Hari Yang Melelahkan

422 44 1
                                    

Beberapa bulan sudah berlalu.

"Kakak mau beli apa ke toko buku?" Tanya nya yang berada di samping kakak nya itu.

"Mau beli buku pelajaran , mumpung ke toko buku kamu mau beli apa?" Ucap nya yang masih fokus nyetir.

"Gak ada" Jawab malas sambil menatap ke arah luar jendela.

"Kamu kenapa , kalo ada masalah bilang sama kakak" Kak Syan memberhentikan mobil nya di pinggir jalan.

"Kak... , besok ulang tahun aku , kalo bisa jangan di rayain" Masih menatap ke arah luar dengan nada dingin.

"Eh kenapa , kamu ada masalah?" Tanya khawatir nya.

"Aku ngerasa bersalah kalo inget ayah , karna hari ulang tahun ku tepat saat ayah meninggal , karna dari itu aku gak mau ulang tahun ku di raya in , cukup tahun kemarin aja , itu yang terakhir kali nya" Mata nya sudah berkaca kaca.

"Ah... , kalo itu alasan kamu kakak bakal ngasih tau yang lain supaya gak di raya in..." Sebelum Kak Syan melanjutkan perkataan nya , Anandya memotong pembicaraan kakak nya.

Ka Syan sudah tau , bahwa adik nya sangat dewasa sejak kecil , walau adik nya tidak menangis saat ayah nya meninggal.

Tapi di belakang itu , di kamar nya dia menangis air mata nya tidak berhenti sampai di ketiduran.
hampir sebulan lebih dia murung dan seteluh itu dia membaik , saat ulang tahun nya pun dia tersenyum , dan bilang 'aku gak papa , kalo bisa ulang tahun ku nanti jangan di rayain' lalu dia meniup lilin nya.

"Dan juga... , jangan mengucap kan selamat , aku... entah mengapa aku jadi benci ulang tahun , itu buat aku sakit rasanya jantung aku terasa tertusuk" Memegang dada sebelah kiri nya.

"Ah... kakak tau perasaan mu" Memegang pundak adik nya.

"Kak , aku butuh waktu , mungkin nanti aku akan menerima nya lagi , tapi sekarang aku belum bisa" Menatap kakak nya , air mata nya mulai menetes ke pipi nya itu.

Lalu Kak Syan memeluk erat Anandya seketika tangis Anandya pecah.

"Kita langsung pulang aja yuk" Memutar balik mobil nya.
Dia tidak menjawab nya hanya mengangguk.

Selama perjalanan Anadya hanya diam , dia tak mengeluarkan sepatah kata pun.

Seaampai nya di rumah dia langsung segera berlalu ke kamar , orang rumah yang mau menyapa nya tidak jadi karna Kak Syan melambaikan tangan bahwa jangan mengajak nya bicara.

Sesampai nya di kamar dia manjatuhkan tubuh nya ke kasur . Menghela nafas dalam dalam.

"Maafkan aku" Gumam nya menatap langit langit kamar.

"Aku hanya menyesal , kenapa aku tidak melawan takdir" Ucap nya lemas.

"Ah gak gak , terkadang takdir seperti mawar , indah cantik hingga ingin menyentuh nya , tapi di sisi lain berbahaya hingga membuat sakit" Ucap nya penuh arti.

Dia segera mandi , dan turun ke bawah untuk makan malam.

Orang yang ada di ruang makan tidak mengajak nya bicara , hanya ada suara sendok garpu yang saling beradu .

"Aku sudah selesai makan , aku akan ke kamar" Ucap nya dengan nada malas.

Mereka kira saat pagi suasana hati adik kecil nya itu akan membaik tapi keadaan nya malah memburuk , karna hari ini hari ulang tahun nya.

"Aku gak nafsu makan..."

"Dan aku pergi jalan kaki aja , lagi pula tak terlalu jauh dari sekolahan" Nada nya masih sama , nada malas berbicara.

Kembali ke Masa Lalu [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang