satu nama yang mengirimiku pesan singkat namun begitu aneh dan... unik. Karena kebanyakan wanita hanya senang berangan-angan untuk memiliku tanpa melakukan tindakan apapun dan beberapa lainnya hanya berani menggodaku atau mengkodeku dengan malu-malu. Namun satu nama ini secara terang-terangan menulis.

'Pak, nikah yuk.'

Singkat, padat, jelas dan errr...unik. Namun aku tidak bisa menyembunyikan senyumku yang kian melebar membaca itu. Dia memang yang tergila diantara yang palin gila.

Jadi sebelum dia berubah pikiran aku pun mengetikan jawaban dari ajakannya. Meskipun pada pesan itu tidak ada tanda tanya yang memelurkan jawaban.

'Ayo.'

 Jawabku tidak kalah singkat namun sangat jelas. Aku terkekeh membayangkan ekspresi bengongnya. Unik sekali, sepertinya hidupku tidak akan sepi jika bersamanya.

'Bapak gila ya?!'

Balasnya yang membuatku mengernyit. Hey, bukankah aku yang harusnya lebih berhak berkata seperti itu?! Kenapa aku malah merasa tertolak?!

KEBELET KAWINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang