Bagian 1; Tidak mengingat apa pun

616 196 329
                                    

Halo!
Yuk, kita kenalan sama beberapa tokoh di part ini!

Bantu support Rala juga, ya! Melalui komen, vote, dan baca All In online. Arigatou Stay!

Pemuda itu sedikit terusik oleh sinar matahari pagi yang menerobos melalui celah jendela

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pemuda itu sedikit terusik oleh sinar matahari pagi yang menerobos melalui celah jendela. Tidur yang seharusnya nyenyak, kini terganggu saat suara asing berdering kencang sanggup membuat gendang telinga pecah.

"Berisik banget, elah!" racaunya sambil menutup seluruh wajah dengan bantal.

Kelopak mata yang semula menutup merasakan kasur keras yang ditempati begitu kecil dari kasur kingzise biasanya sontak terbuka lebar, memperlihatkan manik coklat yang indah. Suara deringan itu tak kunjung berhenti, membuat pemuda ini terpaksa bangkit dari tidurnya.

Beberapa detik berlalu, sejak suasana mulai lengang. "Gue di mana?"

Pandangan pemuda itu tak lepas mengamati setiap sudut ruangan yang kumuh dan kotor ini. Hanya ada lemari kayu kecil dan kasur yang ditempati ini. Seperti sedang menjadi tahanan polisi saja.

"Nyasar kemana gue?" gumamnya sambil memegang pangkal hidung yang berdenyut nyeri.

Pintu kayu itu berdecit pelan, tanda seseorang memasuki kamar. Tunggu, rasanya tak pantas kalau menyebut ruangan ini sebagai kamar tidur.

"Selamat pagi, Tuan Felix. Para agen baru ditugaskan berkumpul di Aula untuk berjumpa dengan kepala kepolisian," ucap pria paruh baya itu yang menggunakan pakaian kepolisian aneh. Kepala pria itu menunduk hormat seolah jabatan Felix lebih tinggi di sini.

"Lo siapa? Tunggu." Felix terdiam sejenak, memikirkan setiap kata yang terlontar dari bibir pria itu. "Heh? Kepala kepolisian?"

Pria itu mengangguk mantap. "Sebaiknya Tuan cepat bersiap-siap, karena Kepala Kepolisian tidak suka menunggu. Saya permisi."

Pintu itu kembali tertutup rapat dengan ekspresi kaget Felix yang tak kunjung menghilang. Segurat rasa aneh muncul dalam relung hati ini. Ia baru saja bangun dan tidak mengingat apa pun, kenapa harus dikejutkan oleh pernyataan tadi?

"Gue kira gue tahanan, ternyata gue dipaksa hadepin kenyataan." Felix terduduk lesu, dramatis. "Sejak kapam gue ngelamar jadi polisi begini?"

Kedua kaki panjang Felix menuruni kasur. Dingin menyapa telapak kaki membuat Felix semakin malas berjalan dengan kaki telanjang. Bisa saja kaki ini ternoda oleh kotoran lantai yang tak diketahui pasti penyebab kekotoran ini.

"Apes banget gue." Felix memilih berjalan tertatih, menghindari setiap kotoran. Melompat layaknya anak kecil yang bermain taplak gunung.

Pintu lemari terbuka, hanya ada satu seragam di dalam sini. Felix segera melepas pakaian dan memakai seragam pelan-pelan, saking malasnya. Sepasang sepatu yang tersedia di samping lemari membuat Felix terlihat sempurna untuk seukuran pemuda yang kebanyakan belum glowing.

WANTED! ALL IN (Gangster)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang