Selly dan Rio kini tengah berjalan-jalan di pusat perbelanjaan yang ada di Bali. Mereka memasuki sebuah toko pakaian lumayan besar yang langsung saja disambut hangat oleh sang pelayan yang tengah berjaga.
"Ada yang bisa saya bantu?" tanya pelayan itu ramah.
"Ah, saya ingin mencari pakaian untuk bayi" jawab Selly.
Pelayan itupun menunjuk sebuah tempat yang memang menempatkan banyak pakaian bayi dari umur 0 bulan hingga 3 tahun.
Sellypun mengangguk dan segera menarik Rio menuju tempat yang ditunjuk pelayan tadi.
"Buat Abel?" tanya Rio basa-basi.
Walau tanpa bertanya sekalipun, Rio tahu untuk siapa pakaian yang dipilih Selly. Namun, Selly tetap mengangguk sebagai jawaban.
"Kamu nggak mau cari juga?" tanya Selly balik.
Riopun memancarkan aura sendunya, "Buat siapa juga Mbak" ujarnya malas-malasan.
"Masak buat Abel, ya buat anak kamu lah" balas Selly yang tetap fokus memilih pakaian.
"Anak siapa? Belum juga punya" ujar Rio sedikit sensitif.
Selly menghentikan gerakan tangannya, kemudian menatap penasaran ke arah Rio, dengan alis yang memicing.
"Loh? Bukannya kamu nikahnya udah lama ya?" tanyanya.
"Nikahnya kan juga waktu umur kami 21 tahun. Yah jelas Papa sama Mama melarang buat begituan" jawab Rio sambil menggerakkan alisnya ke atas dan ke bawah.
Selly hanya mengangguk-angguk paham saja, membenarkan alasan yang diberikan Rio. Memang Rio menikah dengan Elli saat mereka masih kuliah. Tentu saja penundaan memiliki anak sangat wajar dilakukan.
"Terus? Sekarang kan udah 25 tahun, nggak kepikiran gitu bikin anak?" tanya Selly frontal.
"Jangan keras-keras juga Mbak kalau bicara ginian. Malu tahu!" ujar Rio sambil berbisik.
Selly hanya terkekeh pelan saja, baru menyadari dimana mereka sekarang. Dan iapun kembali melanjutkan memilih-milih pakaian untuk Abel, sambil mendengarkan Rio tentunya.
"Usaha sih udah, Mbak. Tinggal nunggu hasilnya aja" ujar Rio mengawali sesi curhatnya.
"Belum jadi emangnya?" tanya Selly tanpa menatap ke arah Rio.
"Yah, mungkin belum dikasih aja, Mbak" jawab Rio tenang.
"Kamu udah ingin menjadi ayah?" tanya Selly lagi.
"Banget, Mbak. Udah siap lahir dan batin juga" jawab Rio lesu.
Sellypun meraih salah satu pakaian yang menurutnya menarik perhatiannya, kemudian ia memberikannya kepada Rio, membuat pria itu bingung.
"Buat semangat aja" ujar Selly dengan senyum terkembang di wajahnya.
---------
Karena tak bisa membuatkan makanan untuknya ataupun untuk Abel, Roman memutuskan untuk pergi makan di luar saja. Namun sebelum berangkat, tiba-tiba saja Abel merengek.
"Ada apa? Kamu lapar?" tanya Roman.
Abel menggelengkan kepalanya dengan keras, walaupun entah bayi perempuan itu mengerti atau tidak dengan ucapan sang ayah.
"Tidak? Lalu?" tanya Roman lagi.
Abelpun kembali mengoceh mengenai masalahnya dengan bahasa bayi miliknya yang tentu saja hanya ditanggapi Roman dengan garukan di kepalanya yang sama sekali tidak gatal itu.
"Aku harus belajar bahasa bayi sepertinya" gumamnya pelan.
Tapi, sekarang bukan waktunya untuk penyesalan. Semuanya sudah terlanjur terjadi, dan ia dihadapkan dengan masalah yang sangat serius menurutnya.