(8) tekanan

1.8K 80 19
                                    

Zero berdiri di sebuah kawasan yang berwarna putih. Dia melihat sekelilingnya dan tiada siapa di sana. Dia memerhatikan tubuhnya dan tersenyum sedih.

"Aku udah bebas ya ? "

Tiba-tiba, muncul seorang perempuan cantik mendekatinya sambil melambaikan tangannya.

"Zhi-chan !"
"Ibu !"
"Ayuh kita pulang bersama. Sebelum itu, katakan apa padaku ?"
"Hurm, aku pulang !"
"Selamat pulang, prajurit kecilku."

Tangan Zero mengenggam tangan ibunya yang lembut dan permandangan putih itu, diganti dengan kawasan yang sangat indah. Kini, dia udah bebas, bebas dari kehidupannya yang terus disakiti dan dibenci. Kini wajahnya akan sentiasa tersenyum dan dia akhirnya nggak akan berpisah merasa kesunyian lagi.

'Ayah, aku udah berbahagia disini. Maafkanku, ayo berjumpa di jalan berbunga. Sampai jumpa, teruskan hidupmu, Ultraseven !'

Seven masih berdiri di hadapan gubukan tanah. Tangannya masih mengenggam erat Ultra Bracelet Zero dan perakam suara yang diberikan Z kepadanya.

"Maaf kerna aku gagal menjadi putra yang baik. Selamat tinggal, Seven-san."

Seven akhirnya menangis sekali lagi dan berjongkok di depan gubukan tanah itu. Dia menangis dan berteriak nggak jelas.

"Zero...huwa...!!!! Maafkanku !!!! Hiks.. Seharusnya aku nggak mengusirmu...Semuanya udah terlambat..Kembalilah kepadaku..HUWAAAA... !!!!"

Seven akhirnya tersujud. Dia mengangkat kepalanya dan memegang serta memeluk batu yang ditulis nama Zero. Dia menangis keras sehingga air matanya kering. Zero dikuburkan bersebelahan makam ibunya. Seven nggak menyangka Zero akan pergi duluan sebelum dirinya. Dia membetulkan posisi duduknya dan duduk di antara makam kedua Ultra yang disayanginya. Matanya kosong, mulutnya nggak berhenti berkata maaf dan tanggannya memegang dua makam itu. Janjinya bersama dua orang itu telah dia mungkiri. Janji untuk menjaga Zero dan janji untuk menyayangi Zero.

Man melihat Seven dari kejauhan. Dia mengalihkan pandangannya ke arah langit hijau. Dia tersenyum kecil sambil menangis. Tubuhnya dibaluti perban dan dia harus bersandar pada pohon untuk menampung tubuhnya.

'Zero, tolong berikan kekuatan untuk ayahmu, untuk keluargamu. Kami masih menyayangimu. Kami nggak sempat meminta maaf. Jadi ku mohon, tolong lindungi ayahmu dari melakukan perkara yang aneh-aneh. Maafkan ku, aku merindukanmu.'

Man berbalik dan memberikan ruang untuk Seven bersendirian. Dia segera mengangkat kakinya dan pulang ke IGDF. Man berjalan dan memasuki ruangan Zoffy. Terlihat Zoffy sedang melamun sambil memegang buku yang pernah dia belikan ketika bersama Zero. Matanya kosong seperti tiada sebarang hidupan di dalam mata itu. Man menghela napasnya dan menepuk pundak Zoffy. Zoffy nggak bereaksi sama sekali. Dia masih melamun melihat ke luar gedung.

"Zoffy-niisan.."
"Man, semua ini salahku."
"Buk-"
"Jika waktu itu aku nggak mengusirnya, jika waktu itu aku nggak menunjukkan vidio itu pada kalian, jika waktu itu aku menjaga Zero di RS, semua ini nggak akan jadi. Seven dan Zero masih bersama kita. Mungkin sekarang, kita sedang makan bersama ?"
"Huh.."
"Maaf, aku mahu bersendirian. Jadi ku mohon, pintu ku sentiasa terbuka. Tinggalkan ku sendiri dan kamu berehatlah."

Man menunduk lesu dan keluar dari ruangan Zoffy. Dia memutuskan untuk ke ruangannya tetapi ketika dia melalui dapur. Terlihat Ace sedang menggunakan kedua tanggannya untuk menompang mukanya yang ditundukkan. Sementara Z sedang menepuk pelan punggung Ace. Melihat tubuh Ace yang masih bergetar, sepertinya dia masih menangis. Tapi anehnya, Z nggak menangis. Malah dia sedang coba mengembirakan Ace. Akhirnya Ace ketiduran kerna dia lelah menangis.

70 parent-and-child Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang