Selama berada di dalam mobil, Bella, Laura dan Wilona hanya diam tanpa bersuara mereka mana berani membuka mulutnya untuk berbicara jika melihat wajah datar yang di tunjukkan oleh Pak Andi, seolah pria itu sedang menujukkan jika dia tidak menyukai semua wanita yang ada di belakangnya ini.
Wilona menatap kearah Pak Andi, wanita ini benar-benar tidak bisa menkondisikan matanya jika sedang melihat seorang pria tampan yang sedang berada di hadapannya seperti sekarang ini. Laura menatap lurus kedepan hatinya pasti merasa sangat bahagia karena mengatahui jika Bella anak tiri yang sejak kecil menjadi pelayan di dalam rumahnya malah memberikan banyak uang padanya melalui calon mertua anak tirinya itu.
Bella sedang mencoba menahan air mata yang sudah hampir saja jatuh dari pelupuk matanya karena membayangkan pernikahan yang tidak pernah dia inginkan sebelumnya tapi demi Airin dia akan mencoba untuk bertahan.
Mobil yang di kemudikan oleh Pak Andi pun sudah sampai di depan halaman hotel yang begitu megah dan juga mewah, Wilona turun dari dalam mobil lebih dulu setelah Pak Andi membukakan pintu tersebut untuk dirinya-ralat ini memang tugas Pak Andi dan tidak ada yang sepesial di sini.
Wilona memasang senyuman yang begitu manis untuk bisa meluluhkan hati Pak Andi namun pria itu malah memberikan tatapan tidak perduli dan hal itu membuat Wilona kesal sampai mengertakkan giginya.
"Nona Bella anda harus hati-hati kalau berjalan mengenakan kebaya dengan mengunakan sepatu hills," ucap Andi setelah menyadari jika Bella kesulitan kalau sedang berjalan padahal itu masih beberapa langkah saja dan calon majikannya sudah hampir terjatuh beruntung Andi sangak sigap dan segera memeganginya untuk membantu wanita itu berdiri dengan tegap lagi seperti sebelumnya.
"Maafkan saya Pak Andi, karena saya tidak terbiasa," ucap Bella dengan wajah tertunduk malu. Tapi Bella lebih baik berkata jujur dari pada dia berbohong dan karena ucapan polosnya itu Laura langsung mencengkeram lengannya sampai wanita itu meringis kesakitan.
"Saya akan membantunya anda tidak perlu merasa khwatir," ucap Laura dengan tersenyum pada Bella namun mata wanita itu melotot menyuruh Bella mendukung ucapannya barusan. Karena di hadapan banyak orang Laura ingin di pandang sebagai ibu tiri yang sangat baik hati.
"i. . .iya benar apa yang Ibu bilang," ucap Bella dengan menahan rasa sakit di bagian lengan kirinya namun dia tidak berani mengadu kesakitan tapi sebagai gantinya mengigit bibir bagian bawahnya.
Veron pasti melakukan banyak kebaikan sampai dia bisa menikahi wanita lolos dan juga bernasib malang seperti Bella. Batin Pak Andi dalam hati menatap sendu kearah Bella sekilas dan dengan sekejap kebencian yang tidak memiliki alasan itupun sirna.
"Aku juga akan membantu adik Bella kau tidak usah merasa khawatir Pak Andi," tapi pria itu tidak mengubris ucapan Wilona sedikitpun. Dan wajah cantik Wilona langsung kelihatan masam seketika itu juga.
Mereka masuk ke dalam hotel itu dan Pak Andi berjalan lebih dulu. Laura dan juga Wilona membantu Bella berjalan, Bella melangkah menuju tempat pernikahan dengan hampir terjatuh setiap kali dia melangkah.
Mengenakan hills dan juga kebaya seperti ini bukanlah hal yang mudah bagi Bella namun dia tetap harus terus melangkah sampai menuju ketempat pernikahannya walaupun kakinya mulai terasa nyeri karena tergores dengan hills yang harganya sangat murah ini.
Tapi Laura dan juga Wilona memeganginya dengan begitu kuat, Wilona mencengkeram lengan Bella dengan begitu keras karena merasa begitu lelah menopang berat badan Bella yang hampir terjatuh sudah berkali-kali sampai tidak terhitung lagi jumlahnya.
"Ingin sekali aku melemarmu jika saja ini bukan hari pernikahanmu dengan pria buruk rupa itu," umpat Wilona dengan nada suara tertahan di dalam tengorokannya karena takut jika pria yang ada di hadapannya ini bisa mendengarkan apa yang sedang dia ucapkan barusan.
Pak Andi melirik kearah Wilona dengan tersenyum sinis jika di lihat dari caranya melihat Wilona sepertinya pria itu bisa mendengarkan apa yang kakak tiri calon majikannya itu katakan.
"Ssttt! Jaga ucapanmu itu, bertahanlah sedikit lagi," ucap Laura menyemangati anak kesayangannya itu.
Pak Andi berhenti di depan pintu ruangan yang masih tertutup namun ada dua orang pria yang memakai baju hitam segera membungkukkan badannya di depan Pak Andi dengan hormat sembari membukakan pintu ruangan yang di yakini oleh Bella ini adalah tempat pernikahannya jika dilihat dari pintu ruangan ini yang berhiaskan bunga mawar merah.
"Tuhan apapun keputusan yang aku ambil di hari ini itu semata karena aku begitu mencintai adik ku yang bernama Airin dan hanya dengan cara seperti ini saja aku bisa bersatu kembali dengannya," batin Bella dalam hati mencoba meyakinkan dirinya jika semuanya akan baik-baik saja.
Pernikahan ini di gelar secara sederhana karena tidak melibatkan banyak orang dan hanya keluarga dekat saja yang di undang ke acara pernikahan ini. Bella melihat seorang pria yang mengenakan tukxedo berwarna hitam sudah duduk di depan penghulu dan dengan mengenakan penutup wajah dari bunga melati yang di gelantungkan di depan wajahnya.
Semua orang juga sudah menunggu kedatangan Bella, Pak Arka menarik tubuhnya dari kerumunan orang yang sudah duduk dengan rapi menunggu kedatangan sang mempelai wanita.
"Nak kau sudah datang, kami semua sudah menunggumu biar Papa yang bawa kamu ke samping Veron," ucap Pak Arka dengan seulas senyuman manis.
Melihat perlakuan Papa mertuanya yang begitu lembut dan juga sangat menyayangi dirinya membuat Bella kembali merasakan kasih sayang yang di berikan pada dirinya dahulu. Kasih sayang yang sudah lama hilang dari hidupnya kini seakan kembali lagi padanya. Sikap Pak Arka mampu membuat hati Bella yang sudah lama mati rasa kini kembali hangat lagi.
Bella sudah duduk di samping Veron namun pria itu seakan tidak perduli dengan kehadiran calon istrinya itu di sampingnya.
"Apakah acara ini bisa saya mulai sekarang?" tanya Pak penghulu tersebut dengan menatap kearah Pak Arka dan juga Laura menunggu persetujuan.
"Silahkan di mulai saja Pak Penghulu," sahut Pak Arka dengan tersenyum, sedangkan Laura langsung menganggukkan kepalanya mantap.
"Saya terima nikahnya Bella Putri binti Dika Pratama almarhum dengan seperangkat alat sholat di bayar tunai."
"Sah. Bagaimana saksi," tanya Pak penghulu pada semua orang yang sedang hadir di acara pernikahan ini.
"Sah."
"Sah."
"Sah,"
Teriak semua orang yang sedang berada di sana dengan di iringi tepukan tangan dan ucapan selamat pada kedua mempelai karena mereka telah resmi menjadi pasangat suami-istri.
Bella mengulurkan tangannya hendak mencium tangan suaminya tapi yang tidak di duga ialah Veron malah beranjak berdiri dan tanpa berpamitan pria itu meninggalkan Bella dan juga semua orang yang ada di sana tanpa mengucapkan satu katapun.
"Veron tunggu," teriak Pak Arka beberapa kali namun anak semata wayangnya itu malah tidak memperdulikan dirinya sama sekali membuat hati Pak Arka sakit dan merasa malu pada semua kerabat yang hadir di pernikahan ini,
Diama-diam Laura dan juga Wilona tersenyum bahagia mengetahui jika Bella akan tersiksa selama hidup bersama dengan suaminya entah mengapa kedua orang itu begitu membenci Bella sampai seperti ini.
selesai baca tinggalkan komentar dan juga like serta subscribe buku ini juga terimakasih.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kamulah Takdirku
RomanceBella seorang gadis cantik yang berusia 19 tahun. Semenjak ayahnya meninggal Bella ikut dengan ibu dan juga kakak tirinya. Bella di perlakukan seperti sebuah pelayan di dalam rumahnya sendiri dia harus tidur di gudang sedangkan kamarnya yang nyaman...