Satu (1)

90 69 104
                                    

Buat yang belum baca prolog baca dulu yah supaya paham, terima kasih.
.
.
.


"Gimana mimpi lo semalam, Indah?" Ucap seseorang dari belakang yang membuat langkahnya terhenti. "Ya, indahlah orang lo mimpiin gue." Lanjutnya sambil tersenyum.

"Maksud lo apa ngomong kek begitu, hah? Gak usah ngarang!"

...

10 tahun kemudian..

Selamat hari senin... arrgh ini membuatnya bosan. Senin ke minggu rasanya lama sekali, sedangkan minggu ke senin? Hanya menghitung jam.

Ia berdiri di depan cermin panjang menatap wajah yang berantakan sebangun tidur. Sambil mengambil nafas panjang. "Oke gue cantik, gak usah insecure." lalu ia hempaskan. Perkataan yang selalu ia lontarkan sebangun dari tidurnya untuk menarik kepercayaan dirinya.

"Arrgh," ringisnya menahan sakit dibagian kepala. "Selalu begini." Anak kerajaan darah biru sedangkan ia darah rendah.

Tok-tok.

"Masuk!"

"De, lo ditunggu Mama sama Papa tuh dibawah, biasa sarapan," Jelasnya.

"Iya nanti gue ke bawah."

Gadis itu memakai pakaian seragam sekolah khasnya, rok yang berwarna abu dengan gradasi abu muda yang dipadukan dengan warna biru muda. Merapikan sedikit rambut yang berantakan dan mempoles sedikit wajahnya dengan bedak.

*gambar seragam persis yang ada di cover.

"Banyak yang bilang masa SMA asik, tapi kok gue nggak? Yang ada masalah terus yang muncul." Ucapnya bermonolog.

Setelah selesai bersiap-siap gadis itu turun ke bawah menuruni pijakan demi pijakan anak tangga lalu menghampiri keluarganya.

"Pa, aku langsung berangkat sekolah aja yah."

"Kamu gak sarapan dulu? Perut kamu masih kosong, lho." Ujar sang Papa.

"Kata siapa kosong? Ini ada usus, ginjal, empedu, dll."

"Ya, gak gitu konsepnya Bambanggg.. maksud Papa perut lo belum di isi asupan nutrisi seperti protein, vitamin, kalsium, dll." Sargah Gilang, Abang Ema.

Gadis itu tersenyum gusar, "hehehe. Gak usah Pa, aku sarapan di sekolah aja."

"Yaudah kalo gitu."

Gadis itu pun bersalaman kepada kedua orang tua dan Abangnya. "Belajar yang bener. Nilai kamu perbaikin masa dapet ranking ketiga," oceh sang Mama. "Mana dari bawah lagi," lanjutnya.

Gadis itu berlalu tanpa mendengarkan permintaan Mamanya. Yap betul, ia dapet rangking ketiga dari bawah yaitu ke tiga puluh dari tiga puluhtiga siswa di kelasnya.

1
2
3

Langkahnya terhenti. "Kalo Aku dapet rangking, aku bakal dapet apa?"

"Apapun untuk anak Papa," jawab sang Papa tanpa berpikir panjang.

Ia mengangguk paham. "Oke, kita coba. Tapi bukan untuk semester ini. Yaaa, mungkin nilai Ujian sekolah mendatang?"

"No Problem baby,"

.

Setiap harinya ia pergi menggunakan alat transportasi busway. Ia biasa menunggunya di halte depan komplek perumahannya itu. Sulit kelihatannya untuk mendapatkan bus hari ini. Terlebih selalu penuh.

Lama tak kunjung mendapatkan bus jurusannya, mau tau mau, penuh ataupun tidak ia harus sampai disekolah tepat waktu.

Tak lama bus datang dan ia menaikinya. Yah, penuh. Batinnya. Yaudahlah, yang penting nyampe.

SIN90ºTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang