Halo, Stay!
Makasih sudah baca sampai part ini, rasanya seneng sekaleh! 🤧 Happy reading!Lagi spoiler mode. /Ketawa jahat/
Di sini kau bisa merasakan banyak hal yang belum pernah kau rasakan. Termasuk kematian.
"No, tolong ambil panci. Gua pengen gebuk orang," sinisnya pada orang di samping yang hanya diam memperhatikan layar handphone.
"Mager gua. Sok-sok an jadi gangster, kesel aja masih pake panci," balas pemuda bernama Ano.
"Lo juga pengen gua gebuk?" Pemuda itu menatap tajam Ano yang membuat kesal dirinya.
Ano berdecak sebal. Ia kembali menyibukkan diri bermain game. "Gue diem salah, gue ngomong salah. By one aja, mau enggak, Bang?"
"Shut up," tegas seorang lelaki muda yang tadi membuat Onil kesal hingga ingin meninju wajah datar itu.
Onil memasang wajah julid ke arah pemuda itu, sesekali mencibir dengan bahasa Inggris yang jauh dari kata baik. Suasana yang tadinya berisik, seketika senyap saat ketiga pemuda itu sibuk memegang ponsel masing-masing.
"Langit mana?" Onil membuka suara. Biasanya akan lengkap di suasana seperti ini saat bersatu dengan mulut tajam pemuda itu. Hanya tampang dingin yang menghiasi wajah, berbeda dengan kelakuan dia. Membuat Onil menggelengkan kepala sambil mengibarkan kain putih.
Dibalik wajah dan mulutnya yang membuat sakit hati, kelakuan Langit tak jauh dari kata orang tidak waras. Dia termasuk tipikal orang yang berisik dan mematikan.
"In the clouds," sahut pemuda bertampang dingin itu.
"Begini, nih, orang kagak jelas. Gue juga enggak nanya lo, Bule!" sarkas Onil, masih dengan tatapan sinis yang terpampang dikilatan matanya.
"Kalo lo nanya gue, gue enggak mau jawab." Ano menoleh, tertawa mengejek. Lalu, beranjak pergi meninggalkan Onil yang melongo tak percaya.
"Kurang ajar, dasar junior enggak tau diri. Lo masih lebih muda dari gua, Woy! Jangan sok jagoan, mentang-mentang beneran jago!" teriak Onil. Ia rasa ia harus mengunjungi rumah sakit setelah menyelesaikan pertandingan game dihandphonenya. Kata orang, hati-hati nanti darah tinggi.
"Ganteng doang. Banyak bacotnya," cibir Onil sambil meluruskan kaki ke atas kepala pemuda dingin itu. Tak peduli tatapan setajam silet yang siap menghunus ginjalnya.
"Ngapa balik lagi?" tanya Onil pada Ano yang berjalan ke arahnya dengan seringaian senang.
"Mereka udah kelar. Masih mau di sini?"
Lantas Onil beranjak duduk dengan raut bahagia, sudut bibirnya terangkat bangga. "Cepet juga rencana, Keris."
Ano memasang wajah datar mendengar penuturan itu. "Keris? Mau gue gebuk pake penggorengan?" Ano mengikuti nada kesal Onil.
KAMU SEDANG MEMBACA
WANTED! ALL IN (Gangster)
Fanfiction(13+) Dunia ini begitu mustahil bila dipikir oleh akal sehat manusia. Fantasi gila yang menghampiri kehidupan delapan pemuda bermasalah membuat mereka bingung sekaligus takjub. Awal dari semua ini hanya menginginkan kehancuran. Gangster itu dipaksa...