#18. Something

422 75 24
                                    

MAMAMOO MISSION

BOOK TWO

LEGACY

****

18. Something

Whee In begitu bimbang antara kembali ke mobil atau mengejar kepergian Solar. Matanya bergantian menatap mobil, pintu masuk club, dan Solar yang menghilang di tengah kegelapan malam.

Hingga akhirnya Whee In menggeram kesal dan lari ke mobil. Namun kembalinya dia ke mobil bukanlah untuk melanjutkan misinya malam ini, melainkan untuk mengambil tasnya dan pergi mengejar Solar.

Dan beruntung kepergian Solar belum lah terlalu jauh sehingga Wheein yang berlari sekuat tenaga akhirnya bisa menyusul langkah lebar Solar.

"Solar, tunggu aku!" panggil Whee In menepuk bahu Solar dari belakang.

Wanita yang dipanggil sempat menoleh sebelum kembali menatap lurus ke depan. Semburat kekecewaan terukir di wajah Solar begitu tahu Whee In yang mengejarnya, dan bukan sosok yang selama ini dia tunggu untuk meminta maaf.

Tapi tak mungkin Solar menunjukkan kekecewaannya pada Whee In. Dia tak ingin harga dirinya jatuh karena mengharap seseorang yang jelas-jelas tak berperasaan untuk datang meminta maaf. Dan kebaikan Whee In tak pantas mendapat balasan kekecewaan. Karena biar bagaimana pun, Solar cukup terharu Whee In memilih untuk mengejarnya dibanding melanjutkan misinya malam ini.

"Kenapa langkahmu cepat sekali?" Whee In melingkarkan tangannya pada Solar dan mulai menggelayut manja pada wanita itu.

Solar tak membalas pertanyaan Whee In. Jika dia bicara, dia akan marah dan Solar tak ingin marah di depan Whee In. Dia tak ingin melampiasan amarahnya pada orang yang selama ini selalu baik padanya.

"Apa tidak salah?" tanya Whee In saat Solar memutuskan berhenti di halte bus.

"Kenapa?"

"Kamu mau naik bus? Seorang Kim Solar?"

"Diam" balas Solar datar.

Ini memang sangat jarang ditemui. Bahkan tak pernah Whee In temui selama satu tahun menggenal Solar. Wanita kaya itu biasanya membawa mobil atau pun jika dia harus naik angkutan umum, dia akan naik taksi. Tak pernah naik bus.

Tapi Whee In hanya tersenyum membalas sikap dingin Solar. Dia senang setidaknya Solar mau menjawab ucapannya. Karena Whee In tahu, jika Solar marah dia akan berteriak dan memaki, namun jika Solar terluka dia akan memilih diam dan menangis. Untuk itu, tak masalah naik bus atau berjalan kaki, selama Whee In masih bisa mendengar suara Solar.

"Bus nya datang!" seru Whee In menarik tangan Solar.

"Apa ini bus yang membawa kita pulang?" tanya Solar kebingungan. Karena tak pernah naik bus, dia pun tak tahu bus mana yang harus dia tumpangi jika ingin pulang.

"Sudahlah, cepat, ayo!" Whee In naik lebih dulu dan membayar untuk dua orang. Dia mengajak Solar untuk duduk di kursi paling belakang dengan Solar berada di dekat kaca dan Whee In di sebelahnya. "Ini dinamakan night trip" bisik Whee In begitu bus melaju.

"Apa maksudmu?"

Whee In tersenyum dan memamerkan sebelah lesung pipinya, "Nikmati saja."

Setengah perjalanan mereka habiskan tanpa suara sedikitpun. Baik Solar maupun Whee In, keduanya hanya diam dan menikmati pemandangan kota melalui jendela bus yang mereka naiki.

Dan untuk Whee In, sesekali dia menatap Solar, untuk memastikan apakah perempuan di sebelahnya itu baik-baik saja atau tidak. Karena Whee In mendengar beberapa kali Solar menarik nafas dalam dan menunduk ke bawah.

Legacy  [ON HOLD] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang